Suatu bangsa yang sudah mencapai 100 tahun kemerdekaan, tentu diharapkan telah maju. Begitu pula harapan yang ditanamkan bangsa Indonesia untuk hari kemerdekaan Indonesia yang ke-100 di tahun 2045.
Pemerintah sudah menyiapkan program Indonesia emas 2045. Program ini diharapkan mampu menjadikan Indonesia bangsa yang berdaulat, maju dan berkelanjutan. Pembangunan infrastruktur, pariwisata, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya manusia, adalah hal-hal yang perlu diperhatikan dalam mencapai tujuan ini.
Indonesia memiliki jumlah masyarakat terbanyak ke-4 di dunia dan pertama se-Asia Tenggara. Sebagai negara dengan sumber daya manusia yang banyak, bukan tak mungkin kita bisa menjadi negara maju dalam waktu dekat.
Perlu kita sadari bahwa walaupun jumlah masyarakat Indonesia cukup banyak, tetapi kita memiliki masalah yang cukup besar. Pengendalian angka kelahiran yang cukup tinggi, pendidikan, juga gizi menjadi masalah sehari-hari dan selalu menjadi PR bagi pemerintah baru dari pemerintah lama.
Permasalahan gizi di Indonesia selalu berputar pada masalah stunting atau gagal tumbuh kembang pada anak. Hal ini terjadi akibat dari kurangnya asupan nutrisi pada anak di masa pertumbuhannya. Stunting ditandai dengan tinggi anak yang kurang dibandingkan dengan anak-anak sebayanya. Selain itu, stunting ditandai dengan kurangnya berat badan anak.
Kurangnya Vitamin A
Vitamin A dibutuhkan tubuh untuk mengubah cahaya yang masuk ke mata menjadi sinyal yang dikirimkan ke otak. Vitamin A dikenal sebagai vitamin yang diperlukan untuk menjaga kesehatan mata.
Kekurangan vitamin A dapat menyebabkan penglihatan berkurang pada keadaan remang-remang, misalnya rabun senja. Kurang vitamin A juga dapat menyebabkan pertumbuhan seseorang terhambat. Vitamin A dapat diperoleh dengan mengonsumsi ikan salmon, minyak ikan kod, hati ayam, keju, telur, dan susu.
Anemia Gizi Besi
Selain karena sering tidur larut malam, anemia juga disebabkan oleh asupan zat besi yang kurang dalam tubuh. Hal ini ditandai oleh kadar hemoglobin yang rendah dalam darah. Zat besi dapat diperoleh dengan mengonsumsi daging merah, jeroan, kerang, dan kacang-kacangan.
Anemia dapat menyebabkan pusing, badan gampang lemah, gangguan kognitif, juga penurunan daya tahan tubuh. Kekurangan hemoglobin dalam darah sangat berbahaya. Apabila sudah mengganggu kemapuan kognitif, anak akan sulit mengikuti pembelajaran di sekolah.
Kekurangan Yodium
Gondok, salah satu penyakit yang disebabkan oleh kurangnya yodium dalam tubuh. Yodium sendiri diperlukan oleh kelenjar tiroid untuk memproduksi hormon tiroid yang berfungsi bagi kerja tubuh. Kekurangan yodium dapat menyebabkan terganggunya kelenjar tiroid dalam memproduksi hormon tiroid yang akhirnya mempengaruhi metabolisme tubuh, energi, dan regulasi suhu tubuh.
Selain gondok (pembekakkan kelenjar Tiroid), kekurangan Yodium juga dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan fisik dan mental. Anak-anak yang kekurangan yodium dapat terganggu proses belajarnya juga memiliki IQ yang tergolong rendah.
Pada perempuan dan laki-laki, kekurangan yodium dapat menyebabkan terganggunya sistem reproduksi. Selain itu pada ibu hamil, kekurangan yodium dapat berpengaruh pada perkembagn janin. Janin yang kekurangan yodium dapat mengalami kerusakan otak dan gangguan kognitif.
Kurangnya Protein
Protein dapat ditemukan pada daging, kacang-kacangan, telur, ikan, dan susu. Protein tergolong gizi yang mudah didapatkan. Sayangnya, hal itu tidak menyebabkan Indonesia bebas dari masalah kurang protein.
Kurang protein dapat menyebabkan kelemahan dan kelelahan, pertumbuhan terhambat, kekurangan berat badan, penurunan daya tahan tubuh, dan penurunan masa otot. Kurangnya protein juga dapat mempengaruhi kemampuan kognitif seseorang.
Menurut Aditya Alta, Head of Agriculture Cips, sekitar 21 juta orang di Indonesia kekurangan gizi. Ketersediaan dan akses pangan yang kurang memadai diperkirakan sebagai penyebab kurangnya gizi ini.
Ketersediaan dan Akses Pangan
Tidak dapat dipungkiri, ribuan anak dengan gizi buruk disebabkan oleh sulitnya pada akses pangan yang sehat dan bergizi. Tinggal di daerah pedalaman yang minim transportasi misalnya, menjadi salah satu penyebab sulitnya akses masyarakat pada makanan bergizi.
Selain itu orang-orang yang tinggal di daerah yang gersang juga rawan mengalami gizi buruk. Anak-anak di daerah seperti itu, hanya bisa mengonsumsi makanan yang ada di sekitar mereka saja. Mereka kemungkinan sulit mendapatkan susu, buah, dan sayur.
Orang-orang yang tinggal di pedalaman sulit untuk bisa mendapatkan bahan makanan yang sekiranya dibutuhkan jika tidak mereka yang menghasilkannya sendiri. Mereka kebanyakan sulit mendapatkan akses tersebut karena transportasi yang minim atau sulitnya akses masuk ke daerah mereka.
Sulitnya akses pada pangan bergizi ini pada akhirnya menyebabkan stunting, busung lapar, dan masalah kekurangan gizi lainnya. Sayangnya, terkadang sulitnya akses pada pangan bergizi bukan disebabkan daerah yang tertinggal. Kadang juga disebabkan oleh pola pikir masyarakatnya sendiri.
Kurangnya Edukasi Masyarakat
Masyarakat yang kurang teredukasi bisanya tidak terlalu mementingkan kandungan gizi pada makanan. Asalkan kenyang, mereka rasa itu sudah cukup baik mereka. Selain itu, beberapa artikel menyebutkan paham patriarki yang sangat mendarah daging di masyarakat menjadi penyebab wanita dinomorduakan. Hal itu menyebabkan ibu hamil tidak mendapatkan apa yang sebenarnya menjadi kebutuhannya karena dianggap suaminya yang lebih layak.
Masyarakat juga banyak yang belum teredukasi secara baik mengenai asupan gizi. Beberapa orang tidak mau memberikan anak mereka MPASI (Makanan Pendamping Air Susu Ibu) yang baik. Mereka terkadang berpikir memberikan nasi, bahkan ubi saja sudah cukup bagi anak-anak tanpa memikirkan kandungan gizinya.
Mengedukasi masyarakat tentang pentingnya asupan gizi merupakan tugas pemerintah dan lembaga-lembaga lain yang berwenang untuk melakukan penyuluhan. Masyarakat harus diberitahu pentingnya asupan gizi agar terjadi perbaikan gizi di Indonesia.
Tugas pemerintah menjadi sangat berat mengetahui fakta bahwa banyak masyarakat yang tidak paham tentang masalah gizi. Salah satu contohnya terjadi di kampung Wuring, kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur. Sebanyak 36% anak-anaknya menderita stunting, padahal desa Wuring menghasilkan ikan dalam jumlah yang besar.
Berlimpahnya ikan yang mengandung protein di kampung Wuring ternyata tidak bisa menghindarkan kampung Wuring dari kondisi kekurangan gizi. Hal ini membuktikan bahwa kekurangan gizi bukan hanya terjadi karena sulitnya akses pangan bergizi, melainkan juga disebabkan oleh kesadaran masyarakat yang rendah.
Kesadaran masyarakat akan pentingnya asupan gizi perlu diperhatikan oleh pemerintah. Kurangnya asupan gizi dapat mempengaruhi fokus juga kemampuan kognitif seseorang, bukan hanya masalah kesehatan. Dengan perbaikan gizi diharapkan dapat meningkatkan kemampuan kognitif atau kemampuan berpikir anak bangsa. Dengan begitu, kita bisa mewujudkan Indonesia Emas 2045 dengan sumber daya manusia yang berkualitas.
REFERENSI
- https://www.unicef.org/indonesia/id/gizi
- https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/umum/20200124/2233176/gizi-optimal-generasi-milenial/
- https://rsa.ugm.ac.id/2019/01/keluarga-sadar-gizi-indonesia-sehat-dan-produktif/
- https://www.kemkes.go.id/id/rilis-kesehatan/keluarga-sadar-gizi-indonesia-sehat-dan-produktif