Pengaruh Food Choice Terhadap Kesehatan Mental Remaja

Informasi di media sosial seperti: Twitter, Instagram, Facebook ataupun beberapa media sosial lainnya, beberapa waktu lalu mengabarkan bahwa ada mahasiswa Universitas Tarumanegara (UNTAR) Jakarta bunuh diri. Sebelumnya, kasus bunuh diri yang dilakukan oleh mahasiswa di Malang, juga menyita perhatian publik. Kasus bunuh diri menjadi salah satu dari sekian pilihan para remaja mengakhiri hidupnya. Berdasarkan informasi yang dilansir dari Kompas.com, dalam kurun waktu 11 tahun terakhir (2012-2023) tercatat ada 2.112 kasus bunuh diri di Indonesia. Sebanyak 985 kasus (atau 46,63 persen) di antaranya dilakukan oleh remaja. Sementara secara global, data dari WHO yang dirilis tahun 2019 mengungkapkan kasus bunuh diri juga menjadi penyebab kematian terbesar keempat pada kelompok usia remaja 15-29 tahun di seluruh dunia. Sederet kasus bunuh diri yang dilakukan oleh remaja ini, menciptakan kesimpulan bahwa, mereka memiliki gangguan kesehatan mental yang cukup buruk.

Berdasarkan World Health Organization (WHO), salah satu ciri-ciri seseorang yang sehat mental adalah individu yang mampu menghadapi permasalah yang menekan dalam kehidupannya. ketidakstabilan emosi yang dihadapi remaja dapat menimbulkan permasalah pada remaja. Beberapa aspek yang menyebabkan menurunnya kesehatan mental adalah kesulitan dalam memahami, berkomunikasi dan melakukan regulasi emosi. Seseorang yang memiliki regulasi emosi yang baik, maka dia memiliki kesehatan mental yang baik.

Penderita gangguan kesehatan mental, banyak sekali dialami oleh remaja. Berdasarkan data dari Indonesia National Adolescent Mental Health Survey (I-NAMHAS), pada tahun 2022, menunjukkan bahwa satu dari tiga remaja Indonesia memiliki masalah kesehatan mental. Sementara satu dari dua puluh remaja Indonesia memiliki gangguan mental dalam 12 bulan terakhir. Angka ini setara dengan 15,5 juta dan 2,45 juta remaja.

Tidak hanya itu, remaja di Indonesia juga memiliki berbagai masalah lain, di antaranya: perilaku berisiko, pengetahuan tentang kesehatan reproduksi kurang memadai, akses terhadap informasi. Masalah lain yang cukup menyita perhatian kita semua adalah, dalam masa tiga decade (1990-2017), terjadi perubahan pola penyakit mental, di mana gangguan depresi terhadap remaja menduduki urutan pertama. Meskipun gangguan depresi ini dialami oleh semua kelompok umur, akan tetapi sudah mulai dirasakan sejak rentang usia remaja (15-24 tahun).

Food, Fun and Fashion serta Gaya Hidup Tidak Sehat

Food, fun and fashion, menjadi 3 hal yang mendasari kehidupan kita sebagai manusia modern. Hal ini karena dipengaruhi oleh informasi yang beredar sangat cepat dan akses yang mudah untuk mendapatkan sesuatu. Jika di masa silam kita cukup lama untuk mendapatkan informasi, namun hari ini berbeda. Akses informasi begitu cepat, serta sangat mudah untuk mendapatkan sesuatu. Hari ini, kita dengan mudah untuk memesan makanan yang sedang viral (red: dibicarakan banyak orang), terutama makanan cepat saji tanpa mengetahui kandungan baik yang ada di dalamnya. Oleh karena itu, pengendalian diri terhadap segala sesuatu, khususnya makanan yang daoat menciptakan dampak tidak baik, sangat perlu diperhatikan oleh kita sebagai manusia.

Jika dihubungkan dalam konteks di atas, makanan memiliki pengaruh besar terhadap kesehatan mental seseorang. Mengapa demikian? Dilansir dari Reader Digest, sebuah studi menunjukkan bahwa pengaruh konsumsi makanan cepat saji berlebihan dapat meningkatkan kecemasa. Karbohidrat olahan yang terdapat pada makanan cepat saji dapat menyebabkan gula darah turun. Padahal gula darah rendah dapat menyebabkan serangan panik, insomnia, dan sejala kecamasan. Tidak hanya itu, kekurangan asal lemak omega-3 dalam makanan yang digoreng menyebabkan otak mengalami gejala kecemasan. Artinya, makanan cepat saji berpengaruh terhadap kesehatan mental seseorang, di mana hal ini tidak disadari oleh setiap individu.

Makanan Sehat untuk Mental yang Sehat

Manusia terdiri dari tubuh, jiwa dan roh. Ketiganya membutuhkan asupan untuk melangsungkan kehidupan agar bisa seimbang satu dengan yang lain. Jika tubuh membutuhkan asupan makanan, jiwa dan roh juga membutuhkan asupan makanan dalam bentuk lain. Penting bagi kita untuk memilih makanan (food choice) yang baik dan gizi seimbang, yang berpengaruh baik terhadap kesehatan mental kita. Di tengah mudahnya mendapatkan makanan dengan cepat, hari ini kita dituntut untuk bisa memilih makanan yang sehat, seperti sayur, buah-buahan, real food yang dapat memenuhi kebutuhan asupan harian kita sebagai manusia. Jika kita aware terhadap kesehatan mental, salah satu upaya kecil yang bisa kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari adalah memilih makanan yang sehat agar mental kita sehat.

Facebook
X
Threads
LinkedIn

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Event Kami

Ruang Kata 4

Artikel Populer

Artikel Terkait

Translate »