Health Heroes- Jika mendengar kata gizi, maka hal pertama yang terlintas dalam pikiran adalah makanan. Makanan (pangan) merupakan salah satu dari tiga kebutuhan dasar yang wajib dipenuhi oleh setiap manusia, serta menempati posisi pertama sebelum pakaian (sandang) dan tempat tinggal (papan). Semua jenis makanan, baik itu makanan pokok maupun jajanan, memiliki nilai gizinya masing-masing. Hal tersebut mempertegas pernyataan bahwa selama jantung masih berdetak dan manusia masih memerlukan makanan, gizi masih akan tetap dibutuhkan dan menjadi bagian dari hidup seseorang. Tidak peduli dengan pesatnya perubahan zaman yang semakin canggih, manusia pasti membutuhkan makanan dengan gizi yang seimbang sebagai kunci utama tumbuh dan kembang. Dengan demikian, gizi dan makanan menjadi dua hal yang tidak dapat dipisahkan, serta selalu ada di sekitar kita.
Menurut World Health Organization (WHO), gizi merupakan salah satu aspek penting dan krusial dalam dunia kesehatan. Gizi memiliki peran penting dalam proses pertumbuhan dan perkembangan seorang anak. Gizi yang baik dapat meningkatkan kesehatan, memperkuat sistem kekebalan tubuh, menjadikan proses kehamilan dan persalinan lebih aman, serta dapat meminimalisasi terjadinya risiko penyakit tidak menular seperti diabetes dan hipertensi. Selain itu, gizi yang baik juga dapat meningkatkan kualitas hidup seseorang.
Gizi seimbang memiliki kaitan erat dengan pola makan yang tidak bisa diperoleh secara sembarangan. Baik bayi, anak-anak, remaja, orang dewasa, maupun lanjut usia memiliki kriteria pola makan tersendiri yang dapat dipenuhi untuk memperoleh gizi seimbang. Walaupun tidak diperoleh secara langsung dari makanan, seorang bayi membutuhkan ASI (Air Susu Ibu) sebagai sumber utama nutrisi mereka. Lantas, apakah ASI tidak ada gizinya? Tentu saja tidak. Seorang ibu yang memberikan ASI kepada anaknya, pastilah memikirkan pola makan dengan baik. Apapun yang dikonsumsi oleh ibu, juga akan dikonsumsi oleh bayi. Maka dari itu, makanan yang dikonsumsi oleh sang ibu harus dijaga dan diperhatikan dengan saksama agar ASI yang dihasilkan dapat memiliki nilai gizi yang baik bagi sang buah hati.
Perhatian akan kebutuhan gizi bayi terus berlanjut ketika ia mulai mendapatkan MPASI (Makanan Pendamping ASI) hingga masa remaja. Saat memasuki usia remaja, seseorang akan mengalami masa pubertas di mana pertumbuhan fisik serta perkembangan kognitif, mental, dan psikis akan terjadi secara signifikan. Fase ini merupakan fase yang sangat krusial di mana kebutuhan asupan gizi seimbang harus terpenuhi dengan baik. Jika tidak, maka pertumbuhan dan perkembangannya akan terganggu, serta akan berdampak buruk bagi kehidupannya nanti. Tidak hanya itu, manfaat lain dari gizi seimbang yang terpenuhi jumlah asupan energinya adalah dapat membuat seseorang lebih bersemangat dalam menjalani aktivitas sehingga mampu meningkatkan produktivitas. Peningkatan produktivitas dapat memberikan perubahan ke arah yang lebih baik, seperti meningkatkan prestasi dan memberikan peluang untuk keluar dari zona kemiskinan yang menjadi salah satu masalah kebanyakan orang di negara berkembang seperti Indonesia.
Secara umum, istilah “Isi Piringku” diperkenalkan oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia sebagai suatu program untuk mempromosikan kriteria pola makan yang baik dalam rangka memenuhi kebutuhan gizi seimbang yang meliputi karbohidrat, lemak, protein, vitamin dan mineral, serta air. Dalam satu kali makan, “Isi Piringku” terdiri dari setengah piring berisi makanan pokok dan lauk pauk, sementara setengah piring lainnya berisi sayuran dan buah. Makanan pokok yang dimaksud dalam hal ini dapat berupa nasi atau penukarnya seperti singkong, jagung, atau talas. Sedangkan untuk lauk pauk dapat berupa lauk hewani seperti ayam, ikan, atau udang, dan lauk nabati seperti tahu atau tempe. Lauk yang mengandung protein hewani menjadi prioritas untuk diberikan kepada anak-anak dan remaja daripada lauk yang mengandung protein nabati. Meskipun demikian, bukan berarti protein nabati tidak baik untuk anak-anak dan remaja. Hanya saja, protein hewani memiliki asam amino esensial yang lebih lengkap dan lebih baik bagi pertumbuhan dan perkembangan, serta dapat mencegah terjadinya stunting daripada protein nabati. “Isi Piringku” juga memuat anjuran untuk meminum delapan gelas air putih setiap harinya demi mencukupi kebutuhan hidrasi tubuh. Selain makanan pokok, kandungan gizi yang tertera saat memilih snack atau jajanan juga harus diperhatikan sebelum memutuskan untuk membelinya.
Walaupun gizi memiliki kaitan erat dengan makanan, terdapat hal-hal lain yang juga menjadi prinsip gizi seimbang. Prinsip tersebut terdiri dari 4 pilar yang meliputi 1) menjaga pola hidup aktif, 2) menjaga berat badan ideal, 3) mengonsumsi berbagai variasi makanan, serta 4) menerapkan pola hidup bersih dan sehat. Pilar pertama yaitu menjaga pola hidup aktif dapat dilakukan dengan melakukan aktivitas fisik minimal 30 menit setiap harinya. Melakukan aktivitas fisik setiap hari merupakan salah satu upaya untuk menjaga berat badan ideal. Dengan menjaga berat badan ideal, risiko munculnya penyakit juga dapat diminimalisasi. Variasi makanan yang beraneka ragam diperlukan agar tidak mudah bosan dan kebutuhan asupan terpenuhi. Sementara untuk penerapan pola hidup bersih dan sehat dapat dimulai dari hal-hal kecil, seperti rajin mencuci tangan menggunakan sabun dan air yang mengalir tiap sebelum dan sesudah makan.
Lalu, apa jadinya jika kebutuhan gizi seimbang tidak terpenuhi dengan baik? Masalah yang ditimbulkan oleh kondisi tersebut cukup pelik, contohnya stunting. Masalah stunting banyak terjadi di Indonesia, terutama di daerah-daerah kecil dan terpelosok yang kurang mendapat pengetahuan dan perhatian dari pemerintah. Stunting dapat terjadi karena kebutuhan gizi anak, baik saat berada di dalam kandungan maupun saat sudah lahir ke dunia, tidak terpenuhi dengan baik. Hal tersebut juga dapat dipicu oleh kondisi ibu yang sejak masih remaja hingga melahirkan tidak mendapatkan asupan gizi yang cukup sehingga membuat anaknya harus memiliki pertumbuhan dan perkembangan di bawah rata-rata anak normal seusianya. Tidak hanya itu, obesitas, anemia, dan diabetes juga turut menjadi masalah yang sering ditimbulkan akibat pemenuhan gizi yang tidak seimbang. Jika hal tersebut terus dibiarkan tanpa ada penanganan dari pemerintah atau kontribusi dari generasi penerus bangsa, maka dapat dipastikan bahwa tidak hanya aspek kesehatan yang akan terdampak, tetapi juga dapat merambat ke aspek pendidikan, ekonomi, sosial, dan budaya. Maka dari itu, sebagai generasi penerus bangsa kita harus menjadi pahlawan gizi bagi diri sendiri dan juga seluruh remaja yang ada di Indonesia.
Referensi:
Image by Freepik
Kemenkes, 2022, Isi Piringku: Pedoman Makan Kekinian Orang Indonesia, https://ayosehat.kemkes.go.id/isi-piringku-pedoman-makan-kekinian-orang-indonesia, diakses pada 19 November 2023.
Kemenkes, 2019, Apa Saja 4 Pilar Utama Dalam Prinsip Gizi Seimbang?, https://p2ptm.kemkes.go.id/infographic-p2ptm/obesitas/apa-saja-4-pilar-utama-dalam-prinsip-gizi-seimbang, diakses pada 19 November 2023.
WHO, 2023, Nutrition, https://www.who.int/health-topics/nutrition, diaksess pada 15 November 2023.