Mimiti carita antara tiisna dataran luhur tanah Sunda, Desa Sukaluyu, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Jawa Barat.
Pangalengan, kebun teh, udara dingin, dan ramahnya budaya sunda adalah bukti nyata indahnya harmonisasi entitas budaya dan keindahan alam.
Dikenal sebagai wisata favorit, Kecamatan Pangalengan menyimpan banyak cerita membahagiakan, mulai dari pribumi lokal dengan kisah hidupnya diantara bentang perkebunan hingga wisatawan dengan ekspedisi berliburnya yang mengenang. Endah pisan, tanah sunda dan segala hal tentangnya, terlalu indah untuk sekedar dinikmati dalam sekelebat perjalanan.
Berkenalan dengan Desa Sukaluyu Pangalengan, selama hampir 50 hari, adalah waktu yang terbilang cukup untuk mengungkap sisi lain dari gemerlapnya Kawasan Wisata Pangalengan, misalnya tingginya angka pernikahan dini, rendahnya angka pendapatan rata-rata, rendahnya angka pendidikan, dan kesulitan mobilitas.
Kecamatan Pangalengan, terdiri atas 13 desa yang membentang seluas 195 km2, berhasil mengundang jutaan wisatawan tiap tahunnya dengan berbagai atraksi wisata populernya yang memikat, seperti wayang windu penenjoan, kawah wayang, sunrise point cukul, taman langit, kebun teh jangkung, situ cileunca dan masih banyak lagi.
Salah satu desa di puncak pangalengan yang masyhur dikenal karena keindahan sunrise point-nya, ialah Desa Sukaluyu. Tingginya demand sektor wisata di Desa Sukaluyu Pangalengan, berpengaruh besar terhadap beragamnya pola konsumsi wisatawan maupun masyarakat setempat yang lebih lanjut juga berdampak pada menggeliatnya sektor UMKM, terutama UMKM pangan lokal.
Bagaimana pengaruhnya?
Dampak pariwisata berhubungan erat dengan akulturasi dan kultur wisatawan terhadap pola hidup masyarakat: makanan yang serba instan. Munculnya berbagai penyakit degeneratif seperti penyakit jantung koroner, diabetes, hipertensi, stroke, kanker dan lain-lain akibat pola hidup masyarakat yang tidak seimbang baik dari faktor lingkungan, aktifitas maupun makanan. Hal ini dibuktikan dengan data Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2018 yang mencatat kecamatan pangalengan dalam 5 besar kecamatan di Kabupaten Bandung dengan angka prevalensi hipertensi paling tinggi.
Pemilihan makanan serba instan dengan prinsip praktis mengindikasikan kecenderungan masyarakat dan wisatawan kawasan wisata untuk memenuhi kebutuhan konsumsi dengan cara membeli produk makanan, baik pada warung, toko kelontong, maupun UMKM yang tersedia di kawasan wisata. Dengan demikian, pelaku UMKM beserta penyedia produk pangan di kawasan wisata menjadi tokoh penting dalam manajemen pola konsumsi masyarakat kawasan wisata.
Oleh karena itu dibutuhkan suatu program pemberdayaan UMKM yang dapat menginkubasi UMKM dalam peningkatan skala produksi, bisnis, hingga eksistensi legalitas melalui label pangan guna memperbaiki selektivitas dan preferensi konsumsi masyarakat di kawasan wisata Kecamatan Pangalengan.
Selain itu, program ini juga merupakan buah dari keresahan kami sebagai generasi muda yang gemar menghabiskan waktu senggang untuk berwisata, namun seringkali lalai dalam memilih opsi makanan saat berlibur — yang mana juga turut dipengaruhi dengan minimnya aksesibilitas opsi makanan sehat dan produk makanan berlabel pangan di kawasan wisata.
Perjalanan program diinisasi dengan pitching ide program gizi Youth Nutritiative dalam kolaborasi RISE Foundation, Global Alliance for Improvement Nutrition (GAIN) dan KEMENKES RI. Berdasarkan data yang dihimpun saat survey dan diskusi bersama mentor, rangkaian rogram Inkubasi UMKM dan label pangan berhasil dimulai sejak bulan Juni hingga Agustus 2023.
Program menyasar beragam lapisan masyarakat, mulai dari pelaku UMKM pangan rintisan sebagai target primer, pengelola kawasan wisata dan pemerintah setempat sebagai target sekunder, serta pengunjung wisata dan masyarakat lokal sebagai target umum.
Program unggulan dalam rangkaian inkubasi UMKM adalah workshop produksi berwawasan gizi menurut standar CPPOB, workshop perilaku konsumen dan pemasaran digital, serta workshop dan registrasi on-site legalitas pangan NIB dan SPP-IRT dengan menggandeng instansi pemerintah terkait, yakni Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu satu Pintu (DPMPTSP) serta Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung. Dengan demikian, sebanyak 50 UMKM pangan rintisan berhasil menerbitkan Nomor Induk Berusaha (NIB) dan mengikuti pendataan registrasi Sertifikat Produksi Pangan Industri Rumah Tangga (SPP-IRT) termasuk pembuatan label pangan berstandar yang mencantumkan nilai gizi produk dan tanggal kadaluwarsa pada kemasannya.
Selain itu, terdapat pula program UMKM lainnya, seperti workshop pengolahan permen jelly dari tomat sebagai komoditas unggulan setempat lengkap dengan teknik pengemasan dan distribusi berstandar, sidak UMKM, dan bazaar UMKM yang dilaksanakan pada perayaan hari kemerdekaan Republik Indonesia, di bulan Agustus lalu.
Kepada target sekunder, yakni pengelola wisata dan pemerintah setempat. Program diimplementasikan dengan workshop hospitalitas dan penerapan sugar meter (media indikator pemilihan minuman kemasan menurut kadar gula berbasis traffic light system) pada toko-toko kelontong kawasan wisata. Program ini merupakan hasil koordinasi dengan pengelola wisata setemoat dalam mewujudkan kawasan wisata berwawasan gizi yang mandiri.
Lebih lanjut, untuk memastikan keberlanjutan program kami juga membangun kolaborasi dengan stakeholder yakni BUMDes, Bidang Pemberdayaan Masyarakat, dan TP-PKK untuk membuat policy brief seputar pemberdayaan UMKM pangan. Policy brief ini dibuat sebagai produk hukum berupa legal statement yang ditandatangani langsung oleh Kepala Desa Sukaluyu dan diputuskan untuk menyerahkan program kepada stakeholder tersebut agar bisa dilanjutkan dan dikembangkan secara kontinyu.
Terakhir, untuk program masyarakat umum, program dilaksanakan dengan menyelenggarakan program mengajar di jenjang SD dan SMP, berupa sesi belajar mengenal dan mendefinisikan makanan sehat di lingkungan sekolah dimana siswa distimulasi untuk meceritakan arti makanan sehat dan pengalamannya menemukan jajanan sehat di lingkungan sekolah.
Kemudian, seluruh kegiatan belajar dan story telling direkam dan dipotret untuk kemudian dirangkum dan diilustrasikan ke dalam buku cerita bergambar. Selanjutnya buku ini dicetak, digandakan, dan diserahkan kepada pihak sekolah untuk dapat menjadi pedoman edukasi makanan sehat kedepannya.
Seluruh rangkaian program dilaksanakan melalui kerjasama RISE Foundation dengan KKN-PPM UGM Unit Pengabdi Wayang Windu dengan kolaborasi CSR beberapa perusahaan seperti Adaro, Star Energy Geothermal (SEG), Bigbox PT. Telkom Indonesia, serta dukungan GAIN dan KEMENKES RI.
Program ini berhasil mendapat apresiasi dan dukungan penuh dari masyarakat dan pemerintah setempat yang dibuktikan dengan diterbitkannya Legal Statement secara langsung oleh Kepala Desa dan jajarannya secara resmi pada Jumat, 22 September 2023 lalu.
Keberhasilan program dan menggeliatnya gairah UMKM pangan rintisan di Desa Sukaluyu tak lepas dari semangat belajar para pelaku UMKM yang menjadi bukti bahwa keterbatasan mobilitas tidak menjadi hambatan bagi mereka untuk bertumbuh dan mengembangkan kapasitas usahanya baik dimata pasar maupun hukum.
Program ini juga menjadi bukti nyata, peran dan kontribusi kaum muda dalam menyelesaikan persoalan nyata di masyarakat, yakni terkait pola konsumsi di kawasan wisata beserta dengan aspek UMKM yang menyertainya.
Wah, ternyata, meskipun masih terbatas dalam segi materi dan pengetahuan, kaum muda tetap dapat berperan secara nyata untuk membantu memecahkan masalah gizi di sekitar kita ya! Meskipun masih banyak terhambat oleh keterbatasan, kita dapat menjadi Health Heroes dengan langkah kecil seperti menyusun program dan berkolaborasi dengan instansi yang lebih berkapasitas untuk menginisasi gerakan-gerakan inovatif dan menciptakan perubahan.
Jadi. apa langkah kecilmu untuk mulai bergerak dan ciptakan perubahan?
REFERENSI
- https://hellosehat.com/nutrisi/apa-itu-nutrisi/
- https://krakataumedika.com/info-media/artikel/pentingnya-gizi-seimbang-bagi-kesehatan