Menghidupkan Kota dengan Bertani: Teknik dan Manfaat Urban Farming yang Harus Sobat Coba

Foto mengenai Urban Farming

Bayangkan ketika kita tinggal di perkotaan dan bangun di pagi hari lalu membuka jendela, dan alih-alih melihat bangunan di mana-mana, kita melihat tanaman hijau yang asri, buah-buahan di dahan yang tampak ranum, dan bunga-bunga cantik bermekaran di atap-atap perumahan. 

Nah, dengan konsep urban farming atau pertanian kota, hal tersebut bisa menjadi nyata dan bukan hanya imajinasi belaka, lho! Saat ini, konsep urban farming tidak hanya menjadi pilihan jawaban atas tantangan keberlanjutan kehidupan kota, tetapi juga dapat memberikan manfaat lingkungan dan sosial yang berharga. Yuk, kita pelajari lebih dalam!

Food and Agriculture Organization (FAO) mendefinisikan urban farming satu paket dengan peri-urban farming sebagai pertanian perkotaan dan pinggiran kota yang mencakup kegiatan produksi pangan dan hasil lainnya yang berlangsung di area tanah atau ruang lain yang terletak di dalam kota atau wilayah sekitarnya. 

Kegiatan ini misalnya seperti penanaman tanaman, budidaya hewan, dan produksi bahan pangan, yang dilakukan di lingkungan kota dan daerah pinggirannya dengan tujuan memenuhi kebutuhan pangan lokal. 

Gambaran kegiatan urban farming
Sumber: Freepik

Nah, konsep urban farming ini sebenarnya muncul sebagai respon dari arus urbanisasi dan pertumbuhan penduduk perkotaan yang semakin meningkat dengan diiringi pengurangan lahan pertanian sehingga menyebabkan adanya permasalahan ketahanan pangan kota. 

Karena berbeda dengan pertanian tradisional yang dilakukan di lahan luas, konsep urban farming yang menekankan pemanfaatan ruang terbatas di kota membuatnya diyakini sebagai solusi inovatif untuk meminimalisir masalah ketahanan pangan di wilayah perkotaan. 

Bahkan, menurut data dari FAO, urban farming ini berkontribusi 15-20% terhadap pasokan pangan global—yang menunjukkan urban farming memiliki peran penting dalam mencukupi kebutuhan pangan masyarakat perkotaan. 

Ragam Teknik dalam Urban Farming 

Praktik urban farming ini mudah untuk diterapkan, lho! Berbagai teknik dalam urban farming antara lain misalnya sebagai berikut: 

  • Vertikultur
Salah satu teknik urban farming: Vertikultur
Sumber: Freepik

Salah satu cara efektif untuk mengatasi keterbatasan lahan, khususnya di lingkungan rumah tangga, adalah dengan teknik budidaya vertikultur yang memungkinkan penggunaan ruang secara vertikal. Dengan keunggulan utama yang terletak pada efisiensi ruang, sistem ini sangat ideal untuk membudidayakan jenis sayuran daun yang tidak memerlukan banyak ruang horizontal, seperti seledri, sawi, kangkung, dan lainnya. 

  • Hidroponik
Salah satu teknik urban farming, yaitu hidroponik
Sumber: Freepik

Jika kita ingin membudidayakan tanaman yang berumur pendek dan cepat panen, maka  hidroponik adalah teknik yang sesuai. Hidroponik adalah metode menanam tanaman menggunakan air tanpa tanah, dengan tiga jenis utama berdasarkan media tanamnya, yakni kultur air dengan media larutan hara; kultur agregat dengan media kerikil, pasir, dan arang sekam padi; serta Nutrient Film Technique (NFT) dengan media selokan yang dialiri larutan hara tipis di sekitar akar. 

  • Aquaponik dan Vertiminaponik
Salah satu teknik urban farming, yakni aquaponik
Sumber: Freepik

Sistem aquaponik merupakan kombinasi antara budidaya hewan air seperti ikan, udang, dan siput dengan produksi tanaman sayuran, sedangkan vertiminaponik adalah model aquaponik yang menggabungkan metode penanaman sayuran menggunakan pot plastik secara vertikal dengan sistem aquaponik. Wah, menarik, ya?

  • Wall Gardening 
Salah satu teknik urban farming, yakni wall gardening
Sumber: Freepik

Teknik yang satu ini sangat cocok untuk menanam jenis tanaman hias. Dengan model pertanaman yang ditempatkan di dinding atau tembok, sistem ini tidak hanya dapat dilakukan di perumahan, tetapi juga dapat kita temukan di gedung perkantoran atau pusat perbelanjaan. 

Manfaat  Urban Farming

Dengan teknik yang aplikatif, konsep urban farming ini juga memiliki sejumlah manfaat, lho! Pertama, manfaat untuk kesehatan dan gizi. Dengan mengurangi biaya transportasi dan penyimpanan, masyarakat perkotaan dapat memperoleh bahan makanan organik yang segar dan kaya nutrisi, sekaligus meningkatkan kesehatan fisik dan mental melalui aktivitas pertanian yang dilakukan. 

Kedua, secara sosial-ekonomi, urban farming dapat meningkatkan pendapatan keluarga dan mempererat hubungan antarwarga melalui partisipasi bersama dalam komunitas pertanian. Terakhir, dari segi lingkungan, urban farming membantu mengurangi panas, debu, dan polusi, menyediakan oksigen, serta memanfaatkan limbah organik sebagai pupuk alami.

Wah, tidak heran ya kalau urban farming ini dianggap sebagai solusi cerdas untuk mengatasi tantangan yang dihadapi lingkungan perkotaan, mulai dari keterbatasan lahan hingga masalah ketahanan pangan. Dengan memanfaatkan berbagai teknik, masyarakat perkotaan dapat menanam sayuran, buah-buahan, bahkan tanaman hias di lingkungan yang sempit. 

Selain itu, urban farming juga menawarkan banyak manfaat dari segala sisi. Sudah siap memulai urban farming di rumah atau komunitasmu? Yuk, bagikan artikel ini dengan sobat yang lain atau tinggalkan komentar tentang teknik urban farming yang paling ingin Sobat coba! 🌱

Penulis: Zahra Hafizha Rahma

Referensi Artikel: 

Ali, M. S., Zaman, N. B. K., & Othman, N. M. I. (2022). Urban farming. Proceedings Science, Ethics & Civilization, 1, 42-48. https://majmuah.com/journal/index.php/konsep/article/view/148

Maneesha S R, Sreekanth GB, Rajkumar S., Chakurkar E. (2019). Urban farming-emerging trends and scope. 6. 709-717. https://www.researchgate.net/publication/340051530_Urban_farming-emerging_trends_and_scope

Rosdiana, E., Rahayu, S., & Hartati, D. (2023). Urban Farming Sebagai Usaha Menjaga Ketahanan Pangan Berkonsep Sayuran Hijau. J-ABDI: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat, 2(9), 6181-6188. https://doi.org/10.53625/jabdi.v2i9.4835

Setiawan, T., & Pratama, M. F. A. (2024). Pemenuhan pangan berkelanjutan melalui pemanfaatan lahan pekarangan sebagai adaptasi baru urban farming di Kota Bandung. Jurnal Pengabdian Sosial, 1(9), 973-983. https://doi.org/10.59837/cfatc896

Facebook
X
Threads
LinkedIn

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Event Kami

ruang kata

Artikel Populer

Artikel Terkait

Translate »