Impian Menjadi Skinny, Jangan Sampai Membawa Petaka Bagi Diri

Suara menjadi lebih nyaring, menstruasi dimulai, tubuh melebar ke samping dan tumbuh rambut dimana-mana, masa remaja begitu menyeramkan bagi perempuan! Mungkin, itu adalah reaksiku dan sebagian besar remaja perempuan di awal pubertasnya. Masa Remaja merupakan masa dimana banyak perubahan tubuh yang terjadi. Tak hanya fisik, perubahan hormon yang drastis juga mempengaruhi emosi yang dialami baik laki-laki maupun perempuan. Tak heran jika Stanley Hall menyebutnya sebagai masa storm and stress (badai dan stress) sebagai masa yang dirasakan seorang remaja. Bentuk dari storm and stress ini juga ditunjukkan dengan kecenderungan remaja untuk tampil menarik di mata orang lain. Hal tersebut dapat dicapai dengan cara mengubah penampilan. Yang gendut ingin menjadi kurus, yang hitam ingin menjadi putih, yang baru memiliki jerawat ingin segera mulus, yang pendek ingin menjadi tinggi.

Sama halnya dengan yang dulu kurasakan yakni mencoba berbagai produk di wajah untuk menghilangkan jerawat. Padahal, sangat wajar lho bagi seorang remaja memiliki jerawat karena perubahan hormon. Tidak hanya itu, olahraga eksesif seperti lari dalam jarak jauh dan skipping dengan jumlah yang tidak wajar dalam sehari karena ingin tinggi dan kurus. Hal serupa dirasakan oleh teman remaja lain yang sempat terkena bullying akibat tubuhnya yang lebih berisi dibanding temannya. Ia olahraga berlebihan hingga siklus menstruasinya berantakan, menolak makan, serta secara obsesif menghitung jumlah kalori yang masuk ke dalam perutnya. Memang betul, hal tersebut berhasil membuat berat badannya turun, tetapi hal itu juga diiringi dengan perilaku binge eating dan perasaan rasa bersalah setiap kali ia makan. Waduh, bahaya banget ya punya hubungan yang tidak sehat dengan makanan?

Ternyata, apa yang dialami oleh ia, juga banyak dirasakan oleh banyak teman-teman remaja lainnya. Indonesia sendiri merupakan negara dengan kasus obesitas yang cukup tinggi. Tingginya angka obesitas pada anak-anak di Indonesia bisa disebabkan oleh banyak hal. Konsumsi makanan cepat saji yang berlebihan dan kurangnya aktivitas fisik bisa menjadi beberapa alasan yang menyebabkan obesitas. Tak hanya itu, mudahnya akses dalam membeli makanan tinggi kalori serta konsumsi minuman berpemanis yang tinggi kalori dan gula serta rendah nutrisi, menjadi penyebab obesitas. Salah satunya, kesalahpahaman terkait susu kental manis dan malah menjadikannya pengganti susu juga sangat berbahaya bagi anak-anak yang nanti di masa remajanya dapat mengarah kepada obesitas.

Dalam mengatasi kasus tersebut, diperlukan langkah yang hati-hati dan mendetail oleh setiap elemen di sekitar sang remaja. Kesalahan mengambil langkah mampu berdampak pada masalah yang lebih besar. Sebagai contoh, cerita teman remaja yang akhirnya diet ekstrem di awal, merupakan akibat dari kesalahan pendekatan dalam menanggapi kasus obesitas yang ia alami. Apa yang ia alami, terjadi pada kebanyakan kasus munculnya gangguan makan pada seseorang yang mulanya diawali dengan obesitas. Mulanya ia merasa bahwa ia harus “makan secara sehat”. Persepsi itu biasanya berlanjut dengan perilaku yang kerap dilakukan yakni diet yang ketat, menghindari makan pada jam-jam tertentu, memperpanjang rasa lapar, atau bahkan usaha memuntahkan diri, atau konsumsi obat-obatan diet. Tak hanya itu, biasanya kegiatan tersebut juga diiringi dengan olahraga yang berlebihan dan kompulsif. Namun, hal tersebut justru malah diikuti dengan perilaku makan berlebihan di malam hari dan usaha untuk memuntahkannya sebagai kompensasi atas rasa bersalah akibat makan yang banyak.

Terdengar familiar dengan cerita tentang temanku di awal, bukan? Karena nyatanya, banyak dari kasus remaja yang obesitas dan berusaha untuk menguruskan diri, melalui tahap yang tidak sehat seperti itu akibat pendekatan yang salah. Kondisi tersebut juga diperparah dengan ketidakpuasan terhadap tubuh yang biasa muncul pada remaja karena keinginan untuk memiliki tubuh ideal tertentu. Jika berkelanjutan, perilaku dan pola pikir yang dimiliki oleh remaja tersebut dapat mengarah kepada masalah yang lebih serius yakni gangguan makan.

Lalu, apa pendekatan yang tepat untuk menangani kasus obesitas pada remaja agar tidak mengarah pada kasus yang lebih besar seperti gangguan makan? Pertama, lakukan kampanye secara tepat. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kampanye yang menyorot obesitas sebagai suatu hal yang buruk, justru dapat mengarah pada proses intervensi obesitas yang kurang efektif. Adanya nada menyudutkan dan stigma yang negatif pada kasus obesitas justru bukannya malah mengatasi, tapi memperparah situasi. Strategi menakut-nakuti bukan pendekatan yang tepat, tetapi buatlah kampanye dengan nada yang positif dan memotivasi. Jika menilik dari salah satu penyebab munculnya obesitas, ialah ketidakpuasan terhadap tubuh. Maka, buatlah kampanye terkait cara mencintai diri dan tubuh yang kita miliki. Dengan memulainya dari mencintai diri, maka seorang remaja dapat memahami bahwa ada beberapa kebiasaan yang mungkin dapat menyakiti diri. Seorang remaja yang sudah mencintai dirinya, pasti akan mengusahakan dirinya sehat.

Setelah membuat seorang remaja mencintai dirinya, beri pemahaman terkait pentingnya mengenali asupan yang masuk dalam dirinya. Penyebab lain munculnya obesitas ialah konsumsi makanan cepat saji dan minuman berpemanis. Perlu adanya pemahaman terkait kandungan gizi dan gula pada setiap makanan yang masuk ke dalam tubuh. Salah satunya ialah melakukan Cek Klik (Cek Kemasan, Label, Izin Edar, Kadaluarsa). Dengan pembiasaan Cek Klik, seorang remaja bisa mendapatkan informasi terkait asupan gizi yang masuk dalam makanan atau minumannya. Namun, tak hanya berhenti dari situ. Usaha ini tidak bisa hanya bermula dari individu sang remaja saja. Namun, perlu ada intervensi dalam skala yang lebih makro seperti masyarakat sekitar yakni pemilik usaha atau bahkan pemerintah. Health Heroes Nutrihunt salah satunya. Usaha tersebut menjadi salah satu langkah dalam mengatasi permasalahan kurangnya informasi gizi pada makanan.

Dan terakhir, salah satu langkah yang bisa dilakukan adalah teknik motivational interviewing. Motivational interviewing adalah salah satu cara pendekatan positif untuk mengatasi obesitas pada remaja tanpa memberikan ketakutan pada diri mereka. Cara ini digunakan dengan memanfaatkan komunikasi yang kolaboratif dengan sang remaja. Tak hanya itu, motivational interviewing juga menekankan pada penumbuhan motivasi pribadi remaja dan memperkuat komitmen diri serta dibentuk dalam suasana penerimaan dan kasih sayang. Hal ini akan menjadi senjata yang kuat untuk mengatasi obesitas, utamanya jika dilakukan oleh teman sebaya. Karena seperti yang kita tahu, teman sebaya merupakan unsur penting dalam perkembangan sosial remaja di masanya.

 Dengan pendekatan yang tepat, setiap elemen masyarakat khususnya remaja, mampu memberikan solusi bagi permasalahan obesitas. Tak hanya sampai itu, kita juga bahkan mampu untuk melakukan tindakan preventif dalam menghindari dampak berkelanjutan dari obesitas yakni gangguan makan. Bersama remaja, kita ciptakan tubuh yang sehat bagi Indonesia.

Facebook
X
Threads
LinkedIn

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Event Kami

IYD Challage 2024

Artikel Populer

Artikel Terkait

Translate »