Gizi, Adiksi, dan Distorsi:
Saatnya Beraksi Penuhi Gizi untuk Wujudkan Masa Depan Cerah yang Presisi
Arya Saputra Ramadani
Universitas Muhammadiyah Profesor Dr. Hamka
Gizi dan adiksi tak hentinya berkelahi di era disrupsi. Bagaikan rokok yang dianggap sebagai kebutuhan pokok. Sedangkan telur dianggap asupan gizi yang kian “terkubur”.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa pengeluaran per kapita per bulan penduduk Indonesia pada September 2022 sebesar Rp 1,39 juta. Secara tahunan, angka ini naik sebesar 8,71% yang juga terjadi di tengah kenaikan harga pokok pangan. Secara nasional, rata-rata pengeluaran per kapita sebulan untuk kelompok makanan sebesar Rp 700.966 dengan selisih yang tinggi antara daerah perkotaan dan pedesaan, yaitu masing-masing Rp 756.260 dan Rp 625.343. Adapun 12,5% dari total pengeluaran per kapita/bulan adalah pengeluaran masyarakat untuk rokok yang mencapai Rp82,18 ribu per kapita sebulan dan secara detail dapat disimak pada tabel di bawah ini.
Tabel 1. Persentase Pengeluaran per kapita Sebulan
*Berdasarkan kelompok komoditas makanan dan daerah tempat tinggal (BPS, September 2022)
Hal ini tentu sangat memprihatinkan, Indonesia yang masih berstatus sebagai negara berkembang masih terancam oleh adiksi yang terus mengekang, sementara negara lain tengah bersaing untuk terus berkembang.
Rendahnya kesadaran dan pengetahuan sebagian masyarakat Indonesia terhadap bidang kesehatan, pendidikan, dan ekonomi membuat konsumsi rokok di Indonesia tetap tinggi. Meski harga rokok secara perlahan terus melambung seiring naiknya cukai rokok, tetapi hal tersebut tidak menyurutkan animo masyarakat untuk terus menyiksa diri dengan adiksi yang tak bertepi.
Padahal, rokok mengandung lebih dari 7000 zat kimia yang berbahaya dan 69 zat di antaranya bersifat karsinogenik atau dapat memicu terjadinya kanker, sebagaimana salah satu dampak lainnya adalah memicu terjadinya stunting pada sang buah hati. (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2021)
Survei Status Gizi Indonesia pada tahun 2022 mengungkap fakta bahwa prevalensi stunting di Indonesia berada di angka 21,6% dan masih sangat jauh dari target penurunan prevalensi stunting yang diupayakan dan tertuang pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2024 yaitu sebesar 14%.
Stunting merupakan gangguan pertumbuhan pada anak yang merupakan dampak dari kekurangan gizi secara kronis. Stunting mengindikasikan gejala masalah kesehatan masyarakat karena berhubungan dengan meningkatnya resiko morbiditas dan mortalitas, penurunan perkembangan fungsi motorik dan mental serta mengurangi kapasitas fisik dan kognitif sang buah hati. (Administrative Committee on Coordination/Sub-Committee on Nutrition [ACC/SCN], 2000).
Kekurangan gizi kronis ini bukan hanya dapat terjadi akibat kemiskinan, tetapi juga karena kurangnya pengetahuan dan pemahaman calon Ayah Bunda dalam memenuhi gizi pada masa awal kehidupan buah hati. Sejak 1000 hari pertama kehidupan (HPK) yang dimulai dari masa kehamilan sampai sang buah hati berusia dua tahun merupakan Window of Opportunity atau jendela kesempatan bagi pasangan suami istri untuk memenuhi gizi untuk mencegah stunting. Diet makanan yang kaya akan zat gizi tentunya akan membantu anak untuk tumbuh dan memenuhi kebutuhan potensi fisik dan kognitif yang optimal. (Barker et al., 2007).
Adapun salah satu jurus jitu yang dapat dilakukan oleh masyarakat untuk mencegah stunting adalah dengan mengonsumsi telur. Selain bergizi, telur adalah salah satu makanan bergizi yang harganya terjangkau, mudah didapatkan, dan mudah pengolahannya. Telur adalah salah satu bahan makanan hewani yang mengandung protein, lemak, mineral dan vitamin. Dua (2) butir telur ayam ras seberat 100 gram mengandung zat gizi antara lain; kalori (154 kkal), protein (12,4 gram), lemak (108 gram), karbohidrat (0,7 gram), kalsium (86 mg), fosfor (258 mg), zat besi (3 gram), kalium (118,5 gram), natrium (142 gram), Vitamin A (104 mcg), Tiamin (Vit.B1) (0,12 mg) dan Riboflavin (Vit. B2) (0,38 mg). (Epid UNAIR, 2022) Hal ini menjadi salah satu konsen yang saya suarakan bersama FCTC Indonesia dengan cara menyemarakkan Festival Telur dengan pesan kunci lebih baik membeli telur daripada membeli rokok yang buat babak belur.
Saya, memaksimalkan peran saya sebagai remaja sehat, cerdas dan ceria dari PIK-R Bangka Jakarta Selatan sekaligus Duta Generasi Berencana (Genre) DKI Jakarta 2022 dan Health Heroes Facilitator dengan terus melakukan kampanye dan aksi nyata secara daring dan luring, baik di tingkat lokal, nasional, hingga internasional. Salah satunya dengan menginisiasi gerakan periodik berkelanjutan bernama TenD For Youth Indonesia bersama PIK-R Bangka yang berdiri sejak 2020 dengan berasaskan partisipasi remaja yang bermakna dan menggelorakan semangat remaja berdaya, berkarya dan digdaya yang berfokus pada penyiapan kehidupan berkeluarga bagi remaja, isu sosial dan kesehatan, serta pengembangan minat dan bakat remaja.
Tidak melulu membentuk kegiatan mainstream, sejak 2021 secara periodik setiap semester, kami menginisiasi gerakan masif dan inovatif berskala nasional, “A Wonderful Life Campaign”, sebuah kampanye masif yang berisikan rangkaian siaran langsung instagram, online mentoring, live tagging, unggah konten bersama, seminar nasional, webinar nasional, dan webinar internasional.
Pada tahun 2023 ini, kami kembali menyelenggarakan “A Wonderful Life Campaign” yang bertemakan pemenuhan gizi seimbang dan label pangan kemasan yang bekerja sama dengan RISE Foundation melalui pendanaan Foundation Botnar. Acara ini diikuti oleh 318 peserta kegiatan, 12 campaigner yang menghasilkan 27 konten edukasi dengan total penerima manfaat langsung sebanyak 1200 remaja dan penerima manfaat tidak langsung sebanyak lebih dari 25000 remaja.
Gerakan ini tidak hanya berupa kegiatan membagikan poster edukasi tanpa arti, tetapi kami terlebih dahulu mengedukasi peserta aksi selama satu (1) bulan, sehingga ia memiliki bekal yang cukup untuk dibagikan kepada remaja lainnya. Kemudian kami bagikan konten edukasi berupa poster, reels dan beberapa berita terkini terkait kependudukan dan pembangunan keluarga untuk meningkatkan literasi gizi dan label pangan kemasan dari hulu ke hilir dengan menyasar kaum remaja dan masyarakat peduli remaja.
Saya meyakini, melalui gerakan kecil ini dapat meningkatkan pengetahuan remaja terkait literasi gizi dan label pangan kemasan dan mampu menciptakan Indonesia yang lebih sehat dan sejahtera, karena sejatinya sejahtera Indonesia dimulai dari terpenuhinya gizi remaja.
DAFTAR PUSTAKA
1. Cancer Research UK. 2021. What’s In a Cigarette? Medicinenet. Nicotine (Tobacco Addiction and Abuse).
2. Martin, T. Verywell Mind. 2021. A Disturbing List of Toxic Chemicals In Cigarettes.
3. U.S. Food & Drug Administration. 2020. Chemicals In Tobacco Products and Your Health.
4. Direktorat Promosi Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2021. Jakarta: Kemenkes RI.
5. Sensus Penduduk Indonesia. 2022. Jakarta: Badan Pusat Statistik.
6. Prabowo, Dani. Menkeu Sebut Konsumsi Rokok di Indonesia Lebih Tinggi dari Protein”. nasional.kompas.com, 3 November 2022, https://nasional.kompas.com/read/2022/11/03/20575711/menkeu-sebut-konsumsi-rokok-di-indonesia-lebih-tinggi-dari-protein
7. Mutia Annur, Cindy. “Berapa Jumlah Konsumsi Rokok Masyarakat Indonesia Per Tahun?”. databoks.katadata.co.id, 15 Desember 2021, https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2021/12/15/berapa-jumlah-konsumsi-rokok-masyarakat-indonesia-per-tahun