Di dua artikel sebelumnya, telah dijelaskan bahwa aktivitas digital dan penggunaan internet yang berlebihan menyimpan ancaman masalah kesehatan mental di baliknya. Namun, kendati teknologi menjadi sumber menurunnya kesejahteraan digital, bukan berarti Sobat harus memisahkan diri sepenuhnya dari teknologi. Sebab, Sobat juga bisa memanfaatkannya untuk menunjang digital wellbeing.
Ada berbagai macam aplikasi dan fitur bawaan smartphone yang didesain untuk mengurangi kecanduan media sosial ataupun sekadar membatasi waktu membuka smartphone. Nah, bagi Sobat yang masih kesulitan disiplin memulai aktivitas digital yang sehat, berikut ini adalah beberapa tips memaksimalkan teknologi untuk menerapkan digital wellbeing.
1. Menggunakan Aplikasi Pengatur Screen Time.
Tips pertama, Sobat bisa mengunduh beberapa aplikasi yang dapat mengurangi waktu layar atau screen time. Dengan aplikasi ini, Sobat bisa mengetahui durasi penggunaan smartphone, termasuk daftar aplikasi yang paling sering digunakan.
Selain itu, Sobat juga dapat mengatur batasan waktu penggunaan aplikasi dan kunjungan situs web dalam kurun waktu tertentu. Caranya pun cukup mudah. Sobat hanya tinggal memilih aplikasi atau alamat situs web yang ingin dibatasi, lalu mengatur durasinya. Sobat juga mempersonalisasinya sesuai dengan kebutuhan maupun kesibukan jadwal Sobat.
Beberapa contoh aplikasi pengatur screen time antara lain: Block Apps & Websites, Action Dash, Digitox, dan Forest.
2. Memanfaatkan Fitur Bawaan.
Jika tidak ingin mengunduh aplikasi pihak ketiga, Sobat bisa memaksimalkan fitur-fitur bawaan yang sudah tersedia. Sistem operasi Android misalnya, sudah memiliki layanan digital wellbeing and parental control yang menyediakan berbagai fitur, seperti pencatatan durasi aplikasi dan pembatasan screen time.
Selain itu, fitur tersebut juga menawarkan beberapa mode penggunaan, seperti mode Waktu Tidur yang dapat digunakan saat istirahat, mode Fokus yang bisa dinyalakan saat sibuk atau memerlukan konsentrasi, hingga mode Jangan Ganggu untuk melenyapkan semua notifikasi dan panggilan telepon.
3. Memakai Teknologi untuk Relaksasi, Kenapa Tidak?
Mengalami stress dan gangguan kecemasan saat menjelajah internet adalah salah satu tanda penurunan kesejahteraan digital. Jika Sobat merasa mengalaminya, tidak ada salahnya untuk mengunduh aplikasi yang menawarkan dukungan relaksasi. Melalui aplikasi tersebut, Sobat bisa mendapatkan akses ke berbagai pilihan musik, sesi meditasi, tips-tips penting yang dapat mendukung ketenangan pikiran dan kesehatan mental.
Beberapa aplikasi tersebut misalnya seperti: Headspace, Calm, Insight Timer, Medito, dan Atom.
4. Memantau Kesehatan Secara Digital
Salah satu aspek penting dari digital wellbeing adalah produktivitas. Sebagai alat pengingat untuk tetap produktif, Sobat bisa menggunakan aplikasi-aplikasi pelacak aktivitas. Aplikasi ini akan menyediakan data-data penting seperti detak jantung, pola tidur, jumlah langkah harian, dan level pergerakan. Dari data-data tersebut, Sobat bisa mengetahui kapan saatnya harus memperbanyak aktivitas dan kapan boleh sejenak membuka smartphone.
Aplikasi yang dimaksud misalnya seperti: Google Fit, Health Tracker, dan Strava.
5. Mengganti Tampilan Layar yang Lebih Sederhana
Sering menengok layar hampir setiap saat tanpa alasan yang jelas adalah salah satu tanda-tanda menurunnya kesejahteraan digital. Untuk mengurangi kebiasaan semacam ini, Sobat bisa mengubah tampilan layar smartphone menjadi lebih sederhana.
Sebagai contoh, jika umumnya menu utama akan dipenuhi dengan ikon-ikon aplikasi yang meriah dan berwarna, Sobat bisa menggantinya dengan tampilan yang hanya berisi teks. Alhasil, smartphone Sobat terlihat lebih “membosankan”, kurang menarik perhatian, dan perlahan mendemotivasi Sobat untuk tidak lagi membuka smartphone.
Beberapa pilihan aplikasi untuk mendukung hal tersebut antara lain: O Launcher, Niagara Launcher, Before Launcher, Indistract, dan Minimalist Phone.
6. Menggunakan Aplikasi Pengawasan Keluarga
Penurunan kesehatan digital bukan hanya masalah yang dialami orang dewasa. Anak-anak dan remaja awal misalnya, juga sangat mungkin mengalami kecanduan internet. Di sisi lain, mereka umumnya belum memiliki agensi yang cukup untuk menerapkan digital wellbeing secara mandiri. Pada situasi tersebut, menggunakan aplikasi penunjang digital wellbeing berbasis keluarga bisa menjadi salah satu pilihan.
Dengan menggunakan aplikasi semacam ini, orang dewasa di dalam sebuah keluarga bisa memfasilitasi anggota keluarga yang lebih muda untuk ikut menerapkan digital wellbeing. Orang tua yang memiliki anak misalnya, dapat mengawasi jenis aplikasi yang diakses oleh anak, termasuk mengontrol screen time mereka.
Contoh dari aplikasi ini antara lain: Google Family Link, Airdroid Parental Control, dan Fami Safe.
Apakah Selamanya Harus Bergantung pada Teknologi?
Teknologi, saat digunakan dengan bijak, memang dapat mendukung digital wellbeing. Tetapi, bagaimanapun, ia hanya merupakan alat bantu sementara. Dalam memulai aktivitas digital yang lebih sehat, Sobat tetap perlu menerapkan digital wellbeing yang lebih mandiri dan lepas dari ketergantungan teknologi.
1. Tetapkan Batasan Waktu Layar Secara Manual
Apabila Sobat sedang berusaha mengurangi screen time, tantanglah diri sendiri agar tidak terus-menerus mengandalkan aplikasi. Misalnya, dalam momen tertentu seperti saat pagi hari atau menjelang tidur, Sobat bisa berinisiatif menahan diri untuk tidak membuka smartphone, tanpa harus menunggu perintah dari aplikasi. Sobat juga bisa memaksimalkan alarm fisik dan jam dinding sebagai penggantinya.
2. Mulai Rutinitas Non-Digital yang Sehat
Untuk menggantikan waktu yang biasanya dihabiskan di depan layar, Sobat bisa mulai menyusun rutinitas demi menunjang produktivitas. Misalnya seperti beberes rumah atau kamar, olahraga, meditasi, menulis jurnal, ataupun memasak. Semakin banyak rutinitas non-digital, semakin mudah Sobat membangun digital wellbeing tanpa harus bergantung pada teknologi.
3. Atur Zona Bebas Teknologi
Selain memperbanyak rutinitas, Sobat juga bisa menciptakan “zona bebas teknologi”, yakni area dimana Sobat dilarang untuk membawa perangkat digital apapun dan fokus untuk beristirahat dan melakukan interaksi sosial. Zona bebas teknologi bisa berupa area-area terdekat seperti kamar tidur, ruang makan, dan ruang belajar.
4. Tingkatkan Interaksi Sosial Langsung
Hal yang tidak kalah penting adalah memperbanyak interaksi sosial secara langsung. Jika Sobat sedang merasa bosan, hindari memegang perangkat digital dan pergi keluar beraktivitas. Demikian pula, apabila Sobat sedang ingin menghabiskan waktu dengan seseorang, ajak mereka jalan-jalan, makan bersama, atau mengunjungi suatu tempat. Gunakanlah smartphone secara terbatas, misalnya hanya untuk membuat janji dan konfirmasi kedatangan.
Nah, itulah beberapa tips bagi Sobat yang ingin memanfaatkan teknologi untuk mendukung digital wellbeing, serta sedikit batasan agar tidak terlalu mengandalkan perangkat digital di dalam penerapannya. Teknologi seharusnya menjadi alat yang mendukung kesejahteraan kita, bukan sebaliknya. Yuk, coba gunakan smartphone dan teknologi di sekitar Sobat untuk memulai aktivitas digital yang lebih sehat!
Penulis: Nobertus Mario Baskoro