Health Heroes – Gizi merupakan zat yang terdapat pada makanan serta minuman, dan hal tersebut dibutuhkan oleh organisme yang ada di tubuh untuk keperluan pertumbuhan, perkembangan, serta ketahanan tubuh. Di Indonesia sendiri masih minim sekali kesadaran masyarakat mengenai pentingnya gizi seimbang dalam pola hidup sehat. Masih banyak dijumpai di kota-kota besar masyarakat yang membeli makanan sesuai dengan keinginan hati, dengan alih-alih yang penting mengenyangkan. Tak hanya itu, terdapat kemudahan dalam memesan makanan melalui aplikasi yang terdapat di smartphone tanpa harus keluar rumah. Peristiwa ini terjadi karena dampak salah satu dari kemajuan teknologi yang ada. Sayangnya, menu-menu yang ditawarkan pada aplikasi berupa makanan cepat saji atau sering disebut dengan fast food.
Apa itu fast food? Fast food merupakan jenis makanan yang praktis dalam proses pembuatan, serta mudah dalam pengemasan serta penyajiannya. Makanan jenis ini memang digandrungi kalangan anak muda karena rasanya yang enak, gurih, serta harga yang terjangkau. Frekuensi mengonsumsi fast food memang dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti keterbatasan uang saku, media sosial, dan rendahnya kesadaran kesehatan (Imtihani & Noer, 2013). Pada dasarnya, kita boleh saja memesan makanan fast food, tetapi jangan sampai menjadi suatu kebiasaan. Karena makanan tersebut biasanya banyak mengandung lemak, kalori, garam, gula, dan rendah akan vitamin, mineral, serta kandungan serat. Dari kandungan makanan yang tidak seimbang ini tentu mempunyai efek samping yang tidak sehat dan memang efek tersebut tidak terlihat secara langsung bagi anak-anak, remaja, maupun dewasa. Berikut beberapa efek samping dari seringnya mengonsumsi fast food:
1. Obesitas :
Menurut data penelitian yang ada, terdapat 63,5% remaja SMA sering mengonsumsi fast food (Husni dkk, 2022). Padahal masa remaja menjadi salah satu periode tumbuh kembang yang penting, baik fisik maupun kecerdasannya dalam bidang akademik atau non-akademik. Di masa remaja juga memiliki kebutuhan gizi yang spesial karena perubahan kematangan fisiologis yang berhubungan dengan masa pubertas. Kurangnya aktivitas fisik, seperti menonton drama seharian di kamar dan bermain game online di laptop juga dapat membuat orang tersebut mengalami obesitas karena adanya penumpukan lemak dari konsumsi fast food. Obesitas pada masa remaja dapat meningkatkan resiko obesitas pada saat usia dewasa dan dapat menyebabkan penyakit lainnya. Dalam konsumsi fast food dapat dikatakan “sering” ketika mengonsumsi lebih dari 3 kali dalam seminggu. Semakin sering mengonsumsi fast food, maka semakin meningkat pula timbunan kalori dalam tubuh yang dapat memengaruhi Indeks Massa Tubuh. Di Indonesia memang terdapat masalah mengenai asupan gizi yang kurang dan hal tersebut belum dapat tertangani sepenuhnya dengan baik sampai saat ini, yaitu stunting. Namun, jangan karena menghindari kurangnya asupan gizi kita menjadi obesitas.
2. Tekanan Darah Tinggi (Hipertensi)
Selain obesitas, makanan fast food juga dapat meningkatkan resiko tekanan darah tinggi. Hal ini disebabkan oleh tingginya lemak jahat dan natrium yang ada pada makanan dapat menggangggu keseimbangan sodium dan potassium dalam tubuh (Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan). Penyakit ini juga merupakan salah satu dampak dari obesitas. Resiko menderita hipertensi meningkat 1,6 kali pada orang yang obesitas (Rohkuswara & Syarif, 2017).
3. Diabetes
Selain mengandung garam yang tinggi, makanan fast food juga mengandung gula yang tinggi pula. Penyakit ini juga menjadi dampak dari seseorang yang mengidap obesitas. Resiko menderita diabetes melitus akan meningkat secara linier sesuai dengan peningkatan Indeks Massa Tubuh. Biasanya orang yang obesitas memiliki Indeks Massa Tubuh di atas rata-rata, dan hal tersebut dapat meningkatkan resiko terkena diabetes melitus sebesar 1,71 kali dari orang yang memiliki Indeks Massa Tubuh normal (Saputra, 2020).
4. Stroke
Penyakit ini dipicu dengan banyaknya kandungan kolestrol yang ada pada makanan fast food. Kolestrol memang tidak baik bagi kesehatan tubuh apabila terjadi penyumbatan pada pembuluh darah otak. Meningkatnya jumlah masyarakat Indonesia yang terkena stroke karena kegemukan akibat pola makan makanan yang mengandung tinggi lemak atau kolesterol.
Jika dilihat dari penyakit-penyakit di atas, sebenarnya masalah kurangnya asupan gizi tidak hanya berasal dari kalangan bawah. Mungkin di daerah-daerah pedalaman masalah kekurangan gizi memang disebabkan dengan terbatasnya ekonomi dan komoditas yang tersedia. Namun, pada daerah perkotaan kurangnya gizi karena masyarakat yang sudah tidak terlalu memerhatikan kesehatan dan mudahnya masnyarakat mengakses makanan melalui aplikasi online. Dalam hal ini, peran orang tua juga sangat besar dalam memerhatikan anaknya. Orang tua harus sabar dalam memberikan penfertian tentang bahaya fast food dan mau ikut sibuk dalam menyiapkan makanan, contohnya menyiapkan bekal anak sekolah. Masalahnya, saat ini orang tua yang juga mempunyai kesibukan masing-masing hanya sebatas memberikan uang saku dan mereka merasa dengan memberikan uang saku itu sudah cukup. Padahal belum tentu apa yang dimakan sudah mencukupi kebutuhan gizinya.
Kemajuan teknologi memang selalu memberikan dampak negatif bagi yang menyalahgunakan dan memberikan dampak positif bagi yang dapat memanfaatkannya. Dalam hal memesan makanan secara online melalui aplikasi, tentu sangatlah membantu ketika kita mempunyai banyak aktivitas di luar rumah dan tidak memungkinkan untuk memasak ataupun membeli makanan secara langsung. Namun, hal tersebut tidak boleh terlalu sering. Oleh karena itu, alangkah lebih baik jika membiasakan diri dengan memasak dan membawa bekal sendiri, sehingga kita dapat mengetahui kandungan gizi apa saja yang dikonsumsi. Tidak ada salahnya membiasakan diri dengan pola hidup sehat. Di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat.
Referensi :
DAMPAK JUNK FOOD DAN FAST FOOD TERHADAP PENYAKIT KANKER (no date). https://www.rskariadi.co.id/news/135/DAMPAK-JUNK-FOOD-DAN-FAST-FOOD-TERHADAP-PENYAKIT-KANKER/Artikel.
Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan (no date). https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/2182/pengaruh-makanan-cepat-saji-terhadap.
Husni, L., Rufaidah, A., Narti, S., Dahlan, A. (2022). ‘HUBUNGAN KONSUMSI FAST FOOD DAN FAST DRINK TERHADAP GANGGUAN MENTRUASI PADA REMAJA PUTRI DI KELURAHAN GANGGUAN MENTRUASI PADA REMAJA PUTRI DI KELURAHAN GANGGUAN MENTRUASI PADA REMAJA PUTRI DI KELURAHAN KUBU DALAM PARAK KARAKAH KECAMATAN PADANG TIMUR KOTA PADANG TAHUN 2022’ Jurnal Citra Ranah Medika, 2 (1), pp. 1-10.
Imtihani, T.R. and Noer, E.R. (2013) ‘HUBUNGAN PENGETAHUAN, UANG SAKU, DAN PEER GROUP DENGAN FREKUENSI KONSUMSI MAKANAN CEPAT SAJI PADA REMAJA PUTRI,’ Journal of Nutrition College, 2(1), pp. 162–169. https://doi.org/10.14710/jnc.v2i1.2112.
Rohkuswara, T.D. and Syarif, S. (2017) ‘Hubungan Obesitas dengan Kejadian Hipertensi Derajat 1 di Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular (Posbindu PTM) Kantor Kesehatan Pelabuhan Bandung Tahun 2016,’ Jurnal Epidemiologi Kesehatan Indonesia.[Preprint]. https://doi.org/10.7454/epidkes.v1i2.1805.
Saputra, I.P.G.W. et al. (2020) ‘Indeks Massa Tubuh dengan Kadar Hb-A1c pada Pasien Diabetes Melitus Tipe II,’ Sandi Husada : Jurnal Ilmiah Kesehatan, 12(2), pp. 597–603. https://doi.org/10.35816/jiskh.v12i2.360.