Pola Makan Nasi & Mie Instan Masyarakat Indonesia

pola makan

Nasi jadi salah satu sumber karbohidrat utama bagi sebagian besar masyarakat Indonesia. Bahkan ada ungkapan belum kenyang kalau belum makan nasi. Salah satu kebiasaan makan yang tak aneh (tapi miris) untuk orang Indonesia adalah makan nasi lauk mie instan. Jangan-jangan, kamu salah satu dari mereka yang punya kebiasaan makan nasi lauk mie instan?

Seperti yang diketahui mie instan menjadi solusi ketika tidak ada makanan. Proses memasaknya yang tidak ribet, hanya butuh waktu sebentar, seseorang sudah bisa kenyang dengan menyantap sepiring mie instan dengan nasi. Selain itu harganya yang murah menjadi sejuta alasan lain mengapa mie instan menjadi salah satu kuliner favorit sejumlah orang. Apalagi saat akhir bulan, keuangan menipis karena belum gajian atau belum ada transferan. Padahal ada sejuta bahaya mengintai ketika seseorang terlalu sering makan nasi lauk mie instan. Kombinasi antara nasi dan mie instan memberikan dampak yang buruk bagi tubuh. Bukan tanpa alasan, tetapi kedua makanan ini sama-sama mengandung karbohidrat. Padahal tubuh juga memerlukan zat gizi lain selain karbohidrat, seperti lemak, protein, vitamin, dan mineral. Ketidakseimbangan zat gizi dalam tubuh inilah yang membuat seseorang beresiko terkena berbagai macam penyakit.

Karbohidrat sendiri merupakan zat gizi makro yang memiliki sifat mengenyangkan dalam waktu singkat. Hal ini membuat tubuh jadi cepat kenyang dan enggan untuk makan apa-apa lagi. Padahal sebenarnya tubuh masih ‘lapar’ akan zat gizi yang lain seperti protein, lemak, vitamin, hingga mineral. Hal ini membuat tubuh jadi kekurangan gizi apabila terlalu sering makan nasi lauk mie instan. Mindset ‘belum kenyang kalau belum makan nasi’ menjadi salah satu faktor yang membuat kebiasaan untuk makan nasi lauk mie instan masih melekat di era modern sekarang ini. Belum lagi kalau generasi muda juga sering nongkrong di café minum kopi susu dengan gula aren yang sangat manis. Coba bayangkan sarapan nasi goreng, makan siang dengan mie instan (plus nasi), sorenya minum kopi susu gula aren di kafe, malamnya makan nasi putih lauk kentang balado. Asupan hari itu hanya karbohidrat dan gula saja. Alhasil kamu merasa ngantuk dan tak berenergi seharian itu.

Kenapa sih kok tidak disarankan makan nasi lauk mie instan? Simak penjelasannya berikut ini!

Konsumsi Karbohidrat Berlebih

Makan nasi lauk mie instan akan membuat seseorang menjadi konsumsi karbohidrat berlebih. Jumlah karbohidrat yang masuk ke tubuh jadi melonjak dan seseorang akan cepat merasa kenyang.

Picu Diabetes

Ketika seseorang mendapatkan asupan karbohidrat berlebih, hal ini akan berdampak buruk pada Kesehatan. Salah satunya adalah meningkatkan resiko terkena penyakit diabetes. Gula yang masuk dalam bentuk karbohidrat harusnya diolah oleh hormon insulin menjadi energi. Tapi karena saking banyaknya, hormon insulin tidak bisa mengolahnya. Ketika hal ini terjadi, seseorang beresiko terkena diabetes. Sebagai informasi, hormon insulin merupakan hormone alami yang dihasilkan oleh pancreas yang berfungsi untuk mengendalikan kadar gula darah dan mengelola glukosa jadi sumber energi.

Mudah Lelah

Ketika konsumsi makanan sumber karbohidrat terlalu banyak, seseorang akan merasa mudah lelah. Nasi dan mie instan membuat kadar gula darah naik dengan cepat. Namun, hal itu juga diikuti dengan penurunan kadar gula darah yang cepat pula. Hal inilah yang membuat seseorang merasa mengantuk setelah makan makanan sumber karbohidrat yang terlalu banyak.

Jadi, Harus Bagaimana?

Tidak disarankan makan nasi dan mie instan secara bersamaan. Padukan makanan sumber zat gizi lain seperti protein, lemak, vitamin, dan mineral untuk menyeimbangkan kandungan zat gizi pada tubuh. Alih-alih makan nasi lauk mie, kamu bisa memadukan dengan makanan lain seperti telur, tumis kangkung, dan lain sebagainya. Untuk minumnya, cukup air putih tidak perlu es teh manis. Hal ini bertujuan untuk memaksimalkan tubuh menyerap zat gizi dari makanan yang dikonsumsi.

Untuk panduan pola makan yang sehat, sekarang ini Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Republik Indonesia telah merilis Isi Piringku Sajian Sekali Makan. Konsep ini telah menggantikan konsep ‘4 Sehat 5 Sempurna’. Konsep baru dari Kemenkes ini diluncurkan di tahun 2017 dengan memberikan keterangan porsi dan jenis makanan yang sebaiknya dikonsumsi dari pada dengan konsep ‘4 Sehat 5 Sempurna’.

Kenapa 4 Sehat 5 Sempurna tak lagi relevan? Karena ilmu pengetahuan dan gizi berkembang seiring berjalannya waktu. Seseorang tidak lagi hanya memperhatikan jenis makanan, tetapi juga harus memperhatikan porsi alias jumlah dari jenis makanan yang dikonsumsi. Konsep Isi Piringku mengajak masyarakat untuk makan dengan setengah piring diisi dengan sayur dan buah, sedangkan setengah lainnya diisi dengan makanan pokok dan lauk pauk. Konsep Isi Piringku ini juga melengkapi Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS) yang juga ajak seseorang untuk minum air mineral, beraktivitas fisik, serta mencuci tangan sebelum dan setelah makan.

Di era sekarang ini, generasi muda tidak hanya diajak untuk produktif menyongsong Generasi Emas, tetapi juga selektif dalam pemilihan pola dan jenis makan. Rasanya sudah tidak zaman lagi bila makan nasi lauk mie masih ada di tahun 2045 nanti. Apalagi ditambah kentang balado. Duh, konsumsi karbohidratnya jadi triple. Sudah ada dari nasi, mie instan, ditambah kentang balado. Meskipun nikmat di lidah, akan tetapi kombinasi makanan tersebut justru berdampak negatif pada tubuh di kemudian hari. Jangan sampai nanti menyesal di kemudian hari sudah kena diabetes karena gaya hidup yang tidak sehat.

Di samping itu, nasi bukan satu-satunya sumber karbohidrat kok. Ada jagung, roti, dan berbagai makanan lain yang bisa menjadi alternatif sumber karbohidrat. Jadi setelah ini, jangan sampai kamu makan nasi sama sup jagung ya! Mulai perubahan pola makan dan pola pikir soal makanan dari diri sendiri untuk generasi muda Indonesia yang lebih baik! Harapannya tidak ada lagi anak Indonesia yang kegemukan atau kekurangan gizi lewat perubahan kecil yang dilakukan.

Referensi

Halim, R., & Suzan, R. (2020). KORELASI MASA LEMAK DAN LEMAK VISERAL DENGAN KADAR LEPTIN SERUM PADA REMAJA OVERWEIGHT DAN OBESITAS. Jambi Medical Journal : Jurnal Kedokteran Dan Kesehatan, 8(1), 102–110. https://doi.org/10.22437/jmj.v8i1.9477

Rachmawati, M. A., Handayani, H., & Donastin, A. (2018). HUBUNGAN POLA MAKAN DAN KEBIASAAN OLAHRAGA YANG BAIK DENGAN KADAR GULA DARAH PENDERITA DIABETES MELLITUS TIPE II DI RSI JEMURSARI. Medical and Health Science Journal, 2(1). https://doi.org/10.33086/mhsj.v2i1.966

Saras, T. (2023). Hormon: Pesan Keseimbangan dalam Tubuh Manusia. Tiram Media.

Sari, A. W. (2020). Kebiasaan Konsumsi Mie Instan Dan Status Gizi Remaja Putri (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Semarang).

Facebook
X
Threads
LinkedIn

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Event Kami

IYD Challage 2024

Artikel Populer

Artikel Terkait

Translate »