Ada satu jenis mie lokal dari Bantul yang kini namanya tengah naik daun. Mie lethek namanya. Tidak seperti mie pada umumnya yang dibuat dari tepung terigu, mie lethek malah dibuat dari singkong. Iya, teman-teman tidak salah baca. Mie lethek merupakan inovasi mie berbahan dasar singkong yang berasal dari Kabupaten Bantul, Yogyakarta. Yuk, kenalan lebih jauh lagi dengan mie unik yang satu ini!
Asal Muasal Penamaan Mie Lethek
Bagi sebagian orang, nama mie lethek mungkin masih terdengar asing di telinga. Pasalnya kata lethek yang disematkan pada mie dari Kecamatan Srandakan ini memang diambil dari kosakata Jawa. Dalam bahasa Jawa, kata lethek berarti penampakan yang terlihat kurang bersih. Meski dinamakan demikian, teman-teman tidak perlu khawatir dengan higienitas mie singkong yang satu ini. Penamaan lethek hanya merujuk pada warna mie yang terlihat kecoklatan saja.
Penyebab warna kecoklatan pada mie lethek bukan karena kotor, melainkan karena salah satu bahan baku yang digunakan adalah tepung gaplek yang berwarna kecoklatan. Perbandingan warna mie lethek dengan berbagai jenis mie di pasaran seperti mie telur ataupun bihun inilah yang membuat mie singkong khas Bantul ini diberi nama mie lethek.
Nilai Lebih pada Mie Lethek
Salah satu nilai lebih pada mie lethek terletak pada bahan bakunya yang terbuat dari olahan singkong. Tidak seperti mie pada umumnya yang terbuat dari gandum, mie lethek dibuat dari campuran tepung gaplek dengan tepung tapioka. Komposisi inilah yang membuat mie lethek sama sekali tidak mengandung gluten. Bahasa kerennya mie gluten free alias mie bebas gluten. Konon ketiadaan gluten inilah yang membuat mie lethek menjadi lebih mudah dicerna oleh tubuh.
Selain bahan baku yang terbilang tidak biasa, keunikan mie lethek juga terletak pada cara pembuatannya yang masih memanfaatkan tenaga sapi. Tenaga sapi tesebut digunakan untuk membantu nguleni (mencampur) adonan mie sebelum naik ke proses pencetakan. Teman-teman tidak perlu khawatir terkait higienitas dalam proses pembuatan mie tradisional yang satu ini. Pasalnya pabrik mie lethek sudah menggunakan alat bantu yang memadai sehingga kebersihan tempat produksi tetap terjaga dengan baik.
Karena dibuat dari tepung berbahan singkong, tekstur mie lethek jadi lebih mudah untuk menyerap air. Jadi kalau pesan mie lethek rebus, paling enak ya dimakan selagi hangat. Beda cerita kalau pesan atau masaknya dalam bentuk mie goreng. Kalau digoreng, mie lethek bisa tahan lebih lama. Persis seperti berbagai olahan mie goreng yang ada di pasaran.
Penyajian Mie Lethek Terbilang Mudah
Seperti olahan mie pada umumnya, memasak mie lethek terbilang mudah. Bumbu yang digunakan untuk memasak mie lethek pun terbilang sederhana. Hanya bawang putih, kemiri, merica dan garam. Kunci memasak mie lethek hanya satu, yakni rendam mie lethek sebelum dimasak, lalu tiriskan. Lama merendamnya disesuaikan saja dengan tingkat kekenyalan yang diinginkan.
Kalau memasak sendiri di rumah, saya suka menambahkan ebi barang satu atau dua sendok teh. Di lidah saya, ebi dapat mengangkat aroma sekaligus citarasa mie lethek goreng jadi lebih enak. Tapi kalau di rumah sedang ada kaldu ayam kampung, saya lebih suka mengolah mie lethek dengan cara direbus. Kuah kaldu ayam kampung tentu akan menambah citarasa mie lethek rebus, bukan?
Di sini mie lethek biasa dimasak dengan tambahan berupa irisan kol, daun bawang, daging ayam kampung dan telur bebek. Sebelum dihidangkan, jangan lupa menambahkan potongan seledri dan bawang merah goreng. Kebayang kan betapa enaknya menyantap seporsi mie lethek goreng ataupun rebus ini?
Di sekitar tempat tinggal saya, mie lethek bisa ditemui di berbagai warung bakmi jawa yang tersebar di sekitar Bantul ataupun Jogja. Seporsi mie lethek langganan saya di Bantul hanya dibanderol dengan harga Rp 18.000, saja. Selain mie siap santap, mie lethek mentah kini bisa dengan mudah ditemukan di berbagai marketplace lho! Harganya dibanderol mulai dari sepuluh ribuan saja. Jadi pengen nyobain nggak, sih?
#RuangKata