Self-Efficacy Sebagai Coping Untuk Menjadi Remaja Yang Adaptif Pada Masa Post-Pandemic

Wabah pandemi covid-19 silam memberikan banyak pengaruh terhadap pandangan masyarakat luas terkait kesehatan mental. Terdapat banyak pergeseran stigma mengenai gangguan psikologis pada seorang individu. Hal ini dikarenakan adanya peningkatan gangguan kecemasan dan depresi sebesar 26% (World Health Organization, 2022). Studi yang dilakukan oleh Hisan, et al. (2023) juga menunjukkan bahwa terdapat peningkatan isu kesehatan mental secara global, khususnya pada kecemasan dan depresi dengan nilai yang cukup tinggi pada remaja. Tren ini memiliki dampak positif dan juga negatif pada perkembangannya. Kesadaran akan kesehatan mental mampu membuat seseorang mudah memahami kondisi orang lain, tetapi juga justru meningkatkan tren self-diagnose. Hipotesis yang dirumuskan oleh Hisan, et al. (2023) menyatakan bahwa orang-orang cenderung untuk melakukan self-diagnose dengan melakukan pencarian online dengan keadaan yang sesuai dengan kondisinya tanpa mencari bantuan profesional, terbukti benar. Mengingat dengan tingginya peningkatan gangguan kecemasan dan depresi pada remaja dalam konteks yang sama, perilaku self-diagnose ini pula sangat mungkin dilakukan oleh remaja. Hal ini sejalan pula dengan apa yang disampaikan oleh Chen, et al. (2020) bahwa remaja awal biasanya memiliki kontrol diri dan kemampuan manajemen waktu yang lebih buruk. Mereka adalah kelompok dengan risiko tinggi atas kecanduan interner dibandingkan kelompok dewasa atau remaja akhir.

Teori perkembangan psikososial Erikson memberikan pandangan bahwa pada masa perkembangan seorang remaja, tahapan yang sedang dilalui individu ialah mencari jati dirinya. Namun, perlu diingat bahwa pada masa-masa inilah, seorang remaja justru banyak dipengaruhi oleh lingkungan sekitarnya, terkhususnya pertemanan. Lingkungan yang mendukung mampu untuk membangun pribadi remaja yang adaptif, tetapi justru sebaliknya, lingkungan yang memberikan kebiasaan-kebiasaan buruk akan berdampak tidak baik pula pada perkembangannya. Dalam lingkaran diagram Bronfenbrenner, lingkungan mesosistem seorang individu ini berpengaruh terhadap bagaimana seorang individu bersosialisasi dengan lingkungan sekitarnya. Apabila seorang remaja memiliki bawaan lingkungan yang kurang mendukung, yang pada kasus ini ialah pandemi dan post-pandemi, maka perlu ada faktor protektif yang menjaganya agar tetap adaptif dalam menghadapi perubahan, salah satunya yakni peningkatan Self-Efficacy atau efikasi diri.

Efikasi diri memegang peranan dalam recovery paparan trauma seseorang. Coping merujuk pada kapasitas seseorang untuk memanfaatkan proses kognitif dan perilakunya untuk beradaptasi baik dari tekanan internal maupun eksternal (Roberts, 2017). Coping efikasi diri merujuk pada kepercayaan individu pada kemampuannya untuk dimanfaatkan dalam proses perilaku dan adaptif guna menghadapi rintangan. Kemampuan coping ini menjadi penting karena terlibat dalam regulasi pikiran dan emosi remaja yang masih ‘mencari’ jati dirinya. Kepercayaan individu pada kemampuannya untuk menghadapi situasi menekan akan menentukan bagaimana

mereka merespon dalam suatu ancaman. Coping ini menjadi lebih penting ketika mereka dihadapkan untuk menghadapi periode waktu yang sulit seperti masa transisi pandemi ke post-pandemi.

Efikasi diri menjadi faktor perbedaan individu yang paling menonjol yang mempengaruhi kemampuan persepsi dan perilaku coping (Cho & Lee, 2017). Seseorang dengan efikasi diri yang baik memiliki perilaku yang mengarah pada tujuan. Perilaku tersebut adalah perilaku yang dibutuhkan para remaja untuk mampu lanjut menuju tahapan perkembangan Erik Erikson berikutnya yakni siap menjalin intimasi, atau justru malah mengalami kegagalan dan mengalami isolasi diri. Lalu, bagaimana langkah yang tepat untuk membentuk efikasi diri bagi para remaja?

Menurut Bandura, (Feist & Feist, 2008) terdapat 4 faktor pembentukan proses efikasi diri. Pertama yakni pengalaman penguasaan atau mastery experience. Mastery experience adalah pengalaman keberhasilan seperti pencapaian prestasi di masa lalu. Faktor yang kedua yakni, pengalaman orang lain. Individu memperoleh efikasi diri melalui model sosial atau pengalaman keberhasilan orang lain. Selanjutnya yaitu persuasi verbal, ialah persuasi sosial berupa dorongan

semangat secara verbal. Persuasi sosial, biasanya lebih efektif apabila disampaikan oleh agen yang lebih berpengaruh. Faktor yang terakhir yakni, kondisi emosional dan fisik seseorang.

Dalam konteks persuasi sosial inilah, peran dari Rise Foundation pada praktiknya terbukti mampu berdampak besar bagi efikasi diri seorang remaja. Dengan pengikut platform yang cukup besar, kuasa tersebut mampu dimanfaatkan untuk terus mengadvokasikan kepentingan peningkatan efikasi diri pada seorang remaja, yang harapannya mampu membentuk remaja yang adaptif dalam menghadapi transisi masa pandemi ke post-pandemi.

Referensi

Cho, H., Lee, J.S. (2017). The influence of self-efficacy, subjective norms, and risk perception on behavioral intentions related to the H1N1 flu pandemic: A comparison between Korea and the US. Asian Journal of Social Psychology. 18. 311-324. DOI: 10.1111/ajsp.12104

Feist, J., Feist G.J. (2008). Theories of Personality (7th ed.). Mc-Graw Hill

Hisa, K.U., Amri, M.M., Sulisworo, D., Rahmawati, I., Pramesti, T.A. (2023). Google Trends Potential for Detecting a Large-scale Mental Health Issue: A Study during Pandemic in Indonesia. Jurnal Ilmu Kesehatan, 8(2). 55-62.

Liu, Q., Jiang, M., Li, S., Yang, Y. (2021). Social support, resilience, and self-esteem protect against common mental health problems in early adolescence. Medicine, 100(4). doi: 10.1097/MD.0000000000024334

World Health Organization. 2022. “Mental Health and COVID19: Early Evidence of the Pandemic’s Impact: Scientific Brief, 2 March 2022.” Retrieved (who.int/publications/i/item/WHO-2019-nCoV-Sci_BriefMental_health-2022.1).

Facebook
X
Threads
LinkedIn

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Event Kami

IYD Challage 2024

Artikel Populer

Artikel Terkait

Translate »