Menilik Bahaya Ultra Processed Food (UPF)

ultra processed

Makanan yang penyajiannya sederhana, cepat, dan enak adalah jenis makanan yang disukai banyak orang, terutama bagi orang-orang dengan kesibukan tinggi atau kurang pandai memasak. Ultra-processed food atau UPF adalah bentuk nyata dari tipe makanan tersebut. Nugget dan sosis hanya perlu digoreng untuk disajikan. Mie instan hanya perlu direbus sebelum disantap. Sereal hanya perlu ditambah susu untuk dikonsumsi. Roti dan biskuit bahkan tidak perlu diberi perlakuan lain sudah dapat dijadikan makanan yang lezat dan mengenyangkan.

Sebelum berkuliah di jurusan Ilmu Gizi, aku sangat suka mengonsumsi makanan tersebut. Namun, sekarang aku menyadari bahwa pada kenyataannya, semakin singkat waktu yang dibutuhkan untuk menyajikan makanan maka semakin tinggi bahaya makanan tersebut bagi tubuh.

Sayangnya, masih banyak orang yang belum menyadari bahaya dari UPF dan makanan cepat saji. Rasanya yang enak dan pengolahannya yang sederhana menjadikan makanan ini sebagai pilihan banyak orang. Contohnya adalah mahasiswa, mereka memiliki jadwal yang cukup padat dan seringkali harus menghemat uang saku sehingga makanan-makanan instan seperti nugget, sosis, mie, dan bakso menjadi kegemarannya. 

Orang tua juga kerap kali membawakan frozen food seperti nugget dan sosis sebagai bekal anak mereka ke sekolah. Padahal, kandungan tepung pada 2 makanan tersebut cukup banyak, apalagi jika nugget dan sosis yang dibeli memiliki harga yang murah.

Perbandingan tepung dan daging yang tidak sesuai dalam frozen food mengakibatkan tingginya karbohidrat dan kurangnya protein.Proses pengolahan yang panjang di pabrik juga dapat menurunkan kandungan protein dan zat gizi lain dalam frozen food.

Selain perkara nugget dan bakso, masih banyak orang tua yang menganggap bahwa biskuit dengan merk tertentu adalah camilan yang bagus untuk anak mereka. Padahal, biskuit tersebut memiliki kandungan natrium yang sangat tinggi. Natrium jika dikonsumsi berlebihan dapat meningkatkan resiko penyakit jantung. Anak kecil, pemuda, dan mahasiswa adalah calon penerus bangsa yang semestinya dijaga dengan baik. Namun, banyak dari generasi-generasi ini yang masih kurang peduli dengan pola makannya.

Kebanyakan orang yang memilih untuk mengonsumsi UPF adalah mereka yang kurang memiliki kemampuan dalam memasak, tidak punya banyak waktu, atau malas. Hal ini menunjukkan bahwa memasak adalah satu kegiatan yang seharusnya menjadi keahlian dan kebiasaan yang dimiliki setiap orang. Selama ini, memasak merupakan sebuah tugas yang berkaitan erat dengan wanita atau ibu saja. Padahal, seorang mahasiswa, seorang ayah, anak muda, hingga orang tua seharusnya memiliki keahlian tersebut agar dapat memasak masakan yang sehat dan sesuai dengan kebutuhan tubuh mereka.

Makanan terbaik adalah hasil masakan yang paling dekat dengan bentuk alaminya atau dalam kata lain paling sedikit mengalami pemrosesan. Oleh karena itu, remaja dan anak muda seharusnya memiliki inisiatif untuk belajar memasak agar dapat menyajikan makanan yang bergizi bagi diri mereka sehingga mereka dapat tumbuh menjadi generasi yang sehat dan unggul. Sedikit pengetahuan mengenai pengolahan bahan mentah menjadi masakan sederhana yang tidak memerlukan banyak waktu akan sangat membantu mengurangi penggunaan UPF sebagai makanan sehari-hari. Memasak makanan sendiri juga merupakan salah satu cara untuk berhemat.

Memang sebahaya itu kah UPF?

Sesuai dengan namanya, Ultra-Processed Food berarti makanan yang telah mengalami proses panjang. Selama proses tersebut, ada banyak zat aditif yang ditambahkan ke dalam makanan untuk memperbaiki tekstur, rasa, keawetan, dan kesegaran dari makanan (Liang, 2023). Zat aditif yang digunakan bermacam-macam jenisnya tergantung dengan fungsi dan tujuan zat tersebut ditambahkan. Contoh zat yang biasa ditambahkan adalah pemanis buatan, antioksidan, pewarna makanan, dan pengawet (Liang, 2023).

Zat-zat tersebut tentu memiliki bahaya bagi tubuh jika dikonsumsi terus menerus dalam jangka waktu yang lama. Bahaya yang dapat ditimbulkan sangat beragam seperti peningkatan risiko obesitas, peningkatan resiko kanker, gangguan ADHD pada anak-anak, serta gangguan penglihatan dan pernapasan (Liang, 2023).

Selain gangguan-gangguan tersebut, terdapat sebuah gangguan yang memiliki dampak sangat buruk terhadap kesehatan, yaitu penyakit autoimun. Penyakit autoimun adalah kondisi ketika sistem imunitas tubuh tidak dapat membedakan mana lawan dan mana kawan. Imun tubuh tidak dapat membedakan mana sel-sel yang harus diserang dan mana sel-sel yang seharusnya dilingdungi sehingga imun tubuh akan menyerang sel-sel sehat dalam tubuh kita sendiri.

Penyakit autoimun merupakan suatu penyakit yang terdiri dari banyak penyakit lainnya seperti sclerosis ganda, diabetes melitus tipe satu, radang usus, lupus, dan hepatitis (Mazzucca et al., 2021). Sebenarnya, faktor penyebab penyakit autoimun sangatlah beragam. Faktor genetik, faktor lingkungan, faktor gaya hidup, dan penggunaan obat tertentu merupakan faktor-faktor yang dapat memicu timbulnya penyakit autoimun (Mazzucca et al., 2021). Namun, pola makan juga memiliki peran yang yang besar terhadap kemunculan penyakit ini dalam tubuh.

Selain UPF, makanan cepat saji juga berkontribusi sebagai penyebab penyakit autoimun. Hal tersebut dikarenakan makanan cepat saji memiliki kandungan asam lemak trans, kolesterol, garam, dan gula sederhana yang tinggi (Mazzucca et al., 2021). Bahan makanan tambahan yang biasa digunakan dalam UPF dan makanan cepat saji telah terbukti menyebabkan rusaknya fungsi penghalang pada epitel usus manusia sehingga permeabilitas dari usus akan meningkat.

Permeabilitas adalah kemampuan untuk dilewati suatu bahan. Jika permeabilitas usus meningkat maka usus dapat mengalami kebocoran sehingga racun dan zat berbahaya lainnya dapat menembus dinding usus dan masuk ke dalam tubuh (Mazzucca et al.,2021). Gangguan ini yang menyebabkan aktivasi respon autoimun dan menimbulkan peradangan. Selain itu, kebocoran usus juga dapat memicu kegagalan penyerapan zat gizi. Hal ini juga sangat berbahaya bagi tubuh. Jika vitamin yang penting bagi imunitas, seperti vitamin D tidak cukup terserap maka akan meningkatkan resiko penyakit autoimun (Mazzucca et al., 2021).

Berdasarkan uraian bahaya yang telah dijelaskan, seharusnya kita sebagai pemuda tersadar dan tergerak untuk lebih memperhatikan hal-hal yang kita konsumsi.

Belajar mengolah bahan pangan mentah menjadi masakan-masakan sederhana adalah langkah awal yang bisa diambil guna menjauhi risiko berbagai penyakit yang disebabkan oleh makanan instan atau makanan cepat saji. Jadi, mari kurangi resiko buruk dari konsumsi Ultra-Processed Food dengan memasak makanan kita sendiri.

Referensi:
Liang, X. 2023. Impact of food additives in ultra-processed food on human health. J. of Theoretical and Natural Science. 6(1): 437–444.
https://doi.org/10.54254/2753-8818/6/20230321

Mazzucca, C. B., Raineri, D., Cappellano, G., and Chiocchetti, A. 2021. How to tackle the relationship between autoimmune diseases and diet: Well begun is half-done. J. of In Nutrients. 13(11). https://doi.org/10.3390/nu13113956

Facebook
X
Threads
LinkedIn

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Event Kami

IYD Challage 2024

Artikel Populer

Artikel Terkait

Translate »