Sobat, pernah nggak kepikiran, kalau kita bisa berkontribusi untuk keberlanjutan kota dan penanganan krisis iklim dari rumah sendiri? Yup, jawabannya adalah dengan urban farming! Nggak cuma itu saja, urban farming juga bisa menjadi hobi seru yang bikin hidup lebih produktif dan penuh manfaat.
Ditambah lagi, dengan teknologi canggih kayak Internet of Things (IoT), kita bisa memantau dan merawat tanaman kita dari jarak jauh. Wah, keren banget, kan? Let’s talk more about urban farming futures!
Tahukah Sobat kalau menurut data PBB, pada tahun 2050 nanti, ada sekitar 68% populasi dunia yang diperkirakan akan tinggal di daerah perkotaan. Nah, urbanisasi yang sangat pesat ini akan menjadi tantangan serius bagi sistem produksi maupun distribusi pangan.
Hal ini disebabkan karena lahan pertanian menjadi semakin langka dan jarak pengiriman makanan ke kota-kota menjadi lebih panjang. Dengan kata lain, peningkatan jumlah penduduk yang tinggal di kota akan membuat upaya untuk memenuhi kebutuhan pangan secara efisien dan berkelanjutan semakin rumit.
Nah, dalam konteks ini, urban farming dapat menjadi salah satu solusi alternatif untuk mewujudkan kehidupan perkotaan memiliki sistem yang lebih mandiri dan berkelanjutan.
Kontribusi Positif Urban Farming dalam Ketahanan Pangan Lokal & Perubahan Iklim
Kegiatan urban farming dianggap sebagai pilihan yang unggul karena dengan kemampuannya menyediakan pasokan makanan segar di dalam kota, maka hal ini membantu mengurangi masalah ketahanan pangan, terutama bagi kelompok masyarakat yang kurang terlayani.
Urban farming tidak memerlukan tenaga kerja banyak dan alat-alat pertanian yang berat. Dengan demikian, sistem pertanian ini juga dapat meningkatkan kualitas hidup petaninya. Melalui urban farming, kebutuhan pangan rumah tangga dapat terpenuhi secara mandiri.
Kita bisa menanam tanaman seperti cabai, tomat, dan terong di halaman rumah atau di pot-pot kecil di teras. Dengan memiliki sumber pangan sendiri, kita tidak selalu harus membeli di pasar. Selain menghemat biaya, hal ini juga menjamin ketersediaan bahan pangan yang segar dan sehat.
Urban farming menjadi solusi praktis untuk memperkuat ketahanan pangan keluarga, terutama di tengah kenaikan harga kebutuhan pokok seperti sekarang ini. Selain itu, konsep urban farming ini pada praktiknya menggunakan sumber daya alam seperti air dan tanah subur yang lebih sedikit dibandingkan metode pertanian konvensional sehingga lebih memiliki nilai keberlanjutan. Seperti misalnya dengan memanfaatkan air hujan untuk sistem perairannya, praktik urban farming dapat sekaligus berfungsi sebagai area resapan air dan juga mengurangi risiko banjir.
Lebih jauh lagi, kegiatan urban farming ini juga berkontribusi positif pada penanggulangan krisis perubahan iklim, lho! Sobat pasti setuju kalau saat ini perkotaan itu sangat identik dengan suhu panas dan kualitas udara yang buruk.
Nah, dengan adanya kebun-kebun urban farming, lingkungan kota dapat menjadi lebih bersih dan sejuk. Keanekaragaman hayati pun menjadi lebih terjaga dan kota menjadi lingkungan yang lebih layak huni.
Produksi urban farming yang lebih dekat dengan konsumen juga berkontribusi pada pengurangan emisi gas rumah kaca. Hal ini disebabkan karena hasil produksi urban farming tidak perlu melewati distribusi dengan transportasi jarak jauh untuk bisa sampai pada konsumennya. Wow menarik, ya!
Urban Farming Futures: Kisah Inspiratif tentang Urban Farming di Indonesia
Di Indonesia, ada banyak contoh menarik dari penerapan urban farming yang sukses dan inspiratif. Salah satunya adalah Kampung Hijau Kemuning di Tangerang. Berawal dari inisiatif warga Kampung Kemuning yang menginginkan perubahan positif pada lingkungan, Kampung Kemuning saat ini memiliki perkebunan toga (tanaman obat keluarga) yang telah terbukti mampu mendatangkan penghasilan dan manfaat yang besar bagi warga sekitar.
Contoh lain adalah Kebun Kumara di Jakarta. Komunitas yang sudah berdiri sejak tahun 2017 di tengah hiruk pikuk Kota Jakarta ini tidak hanya berfokus pada produksi sayuran dan buah-buahan segar di area perkotaan, tetapi juga upaya untuk menumbuhkan kesadaran bersama tentang pentingnya keberlanjutan lingkungan bagi warga kota.
Beberapa program mereka antara lain adalah workshop tentang berkebun, pengenalan urban farming kepada anak-anak, hingga pelatihan mendalam tentang teknik urban farming. Ada juga sejumlah kelompok tani (poktan) di Kota Surabaya yang berhasil memiliki komoditas unggulannya masing-masing dalam praktik urban farming.
Dengan didampingi dan diberdayakan oleh Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kota Surabaya, ada 290 poktan yang saat ini aktif bercocok tanam dengan teknik urban farming. Beberapa contoh misalnya Poktan Caping Kota dengan spesialis hasil panen buah melon dan Poktan Minasari dengan spesialis budidaya pisang Cavendish, pepaya california, dan ikan lele.
Semangat untuk menghidupkan urban farming di Indonesia juga tergambar dari program Urban Futures (UF) yang diinisiasi oleh Foundation Botnar dan dikelola secara kolaboratif bersama Hivos, Yayasan Humanis, RUAF-CIC, serta mitra, jejaring, dan pakar lokal. Di dalam program ini, Kota Bandung dan Kota Manggarai terpilih menjadi dua di antara sepuluh kota di dunia yang menjadi sasaran program UF.
Melalui program ini, akan ada sejumlah kegiatan seperti riset dan advokasi yang bertujuan untuk mengembangkan agenda sistem pangan lokal yang sehat, inklusif, dan berkelanjutan bagi masyarakat. Wah, nampaknya kegiatan urban farming ini memang sedang digencarkan di Indonesia dan dunia ya, Sobat!
Perkembangan Penggunaan Teknologi dalam Urban Farming: IoT dan Smart Urban Farming
Dengan segala dampak positif yang dihasilkan dari penerapan urban farming, saat ini perkembangan teknologi untuk mendukung efisiensi dari urban farming sedang terus dilakukan lho, Sobat. Sobat sudah pasti familiar dengan konsep Internet of Things (IoT), kan? Nah, IoT ini juga turut dikembangkan penggunaannya dalam praktik urban farming, khususnya pada sistem hidroponik. Praktik ini dikenal juga dengan nama “smart urban farming”.
Penggunaan IoT dalam urban farming ini antara lain didasarkan pada kebutuhan beberapa jenis tanaman yang membutuhkan perawatan dan pengawasan khusus agar dapat tumbuh dengan baik. Dengan menerapkan IoT, petani dapat mengoptimalkan beberapa faktor pengaruh yang dibutuhkan oleh tanaman.
Misalnya pada tanaman hidroponik, penggunaan IoT melalui aplikasi smart urban farming memungkinkan pengontrolan pH air dan penyiraman tanaman secara otomatis. Selain itu, aplikasi smart urban farming ini juga memiliki sistem pemantauan kondisi tanaman secara jarak jauh.
Dengan demikian, petani dapat melihat kesehatan tanaman seperti tingkat kelembaban tanah dan kualitas udara sekitarnya, meskipun tidak berada di area pertanian. Wah keren, ya, Sobat!
Kehadiran IoT dalam dunia urban farming ini telah mendukung kegiatan pertanian perkotaan berjalan dengan lebih mudah, efisien, dan juga produktif. Para petani atau pengguna dapat mengawasi dan merawat tanaman mereka dari jarak jauh. Setiap kondisi tanaman yang sakit pun dapat terdeteksi lebih awal sehingga petani dapat mengambil tindakan yang diperlukan lebih cepat.
Nah, sekarang Sobat sepakat, kan, kalau urban farming ini adalah lifestyle sehat kekinian yang harus di-trendingkan. Dalam skala kecil, urban farming adalah pahlawan bagi ketahanan pangan kota dan dalam skala besar, urban farming berdampak positif untuk penanggulangan krisis iklim.
Banyak kisah sukses di kota-kota di Indonesia yang juga sudah membuktikan manfaat positif dari urban farming. Selain itu, perkembangan penggunaan IoT dalam urban farming juga telah menjadikan praktik pertanian yang satu ini terus berkembang dengan kondisi dan kebutuhan sepanjang waktu.
Kini, waktunya Sobat untuk membuktikan manfaat itu! Tunggu apalagi? Yuk, bagikan artikel ini ke Sobat yang lain agar urban farming semakin dikenal dan dipraktikkan!
Penulis: Zahra Hafizha Rahma
Referensi:
Ali, M. S., Zaman, N. B. K., & Othman, N. M. I. (2022). Urban farming. Proceedings Science, Ethics & Civilization, 1, 42-48. https://majmuah.com/journal/index.php/konsep/article/view/148
Chatterjee, A., Debnath, S., & Pal, H. (2020). Implication of Urban Agriculture and Vertical Farming for Sustainability. In S. S. Solankey, S. Akhtar, A. I. L. Maldonado, H. Rodriguez-Fuentes, J. A. V. Contreras, & J. M. M. Reyes (Eds)., Urban Horticulture: Necessity of the Future. IntechOpen. https://books.google.co.id/books?hl=en&lr=&id=hEv9DwAAQBAJ&oi=fnd&pg=PA157&dq=the+future+of+urban+farming&ots=9MgkHrr3ag&sig=uNBRstsrNHxfp9bQxCIHfxVnsNE&redir_esc=y#v=onepage&q=the%20future%20of%20urban%20farming&f=false
Food and Agriculture Organization of the United Nations. (2022). Urban and Peri-Urban Agriculture Sourcebook: From Production to Food Systems. https://openknowledge.fao.org/
Herdiana, B., & Barkatulah, M. H. (2018). System Smart Urban Gardening Based on Internet of Things. Telekontran: Jurnal Ilmiah Telekomunikasi, Kendali dan Elektronika Terapan, 6(2), 12-22. 10.34010/telekontran.v6i2.3796
Hidayat, M. R., & Agung, I. W. P. (2023). Rancang bangun Smart Urban Farming berbasis IoT menggunakan ESP8266 dan Blynk. eProsiding Teknik Informatika (PROTEKTIF), 4(2), 427-436. https://eprosiding.ars.ac.id/index.php/pti/issue/view/12
Srinivasan, K., & Yadav, V. K. (2023). An integrated literature review on Urban and peri-urban farming: Exploring research themes and future directions. Sustainable Cities and Society, 99, 104878. https://doi.org/10.1016/j.scs.2023.104878