Gizi adalah zat makanan yang diperlukan bagi pertumbuhan dan kesehatan tubuh. Kebutuhan gizi di setiap individu berbeda-beda, hal ini ditentukan oleh banyaknya faktor seperti usia, berat badan, jenis kelamin, dan tinggi badan.
Kebutuhan kalori orang dewasa setiap harinya kurang lebih adalah 2.200 Kkal. Berbeda dengan anak berusia 7-9 tahun yaitu membutuhkan 1.850 Kkal. Asupan gizi sangat berpengaruh terhadap anak. Dengan mengonsumsi makanan yang bergizi secara teratur, maka anak akan tumbuh sehat dan mampu mencapai prestasi belajar yang tinggi. Jika nutrisi atau gizi tidak memenuhi standar yang cukup, maka akan menghambat pertumbuhan dan perkembangan anak. Misalnya dapat menyebabkan stunting maupun underweight.
Banyak sekali orang tua yang mengeluh tentang buruknya gizi pada anak mereka. “Kenapa ya anak saya usianya sudah 9 tahun tapi masih seperti anak umur 6 tahun?” keluh salah seorang wanita paruh baya.
“Iya, anak saya juga kenapa ya? Kalau belajar konsentrasinya terganggu terus, susah fokus!” keluh wanita paruh baya lainnya.
Kebanyakan orang tua di Indonesia tak menyadari kurangnya asupan gizi pada anak. Terkadang mereka merasa wajar atau bahkan ada yang sampai tidak memperdulikannya, padahal bisa saja anaknya terkena stunting. Stunting memiliki potensi memperlambat perkembangan otak, hal ini dapat mempengaruhi keterbelakangan mental pada generasi muda, rendahnya kemampuan belajar, dan risiko serangan penyakit kronis seperti diabetes. Dampak buruk ini dapat mengancam generasi masa depan Indonesia yang akan menjadi penerus generasi sebelumnya.
Selain itu, banyak juga orang tua yang menyepelakan asupan gizi anak, hal ini menyebabkan banyak sekali kasus kurangnya asupan gizi atau gizi buruk pada seorang anak. Sehingga banyak anak di Indonesia yang meninggal akibat kekurangan gizi. Prevalensi stunting di Indonesia sudah mencapai 21,6% dan saat ini pemerintah terus berupaya melakukan pencegahan stunting, salah satunya melalui program pemberian makanan tambahan (PMT) untuk meningkatkan status gizi.
“Gizi tuh nggak penting! Apa itu gizi? Yang penting tuh perut kenyang dan murah,” ucap salah seorang ibu-ibu.
Semua ini terjadi karena kurangnya wawasan pada masyarakat mengenai pentingnya asupan gizi yang cukup. Langkah awal yang seharusnya dilakukan adalah memberikan program edukasi mengenai bahaya kekurangan gizi pada setiap keluarga di Indonesia dan memberi bantuan pangan kepada keluarga yang tidak mampu.
Selain kekurangan gizi, kelebihan gizi atau overnutrisi juga dapat menyebabkan penyakit degeneratif, stroke, dan kanker. Kelebihan gizi (overnutrition) adalah kondisi dimana seseorang mengalami kelebihan nutrisi akibat asupan vitamin dan mineral yang masuk ke dalam tubuh melebihi kadar asupan gizi yang seharusnya. Biasanya, orang yang kelebihan gizi akan berpotensi menderita obesitas atau overwight.
Perlu dipahami bahwa overweight adalah kelebihan berat badan, sedangkan obesitas adalah penumpukan lemak berlebih di dalam tubuh yang dapat mengganggu kesehatan. Indonesia menghadapi beban gizi ganda atau double burden malnutrition yaitu kurang gizi dan overnutrisi.
“Anaknya Bu Indah si Bayu sehat ya, gendut, pasti makannya banyak!” celutuk salah satu ibu-ibu.
“Iya kan, anakku loh subur, hidupnya aja pasti makmur!”
Pada keadaan gizi berlebih, jumlah lemak yang ada di dalam tubuh akan meningkat sehingga menyebabkan terjadinya perubahan metabolisme lemak dan gula dalam skala besar. Baik anak-anak maupun orang dewasa, kelebihan gizi tidak selamanya baik. Bertubuh subur tidak menandakan hidup makmur. Justru tubuh yang seperti itu akan menjadi sarang penyakit.
Selain memicu penyakit-penyakit yang berbahaya, kelebihan gizi juga membuat seseorang mengalami gangguan psikologis. Bertubuh besar dan gemuk akan menjadi perbincangan banyak orang, membuat seseorang merasa tidak percaya diri, menjadi antisosial, dan bila dibiarkan bisa berujung depresi.
Pemerintah di Indonesia sudah melakukan banyak upaya untuk menurunkan masalah gizi di Indonesia.
UNICEF mendukung Pemerintah Indonesia untuk meningkatkan lingkungan yang mendukung asupan gizi dan memperkuat sistem untuk pemberian layanan gizi. Aspek ini juga termasuk memberikan saran kebijakan, koordinasi dan dukungan advokasi, membantu menghasilkan bukti praktik terbaik dalam nutrisi, dan memberikan bantuan teknis untuk memperluas cakupan dan kualitas layanan gizi berdampak tinggi untuk anak-anak dan perempuan, terutama yang paling rentan.
“Oh Bu, ternyata anakmu si Bayu tuh kelebihan gizi toh, bahaya itu!” ucap seorang ibu-ibu.
Bu Indah membuang muka, “Halah, bilang saja kamu iri lihat anakku gendut, sedangkan anakmu pendek kayak anak usia 6 tahun, padahal sudah 9 tahun!”
“Saya nggak iri kok, saya baru tahu bahwa anak saya kekurangan gizi dan menyebabkan dia stunting, untung saya cepet sadar. Saya cuma mengingatkan ibu loh, siapa tau nanti si Bayu makin gendut kan bahaya bu. Kita sekarang sebagai orang tua harus lebih pintar untuk memberikan asupan gizi pada anak. Inget ya bu, harus secukupnya, jangan berlebihan!”
Dari sini kita sudah mendapat ke simpulan bahwa gizi adalah asupan yang penting bagi tubuh, terutama pada anak-anak yang sedang berada dalam fase tumbuh kembang.
Referensi:
https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/rilis-media/20230125/3142280/prevalensi-stunting-di-indonesia-turun-ke-216-dari-244/