Mengenal Eco-Anxiety, Masalah Kesehatan Mental Akibat Krisis Iklim yang Mendera Orang Muda

Ilustrasi anak muda yang sedang mengalami kecemasan, mengilustrasikan gejala eco-anxiety.

Peringatan: Konten ini mungkin bisa memicu trauma. Jika Sobat merasa sedang memiliki masalah kesehatan mental, jangan ragu untuk mencari dukungan.

Apakah Sobat pernah merasa gelisah setiap mendengarkan berita tentang kebakaran hutan, banjir, gagal panen, dan dampak-dampak krisis iklim lainnya yang semakin sering terjadi? Jika iya, Sobat tidak sendirian. Karena berdasarkan survei global yang diterbitkan oleh Lancet Planetary Health (2021), lebih dari 6 ribu orang muda di seluruh dunia mengalami perasaan yang sama.

Fenomena ini disebut dengan ecoanxiety. Sederhananya, mengutip Carbon Literacy, eco-anxiety adalah masalah kesehatan mental yang diakibatkan karena mengetahui, menyaksikan, dan mengalami secara langsung atau tak langsung dampak krisis iklim. Ya! Krisis iklim bukan hanya menyebabkan masalah kesehatan fisik, melainkan juga kesehatan mental.

Laporan milik Intergovernmental Panel on Climate Change (2022) menjelaskan kalau gejala-gejala krisis iklim ternyata memiliki hubungan yang erat dengan berbagai masalah kesehatan mental, seperti depresi, kecemasan, kesedihan, dan ketakutan. Selain itu, orang muda juga rentan mengalami perasaan negatif seperti ditinggalkan, diabaikan, dan tidak berdaya dalam menghadapi krisis iklim.

Emosi-emosi semacam itu biasanya muncul karena bayangan akan masa depan yang suram akibat krisis iklim, perasaan bersalah karena kurang berkontribusi melawan dampaknya, atau frustasi karena lambatnya negara dalam menangani krisis iklim. Lantas, apa saja gejala-gejala eco-anxiety yang bisa disadari sejak dini?

4 Level Gejala Eco-Anxiety yang Perlu Disadari

Saat eco-anxiety terjadi, gejala-gejalanya mungkin sulit untuk terlihat secara langsung, namun bisa dikenali. Salah satu penelitian yang diterbitkan di jurnal The Psychoanalytic Study of the Child (2024) menjelaskan kalau gejala eco-anxiety sifatnya berlapis dan dapat terjadi dalam beberapa level. Setiap level memiliki tanda-tandanya sendiri-sendiri. Apa sajakah itu?

1. Eco-Anxiety Level Ringan

Bayangkan, ketika sedang asyik membaca berita online, tiba-tiba muncul notifikasi tentang pemberitaan hujan badai dan banjir di daerah sekitar tempat tinggal Sobat. Seketika Sobat menjadi merasa khawatir tentang banyak hal seperti takut terjebak macet, takut telat ke kampus atau kantor, maupun sekadar takut jadwal terganggu.

Mood untuk melanjutkan aktivitas pun menjadi hilang. Saking khawatirnya, setiap hari Sobat juga merasa harus mengecek terus-menerus aplikasi ramalan cuaca. Jika Sobat mengalaminya, sangat mungkin itu adalah gejala eco-anxiety level ringan. Walaupun belum termasuk berat, tanda-tanda ini tetap tidak boleh diremehkan ya, Sobat!

2. Eco-Anxiety Level Sedang

Pada level ini, Sobat bukan hanya mengkhawatirkan kegiatan sehari-hari, melainkan juga dampak krisis iklim yang lebih besar. Misalnya, bagaimana kalau permukaan air laut terus menerus naik, dan beberapa tahun lagi kampung halaman Sobat tidak bisa ditempati lagi? Atau, apa yang terjadi pada hewan-hewan setelah terjadi kebakaran hutan? Apakah ada yang menolong mereka dari kepunahan?

Apabila ketakutan-ketakutan semacam itu terus menerus menghantui pikirkan Sobat, sangat mungkin kalau eco-anxiety yang dialami sudah naik ke level yang lebih tinggi. Apalagi jika ketakutan-ketakutan itu sampai tumpah ke ruang internet secara berlebihan hingga membuat orang lain ikut merasa panik.

3. Eco-Anxiety Level Berat

Di level ini, Sobat bisa jadi mengambil keputusan besar secara impulsif sebagai respon atas dampak krisis iklim. Misalnya seperti memutuskan untuk menjadi vegetarian tanpa memperhatikan kesehatan, memilih untuk child free hanya karena takut kalau dunia ini tidak lagi aman untuk ditinggali anak dan cucu, bahkan sampai memutus hubungan baik dengan orang-orang yang dianggap kurang serius membahas krisis iklim.

Selain itu, apakah Sobat melakukan beberapa usaha untuk mengurangi jejak karbon, seperti memperbanyak jalan kaki, mengurangi aktivitas digital, dan membeli produk-produk yang ramah lingkungan? Idealnya, Sobat bisa merasa lebih sehat dan bahagia. Namun, jika justru Sobat merasa cemas dan tidak pernah puas, itu juga merupakan tanda-tanda Eco-Anxiety level berat yang tidak boleh diremehkan.

4. Eco-Anxiety Level Kritikal

Level terberat dari eco-anxiety adalah ketika gejalanya sudah mengganggu kehidupan sehari-hari. Sebagai contoh, Sobat mungkin merasakan kecemasan yang berlebih jika tidak mengecek informasi panas, curah hujan, kualitas udara, dan suhu setiap satu jam sekali.

Selain itu, Sobat mungkin mengalami perasaan keterasingan luar biasa karena orang tua dan teman-teman sebaya di sekitar tidak mampu memahami ketakutan Sobat soal krisis iklim.  Pada tahap yang paling mengkhawatirkan, Sobat mungkin merasa harus mengakhiri hidup demi terbebas dari perasaan takut tiada ujung akan bumi yang hancur akibat krisis iklim di masa depan (ketakutan eksistensial).

Langkah untuk Mengubah Cemas Menjadi Harapan

Dampak yang ditimbulkan oleh krisis iklim memang nyata dan tidak boleh diremehkan. Tapi bukan berarti kualitas kesehatan mental diri sendiri harus dikorbankan. Sangat penting bagi Sobat untuk tetap menemukan keseimbangan antara memperjuangkan keadilan iklim dengan menjaga kesejahteraan jiwa. Lantas, apa yang bisa Sobat lakukan untuk melakukannya?

1. Mencari Dukungan

Langkah pertama yang perlu Sobat lakukan adalah mencari dukungan. Sebagai contoh, Sobat bisa menemukan teman sebaya yang kiranya juga sedang menghadapi eco-anxiety dan mengalami keresahan yang sama perihal dampak krisis iklim.

Dengan cara ini, Sobat secara tidak langsung menginisiasi ruang aman untuk bercerita, berbagi pengalaman, dan saling memberikan semangat. Langkah ini terdengar sepele, tetapi sebenarnya sangat penting agar Sobat tak selalu merasa sendirian menanggung beban ketakutan akan dampak buruk krisis iklim.

2. Belajar Mencintai Diri Sendiri

Berjuang menyuarakan keadilan iklim sering kali terasa seperti tanggungjawab yang berat. Karena itu, sangat penting bagi Sobat untuk belajar mencintai diri sendiri. Hal ini bisa dilakukan dengan mengakui ataupun merayakan keberhasilan apapun dalam mengurangi dampak krisis iklim; termasuk sesederhana berhasil mengurangi sampah atau berhasil membuat satu/dua konten soal krisis iklim.

Selain itu, Sobat juga bisa memulai aktivitas-aktivitas baru yang bisa membuat diri sendiri menjadi lebih bahagia, seperti mengunjungi tempat bernuansa alam, berlatih yoga, atau meditasi dan olahraga. Mencintai diri sendiri juga termasuk menjauhkan diri dari paparan berita buruk seputar bencana lingkungan, sehingga Sobat pun tidak terpikirkan terus-menerus akan ketakutan yang belum tentu terjadi.

3. Bergerak Bersama dan Mengadvokasi Perubahan

Hal lain yang perlu Sobat ingat adalah jangan pernah melangkah sendirian! Apabila Sobat memiliki ide tentang advokasi gerakan perlawanan krisis iklim, berkolaborasi komunitas atau organisasi dengan cita-cita yang sama bukanlah ide yang buruk, lho! Dengan saling terhubung dan bekerjasama secara kolektif, Sobat tentunya akan lebih termotivasi dan dimungkinkan untuk menghasilkan dampak yang lebih besar.

4. Menghubungi Profesional

Apabila masalah kesehatan mental yang Sobat alami sudah dirasa cukup buruk sampai menghambat kehidupan sehari-hari, jangan ragu untuk mencari bantuan profesional. Lewat dukungan dari psikolog atau psikiater, Sobat akan dipandu untuk melawan rasa cemas dan takut akan dampak krisis iklim dengan tetap fokus menyuarakan apa yang menjadi keresahan Sobat.

Kecemasan dan ketakutan yang Sobat rasakan ketika membicarakan krisis iklim adalah hal yang valid, sebagaimana betapa nyatanya dampak buruk krisis iklim. Namun, bukan berarti Sobat harus diam membiarkan diri tenggelam dalam eco-anxiety. Agar perjuangan dalam melawan krisis iklim bisa terus berkelanjutan, tentunya Sobat juga harus tetap bertahan dan bahagia. Karena, jika bukan Sobat, siapa lagi yang melakukannya?

Facebook
X
Threads
LinkedIn

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Event Kami

Ruang Kata 4

Artikel Populer

Artikel Terkait

Translate »