Berkenalan dengan Kak Jasmine : ‘Pangan Lokal adalah Budaya dan Cara Kita Hidup’

Halo Sobat Remaja! Masih ingat cerita seru dari Youthivist Bandung kemarin? Kemarin kita sudah membahas bagaimana Youthivist Bandung aktif menyuarakan isu pangan lokal dan keadilan iklim dengan cara yang kreatif melalui digital youth activism, yakni gerakan orang muda yang memanfaatkan media digital untuk menyuarakan isu-isu penting.

Nah, di balik campaign Youthivist Bandung, ada empat orang muda hebat, salah satunya adalah Jasmine Mentari Rizki, atau akrab disapa Kak Jasmine. Saat ini, Kak Jasmine bekerja di NGO Yayasan Nur Quran Indonesia dan tergabung dalam komunitas pemberdayaan wanita. 

Tak berhenti disitu, Kak Jasmine juga terlibat dalam program Urban Futures Indonesia bersama konsorsium KOPAJA (Koalisi Pangan dan Jaringan Orang Muda), dimana ia konsisten menyuarakan pentingnya pangan lokal. Sebagai salah satu orang muda hebat yang ada di balik layar Youthivist Bandung, Kak Jasmine bertanggung jawab untuk menuangkan ide-idenya mengenai advokasi pangan lokal bersama dengan teman-teman lainnya.  

Penasaran dengan cerita kak Jasmine sebagai pegiat pangan lokal di era digital? Yuk simak selengkapnya!

Kenapa Budaya Pangan Lokal Sunda? Ada Cerita, Rasa, dan Suasana!

Menurut TasteAtlas (2025), Bandung adalah salah satu kota dengan kuliner terbaik di dunia, loh, Sobat. Bahkan, Kota Bandung menempati urutan ke-32 sebagai kota dengan kuliner terbaik di dunia pada periode tahun 2024/2025. Di tiap sudut Kota Bandung, tidak sulit untuk menemukan jajanan dan makanan otentik yang disajikan baik pedagang kaki lima maupun restoran.

Pasti Sobat sudah pernah mendengar atau bahkan merasakan langsung jajanan kaki lima seperti batagor, cilok, seblak, dan jajanan per-aci-an lainnya. Pangan khas Sunda lainnya yang jarang terdengar seperti nasi liwet, urap sayur, peuyeum, dan wedang bajigur juga tidak kalah menarik. Menurut Kak Jasmine, kuliner-kuliner Sunda yang underrated juga perlu dikenalkan ke masyarakat umum, khususnya masyarakat di luar Bandung. Bahannya yang alami dan rasanya yang otentik dan membuat makanan-makanan tadi lebih sehat dibandingkan fast food, sehingga bisa dijadikan alternatif makanan dan minuman.

Kak Jasmine menjelaskan bahwa campaign Youthivist Bandung juga bertujuan untuk memperkenalkan budaya Sunda kepada masyarakat, terutama kepada kalangan orang muda. Ia menyoroti bahwa banyak orang belum menyadari jika restoran-restoran Sunda, seperti Restoran Dapoer Pandan Wangi, tidak hanya menyajikan makanan khas, tetapi juga menghadirkan pengalaman budaya melalui cara penyajiannya. Misalnya, menggunakan boboko sebagai wadah nasi, daun pisang sebagai alas makan, serta mengajak pengunjung duduk lesehan di saung atau gazebo yang terletak di dekat sawah. Melalui campaign ini, Youthivist Bandung ingin menunjukan bahwa budaya makanan bisa dinikmati tidak hanya lewat rasa, tetapi juga lewat suasana dan cara penyajiannya. 

Lebih lanjut, Kak Jasmine juga bercerita bahwa budaya makan lesehan bersama di saung dengan pemandangan sawah sudah ada sejak lama. Hal ini tidak lepas dari geografis wilayah Sunda yang memang kaya akan area persawahan. Sobat,  pernah nggak lihat petani yang beristirahat di gubuk tengah sawah? Nah, suasana itulah yang kemudian diadaptasi oleh restoran-restoran Sunda melalui konsep botram, yakni makan bersama yang hangat dan penuh kebersamaan.

Sambil menikmati asrinya alam, kita bisa santai menikmati makanan dan mengobrol dengan teman ataupun keluarga. Selain itu, orang Sunda juga identik dengan lalapan. Kenapa? Karena daerah Sunda sendiri dikenal dengan daerah pegunungan yang cocok untuk perkebunan sayur. Sayur yang melimpah ini pun dimanfaatkan menjadi lalapan segar yang jadi ciri khas kuliner Sunda. Wah, benar-benar mencerminkan filosofi gemah ripah, ya!

Ciri Khas dalam Seporsi Pangan Lokal Sunda

Sobat, setiap daerah di Indonesia tentunya memiliki ciri khas dan preferensi masing-masing dalam makanan serta pemilihan makanan. Kata Kak Jasmine sebagai orang Sunda, lalapan dan sambal adalah hal yang wajib setiap makan. Selain itu, makanan dan sayur kesukaan yang banyak diminati di Sunda adalah nasi liwet, nasi tutug oncom, ikan asin, ayam goreng, ayam bakar, lele goreng, karedok, sayur asem, tumis sayur, jukut goreng, dan urab sayur. Lengkap banget, nih, Sobat!

Menu-menu tadi lebih bercita rasa pedas dan gurih, jadi cocok nih buat Sobat yang nggak terlalu suka rasa manis. Setelah makan, orang Sunda juga lebih suka minum teh tawar panas dibandingkan minuman lain. Menurut Kak Jasmine, hal ini dikarenakan orang Sunda yang tidak terlalu menyukai cita rasa manis, rasa manis hanya tambahan rasa umami dalam masakan.

Preferensi orang Sunda yang suka makanan pedas dan minum teh tawar panas ini juga didorong oleh dinginnya suhu di Bandung, sehingga makanan dan minuman tersebut sekaligus dapat menghangatkan tubuh. Jadi, nggak salah ya Sobat kalau makanan dan minuman Sunda itu memang menyehatkan, karena rendah gula dan memanfaatkan sayur lokal.

Harapan Kak Jasmine untuk Orang Muda di Indonesia 

Pangan Lokal

Melalui gerakan Youthivist Bandung, Kak Jasmine berharap orang muda di Indonesia mulai paham pentingnya menjaga pola makan dengan mengonsumsi pangan lokal sebagai alternatif makanan yang lebih sehat serta mendukung UMKM lokal. Kita juga bisa mulai menggiatkan pangan lokal untuk turut berpartisipasi dalam menjaga lingkungan hidup serta mendukung petani lokal kita. 

Selain mendukung petani lokal, sayuran Sunda juga lebih sehat karena minim pengolahan yang dapat mempertahankan nutrisi dan gizi yang terkandung di dalamnya.  Menurut Relung Indonesia (2024), dengan memilih pangan lokal, kita juga bisa turut menjaga ekosistem pangan lokal dan menjaga lingkungan, karena dapat mengurangi ketergantungan terhadap barang impor dan emisi yang dihasilkan dari transportasi pengangkutan jarak jauh. Pangan lokal juga umumnya lebih ramah lingkungan karena ditanam dengan metode yang ramah lingkungan dan adaptif terhadap kondisi lokal, sehingga minim menggunakan bahan kimia yang dapat mencemari lingkungan. 

Yuk, mulai dari langkah kecil yang berdampak besar! Sobat Remaja bisa ikut mendukung gerakan ini dengan lebih sadar memilih makanan lokal di keseharianmu, menyebarkan informasi seputar pangan berkelanjutan, atau bahkan ikut terlibat dalam komunitas yang peduli pada isu lingkungan dan budaya lokal. Saatnya orang muda bergerak!

 

Penulis : Wisnu Surya Narendra

Referensi 

TasteAtlas. (2025). Best cities in the world to try local food. https://www.tasteatlas.com/best/cities

Relung Indonesia. (2024, Agustus 2). Menyelamatkan bumi dengan pangan lokal: Kontribusi menu makanan sehari-hari dalam pengurangan emisi. https://relungindonesia.org/2024/08/menyelamatkan-bumi-dengan-pangan-lokal-kontribusi-menu-makanan-sehari-hari-dalam-pengurangan-emisi/

Facebook
X
Threads
LinkedIn

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Event Kami

Ruang Kata 4

Artikel Populer

Artikel Terkait

Translate »