Mengenal 1000 HPK: Kunci Masa Depan Generasi Sehat Indonesia

1000 HPK

Halo, Sobat Remaja! Pernahkah kalian mendengar istilah stunting? Pasti pernah, dong. Tapi tahukah kalian bahwa satu dari lima balita di Indonesia mengalami stunting? Menurut hasil Survei Kesehatan Indonesia tahun 2023 oleh Kementerian Kesehatan, prevalensi atau kelaziman stunting di Indonesia menunjukkan angka 21,5 persen. Masalah ini tidak hanya berdampak pada kesehatan dan pertumbuhan anak saat ini, tetapi juga berpengaruh dalam menentukan masa depan bangsa.

Stunting masih menjadi tantangan besar di negara berkembang seperti Indonesia. Hal ini dikarenakan masih kurangnya asupan gizi yang diberikan pada ibu hamil dan balita khususnya dalam 1000 HPK (Hari Pertama Kehidupan), keterbatasan akses layanan kesehatan, dan pola asuh yang kurang tepat. Faktor sosial-ekonomi dan minimnya edukasi tentang gizi juga turut memperparah kondisi ini. Jika tidak ditangani dengan serius, dapat menghambat lahirnya generasi muda yang unggul dalam mempersiapkan bonus demografi pada 2045. 

Apa itu Stunting?

Menurut Kementerian Kesehatan (2024), stunting merupakan kondisi anak balita (bawah lima tahun) yang mengalami gagal tumbuh atau memiliki tinggi badan yang tidak sesuai dengan usianya. Kondisi ini muncul ketika seorang anak mengalami kekurangan gizi kronis dalam seribu hari pertama kehidupan (1000 HPK), yaitu mulai dari masa janin (270 hari) hingga anak berusia dua tahun (730 hari). Nah Sobat Remaja, untuk mendeteksi stunting pada anak, World Health Organization (WHO) merekomendasikan pengecekan menggunakan kurva pertumbuhan. Kurva ini didasarkan pada panjang dan berat badan anak sesuai usianya.

Kurva ini membantu tenaga medis dan orang tua dalam mendeteksi apakah pertumbuhan anak sesuai dengan standar usianya atau mengalami gangguan seperti stunting. Jika pertumbuhan anak berada di bawah standar yang ditetapkan, hal ini bisa menjadi indikasi adanya masalah gizi atau kesehatan yang perlu ditindaklanjuti. Sobat bisa mengakses Kurva Pertumbuhan WHO dan informasi lebih lanjut dengan mengunjungi situs resmi Ikatan Dokter Anak Indonesia

Ciri-Ciri Anak yang Mengalami Stunting 

Nah Sobat, agar lebih mengenali dan memahami anak-anak yang terindikasi mengalami stunting, ada beberapa ciri yang bisa diamati pada balita di sekitar kalian atau dalam keluarga. Mengenali tanda-tanda ini penting untuk memastikan upaya pencegahan dan penanganan stunting dapat dilakukan lebih efektif. Berikut beberapa ciri yang perlu diperhatikan:

1. Pertumbuhan Fisik yang Terhambat

Stunting memang identik dengan perawakan pendek. Namun, tidak semua anak yang bertubuh pendek mengalami stunting ya Sobat Remaja, karena hal tersebut juga bisa dipengaruhi oleh genetika dan kondisi medis tertentu. Selain itu, berat badan anak yang mengalami stunting cenderung lebih ringan dan tidak sesuai dengan usianya. Menurut WHO, anak dapat dikategorikan stunting jika tinggi atau berat badan menurut usia menunjukkan angka dibawah -2 dan -3 Standar Deviasi (SD). 

Gambar di atas adalah salah satu contoh standar kurva pertumbuhan anak dari WHO, Sobat. Kurva di atas menunjukkan pertumbuhan untuk anak perempuan usia 2 sampai 5 tahun, yang mana standar ideal dari tinggi badan untuk sesuai usianya adalah berada di atas minus 2 (-2) standar deviasi atau di bawah angka 2 standar deviasi. Misalkan nih Sobat, kalau kalian memiliki adik perempuan berumur 4 tahun tetapi memiliki tinggi badan 90 cm, maka terdapat indikasi stunting.

Hal tersebut karena jika kita coba tarik garis lurus antara sumbu X (horizontal) di umur 4 tahun dengan sumbu Y (vertikal) di tinggi badan 90 cm, maka titik tersebut berada di bawah area -2 standar deviasi. Penjelasan yang lebih detail juga dapat dilihat di sini ya, Sobat! Nah, jika mengalami kondisi tersebut, segera konsultasikan ke posyandu atau ke pusat kesehatan terdekat ya! 

2. Perkembangan Kognitif Terlambat

Sobat Remaja, tahukah kalian bahwa stunting juga dapat memengaruhi perkembangan kognitif anak yang berperan penting dalam masa depannya? Kemampuan kognitif sendiri mencakup keterampilan berpikir kompleks, bernalar, dan memecahkan masalah. Menurut penelitian dari Daracantika dkk. (2021), anak yang mengalami stunting pada dua tahun pertama kehidupannya berisiko memiliki nilai IQ yang lebih rendah dibandingkan anak yang tidak stunting. Kondisi ini dapat menghambat proses berpikir dan daya ingat anak, yang pada akhirnya berdampak pada penurunan prestasi belajar. Jadi, jika kita menjumpai anak yang sulit belajar, berkonsentrasi, dan berpikir, bisa jadi itu merupakan ciri-ciri stunting. 

3. Mudah Sakit dan Lelah

Asupan gizi yang kurang dapat menyebabkan anak yang mengalami stunting memiliki daya tahan tubuh yang lemah, sehingga lebih rentan terkena penyakit. Terutama penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus atau bakteri, seperti batuk, pilek, dan diare. Anak yang mengalami stunting juga membutuhkan waktu lebih lama untuk pulih jika sedang sakit. Selain itu, kurangnya asupan nutrisi dan kalori yang dibutuhkan dapat membuat anak mudah lelah, sering mengantuk, dan tampak kurang bersemangat. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk memastikan adik-adik kita mendapatkan gizi yang cukup agar tumbuh kuat dan sehat ya, Sobat Remaja!

1000 HPK itu Penting!

Berbicara tentang stunting, 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) adalah suatu konsep yang tidak bisa dipisahkan. Sobat, 1000 HPK merupakan masa awal kehidupan manusia yang sering disebut juga dengan Golden Age, mulai saat berbentuk janin (270 hari) hingga dua tahun pertama kehidupan (730 hari). Seribu hari pertama menjadi penting karena pada masa ini kondisi pertumbuhan fisik dan kognitif berlangsung sangat pesat dan cepat sehingga mampu mempengaruhi kesehatan generasi muda di masa depan. Pada masa ini, orang-organ vital mulai tumbuh dan berkembang, sehingga anak membutuhkan asupan gizi dan nutrisi yang cukup. Di Indonesia, kondisi yang umum terjadi adalah kurang asupan zat gizi untuk ibu dan anak saat 1000 HPK. Wah, terus bagaimana dampaknya ya, Sobat?

Tentu saja, hal ini dapat menyebabkan kondisi stunting pada anak. Ketika asupan gizi dari ibu ke bayi kurang, maka bayi akan melakukan penyesuaian karena memiliki sifat plastis atau mudah menyesuaikan diri. Pengurangan jumlah sel dan pengecilan tubuh serta organ akan terjadi karena terbatasnya asupan gizi, dan jika ini terjadi maka efek perbaikannya sangat kecil, Sobat! Namun jika perbaikan gizi dilakukan pada masa 1000 HPK, maka efek perbaikannya lebih signifikan.  

Baru-baru ini, ada seorang remaja hebat yang turut menyuarakan aspirasi tentang 1000 HPK ini loh Sobat Remaja! Dia adalah Shakira Amirah, seorang mahasiswa Kedokteran Universitas Indonesia, influencer, dan dikenal juga sebagai pemenang kompetisi akademik “Clash of Champions”. Dalam sebuah forum MPR beberapa waktu yang lalu, Shakira menyoroti beberapa poin penting mengenai stunting, Sobat. Salah satunya adalah menekankan perlunya upaya preventif dengan melakukan pemberian gizi tambahan pada ibu hamil dan bayi sejak dini untuk mendukung 1000 HPK.

Artinya pemberian gizi tambahan bukan hanya di umur tertentu seperti siswa SD, SMP, dan SMA, namun memastikan pemenuhan gizi berkelanjutan di setiap tahap usia. Oleh karena itu, upaya pencegahan stunting ini membutuhkan kolaborasi berbagai pihak seperti pemerintah, akademisi, dan masyarakat agar dapat memutus lingkaran setan stunting. Lalu, apa saja ya Sobat, yang bisa dilakukan untuk mencegah stunting sejak dini?

1. Mengonsumsi Gizi Seimbang bagi Calon Ibu

Asupan nutrisi yang cukup sangat diperlukan sejak 270 hari awal kehidupan, yaitu selama 9 bulan masa kehamilan. Oleh karena itu, ibu hamil perlu mendapatkan asupan nutrisi yang lengkap, meliputi protein, asam folat, zat besi, dan kalsium, untuk mendukung tumbuh kembang janin. Makanan seperti daging tanpa lemak, ayam, ikan, susu, bayam, kangkung, jeruk, pisang dan kacang-kacangan adalah beberapa makanan yang dianjurkan untuk ibu hamil.

2. Pemberian ASI Eksklusif 6 Bulan dan MPASI bergizi seimbang selama 2 tahun

Pemberian ASI eksklusif dapat memberi nutrisi terbaik bagi pertumbuhan bayi setelah lahir hingga 6 bulan pertama. ASI memiliki sejumlah manfaat untuk bayi seperti sistem kekebalan tubuh bayi yang lebih kuat, bayi menjadi lebih cerdas, berat badan bayi lebih ideal, dan memperkuat tulang. Setelah itu, Ibu perlu melanjutkan pemberian ASI hingga bayi berusia 2 tahun dengan Makanan Pendamping ASI (MPASI) untuk memberikan nutrisi tambahan. MPASI mulai perlu dikenalkan pada bayi usia 6 bulan dengan memberikan makanan bergizi seimbang yang mengandung vitamin, mineral, karbohidrat, protein hewani dan nabati. Kalau kalian ingin tahu lebih lanjut menu lengkap yang disarankan untuk MPASI, Sobat Remaja bisa cek website Kemenkes ya! 

3. Mulai Konsumsi Tablet Tambah Darah sejak Remaja untuk Mencegah Anemia

Nah Sobat Remaja, remaja juga bisa berperan sejak dini dalam mencegah stunting pada generasi mendatang. Bagi remaja perempuan yang mengalami menstruasi setiap bulannya, dapat mengonsumsi Tablet Tambah Darah guna mengurangi risiko kekurangan darah atau anemia. Anemia terjadi ketika jumlah sel darah merah dan kadar hemoglobin di tubuh berada di bawah batas normal, akibatnya dapat menyebabkan tubuh kekurangan oksigen, kurang bertenaga, dan sulit untuk berkonsentrasi.

Selain itu, jika ibu hamil mengalami kondisi anemia, hal ini dapat memengaruhi tumbuh kembang janin menjadi tidak optimal dan meningkatkan risiko melahirkan bayi dengan berat badan rendah (BBLR). Oleh karena itu, Sobat Remaja yuk mulai rutin mengonsumsi tablet tambah darah mulai sekarang! Ini penting terutama bagi remaja perempuan yang kelak akan menjadi  ibu di agar tercipta generasi yang sehat dan terbebas dari stunting.

Nah, gimana Sobat? Sekarang jadi lebih tahu kan tentang 1000 HPK. Perlu diingat bahwa mencegah stunting adalah tanggung jawab bersama ya, Sobat Remaja. Dengan meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya gizi, pola asuh yang baik, dan kesehatan, maka kita dapat berkontribusi dalam mencegah stunting serta menciptakan generasi yang lebih sehat dan cerdas di masa mendatang. 

Oleh karena itu, pastikan untuk selalu teredukasi dengan baik ya dengan mencari informasi seputar stunting di sumber yang terpercaya. Kita juga dapat mengadvokasi kebijakan pemerintah agar lebih mengutamakan upaya preventif dalam mencegah terjadinya stunting dibandingkan menanganinya setelah terjadi. Yuk, mulai sebarkan kesadaran tentang pentingnya 1000 HPK ini, demi masa depan generasi muda yang cemerlang! 

 

 

Penulis : Wisnu Surya Narendra

Referensi

Daracantika, A. (2021). Systematic literature review: Pengaruh negatif stunting terhadap perkembangan kognitif anak. Jurnal Biostatistik, Kependudukan, Dan Informatika Kesehatan, 1(2), 6. Diakses dari https://scholarhub.ui.ac.id/cgi/viewcontent.cgi?article=1012&context=bikfokes

Ikatan Dokter Anak Indonesia. (2019). Kurva Pertumbuhan WHO. iIakses 18 Maret 2025, dari IDAI | Kurva Pertumbuhan WHO

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2024). Ingin Si Kecil Tumbuh Optimal? Resep MPASI Lengkap Jawabannya!. Diakses 18 Maret 2025, dari https://ayosehat.kemkes.go.id/resep-mpasi-lengkap

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2024).  Membentengi anak dari stunting (Mediakom edisi 167).. Jakarta, DKI: Penulis. Diakses dari https://kemkes.go.id/app_asset/file_content_download/172241330366a9f0f7cfb354.27666859.pdf

Sudargo, T., & Aristasari, T. (2018). 1000 hari pertama kehidupan. Ugm Press. Diakses dari https://g.co/kgs/bPHmzDT

Facebook
X
Threads
LinkedIn

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Event Kami

Ruang Kata 4

Artikel Populer

Artikel Terkait

Translate »