Kata kunci pertama yang muncul ketika mendengar anak kos pasti tidak jauh dari yang namanya “pas-pasan”. Stereotip ini mewakili kehidupan anak kos di tempat perantauan yang mayoritas mengandalkan kiriman dana sebulan sekali dari keluarga, apalagi ini menjadi suatu berkah tersendiri yang patut dirayakan jika mendapat kiriman tepat waktu.
Lain lagi ceritanya jika kiriman tersendat. Bertahan hidup ala penduduk primitif menjadi pilihan satu-satunya. Makan nasi campur garam atau kecap atau yang paling parah adalah memasak kembali nasi kering yang berkerak di rice cooker. Padahal apa yang masuk ke dalam tubuh akan sangat berpengaruh terhadap kesehatan fisik dan mental. You are what you eat.
Warteg hadir di tengah-tengah keresahan anak kos yang terhimpit biaya hidup. Warteg menghadirkan nuansa sederhana dengan pilihan menu yang beragam. Bukan hanya itu, system dine in atau take away bahkan bon makin mensejahterakan anak kos. Tentu hal ini akan berimbas pada meningkatnya kualitas kesehatan dan mental anak kos.
Harga menu yang ditawarkan warteg dipatok mulai dari Rp 1.000/ item hingga yang paling elit mencapai 10.000/ item. Biasanya harga paling mahal dikhususkan untuk kelompok tinggi protein, seperti ayam atau ikan. Jika diambil sampling jatah bulanan (1 bulan = 30 hari) tiap anak kos adalah Rp 1.000.000, maka jatah per harinya adalah Rp 33.333. Angka ini cukup untuk tiga kali makan makanan sehat.
Jika Angka Kecukupan Gizi harian untuk laki-laki dan Perempuan dengan usia 19-29 tahun berturut-turut adalah 2725 kkal dan 2250 kkal, maka kombinasi menu makanan di bawah ini bisa menjadi alternatif bagi anak kos yang masih linglung dalam memilih menu.
Meskipun nasi campur warteg memiliki kandungan energi dengan persentase kurang dari 30% AKG (persentase AKG berdasarkan kebutuhan energi 2150 kkal/hari), tetapi keberadaannya patut dipertimbangkan untuk memenuhi gizi harian saat krisis ekonomi melanda demi mental dan fisik anak kos yang sejahtera.
Referensi :
Alfatih, M., Ali Rofiqoh, F., Anisya Faujia, R., Putri Rahmananda, M., Rahmatunisa, A., Vidian Paquita, E., Olivia, H., Fauziah Ananda, D., Natasya Putri, R., & Paramasetya Firmansyah, F. (2022) Pemanfaatan Jamur Tiram Menjadi Kaldu Jamur Tiram Bubuk sebagaiPengganti MSG di Desa Boto, Wonosari, Klaten. , 296–303.
Suniawati, E. (2021) Analisis Zat Gizi Nasi Campur Warteg yang Sering Dikonsumsi Masyarakat Sekitar Kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.
Yudhistira, S., Nuhriawangsa, A.M.P., & Fanani, M. (2021) Pengaruh Asupan Sayur Kangkung (Ipomea reptans poir.) dan Olahraga Renang Terhadap Intensitas Kecemasan pada Remaja Laki-Laki. Media Gizi Indonesia. 16(3), 287.