Health Heroes – Sebelum pindah ke Surabaya, memilih makanan yang bergizi bukan menjadi prioritas utama. Sering minum minuman manis dan air dingin, mengonsumsi mie instan, junk food, dan makan makanan yang pedas. Selama makanan itu enak, pasti aku konsumsi tanpa mengetahui kandungan gizi. Belum lagi jika makanan itu merupakanan makanan ringan, aku biasanya langsung membelinya tanpa memperhatikan kandungan apa saja dalam produk tersebut. Hal ini terjadi karena kurangnya pengetahuan tentang pentingnya memilih dan mengonsumsi makanan yang bergizi.
Siapa sih yang tidak suka mie instan? Rasa bumbunya yang khas mampu meningkatkan selera makan seseorang. Dulu, kebiasan mengonsumsi mie instan bisa aku lakukan dua hingga tiga kali dalam seminggu karena mudahnya mengaksesnya mie instan. Tidak hanya itu, kebiasaan mengonsumsi es setiap hari dan menyukai jajanan yang tidak sehat tanpa memperhatikan kandungan gizi yang ada.
Selain tidak memperhatikan makanan dan minuman apa saja yang masuk ke mulut, ternyata pola hidup yang tidak sehat juga sangat mempengaruhi kesehatan. Kehidupan di desa memiliki pola aktivitas yang jauh berbeda dengan di kota. Melakukan olahraga jogging atau bahkan bersepeda di pagi hari berkeliling desa adalah hal yang dianggap aneh. Hal tersebut membuat semangat berolahraga menjadi menurun dan hilang.
Seiring berkembangnya teknologi memberi kemudahan dalam mencari informasi apapun, salah satunya adalah tentang efek mengonsumsi makanan yang tidak bergizi. Beberapa kali muncul di berbagai media sosial seperti tiktok tentang cerita seorang anak kos yang terkena tumor karena sering mengonsumsi mie instan dan junk food. Hal tersebut tentu saja membuat diri saya menjadi takut karena sering melakukan hal yang sama seperti anak kost tersebut. Setelah merenungkan dan memahami kejadian dari cerita tersebut hati saya menjadi terdorong untuk lebih memperhatikan dalam memilih dan mengonsumsi makanan.
Setelah mengetahui dampak buruk dari mengonsumsi makanan yang kurang bergizi, beberapa hal yang mulai saya ubah dalam pola hidup di antaranya adalah mengonsumsi mie instan seminggu sekali bahkan sebisa mungkin dicampur dengan sayur atau telur agar lebih bergizi. Selain itu, saya juga memperhatikan makanan dan minuman apa saja yang akan dikonsumsi, mengurangi jajan sembarangan, dan minum air putih sehari minimal satu liter.
Pindah ke kota Surabaya mampu mengubah banyak hal. Memasuki fase kehidupan sebagai anak rantau yang jauh dari orang tua bukanlah hal yang mudah. Banyak kebutuhan yang harus dipenuhi sendiri, salah satunya adalah makanan. Makanan merupakan salah satu kebutuhan pokok yang dibutuhkan oleh manusia. Pemilihan makanan menjadi hal yang sangat penting untuk diperhatikan karena makanan yang dikonsumsi akan berpengaruh pada kesehatan tubuh.
Lolos tes dan menjadi seorang mahasiswa jurusan pendidikan tata boga merupakan hal yang patut disyukuri. Mata kuliah yang dipelajari pasti sudah berhubungan dengan makanan, di antaranya adalah bagaimana cara memasak makanan agar kandungan gizinya tidak hilang, sanitasi dalam mengolah makanan, cara memilih bahan makanan yang baik, bahkan menghitung kebutuhan gizi seseorang dalam sehari juga dipelajari, dan masih banyak lagi. Kurang patut jika sudah mempunyai ilmunya tetapi tidak diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Selama menjadi anak kost, saya lebih sering masak sendiri dengan mempraktekkan ilmu yang telah diperoleh selama kuliah. Hal ini didukung dengan teman kost yang tidak pemilih dalam hal makanan sehingga apa yang saya masak bisa mereka konsumsi dan berdampak pada kemudahan memasak dan tentu saja, hemat!
Niat mengubah pola hidup ini kemudian saya terapkan ketika pindah ke Surabaya. Dimulai dengan melakukan aktivitas olahraga minimal sekali dalam seminggu. Agar lebih menyenangkan, saya melakukan jogging dengan mencari rute baru setiap harinya karena merantau di Surabaya ini. Tidak hanya itu, saya juga mengikuti salahs satu ekstra di perkuliahan yakni bola voli.
Kebiasaan baik itu tentunya bukan hal yang mudah. Panasnya Surabaya sangat memungkinkan adanya keinginan untuk selalu mengonsumsi air yang dingin. Namun, karena sebelumnya sudah berniat mengubah pola hidup agar menjadi lebih sehat, jadi saya sebisa mungkin menghindari minum air dingin. Niat baik ini berbuah dengan kebiasaan minum air dingin yang hingga kini hanya terhitung jari.
Terkadang melihat teman-teman di kampus yang sering beli es muncul juga rasa iri, tapi jika mengingat niat mengubah pola hidup agar menjadi lebih sehat, hal tersebut tentu tidak mudah. Sehingga, mau tidak mau saya harus menahan diri dan membiasakan diri untuk minur air putih dan menghindari minuman yang manis-manis apalagi air es.
Tepat pada tanggal 14 Oktober 2023 Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Negeri Surabaya mengadakan acara seminar nasional sosial dan lingkungan 2023. Salah satu pemateri di seminar tersebut adalah anggota dari Pahlawan Kesehatan Indonesia dan merupakan mahasiswi Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Banyak ilmu baru yang dapat diambil dari materi yang disampaikan, salah satunya adalah sebelum membeli makanan atau minuman hendaknya cek dulu komposisi produk tersebut karena “you are what you eat”, atau artinya “kita adalah apa yang kita makan.” Setelah mengikuti seminar tersebut, saya jadi semakin yakin dengan keputusan untuk mengubah pola hidup.
Dampak atau efek yang terjadi dengan mengubah pola hidup seperti mengurangi minuman manis atau air es, mengurangi makan mie instan, lebih memperhatikan kandungan gizi yang ada pada makanan adalah badan menjadi lebih sehat dan bugar, tidak mudah capek, lebih semangat dalam melakukan aktivitas lainnya, dan masih banyak lagi.