Santri, Penjaga Warung Dan Logo Pilihan Lebih Sehat

santri penjaga warung

Sebagai anak rantau yang masuk pesantren untuk menuntut ilmu agama, saya akhirnya mengenal beberapa istilah dalam dunia pesantren. Salah satunya adalah tentang makanan, bagi anak pondok kami mengenal istilah “Soal rasa itu nilai kesekian, yang penting halal aja dulu”. Istilah ini muncul karena anak pondok percaya bahwa akses makanan yang terbatas menjadikan setiap hal yang masuk dalam ketegori makanan dan halal bisa langsung dikonsumsi. Lalu, bagaimana dengan nilai kesehatan makanan tersebut? Kami tidak mengenal istilah makanan sehat dan bergizi, sebab kami percaya bahwa makanan jika sudah halal maka kategorinya bisa termasuk sehat.

Dengan kepercayaan inilah saya bersama teman-teman pernah mengonsumsi nasi basi untuk makan malam, kami begitu lahap dengan keyakinan bahwa makanan ini halal sudah pasti aman untuk kesehatan. Kami tidak mengetahui, bahwa makanan basi memiliki efek yang cukup berbahaya bagi tubuh. Seperti yang disampaikan oleh dr. Nadia Noratul Fuadah bahwa,

“Setiap makanan memiliki batas waktu konsumsi yang berbeda. Umumnya, makanan dikatakan basi apabila kondisinya sudah tidak layak konsumsi. Hal ini bisa ditandai dengan perubahan warna, aroma, konsistensi, dan kondisi fisik lainnya. Yang dikhawatirkan dari mengkonsumsi makanan basi adalah kandungan nutrisi yang sudah mulai rusak. Beberapa jenis makanan bisa berubah menjadi racun apabila dikonsumsi terlalu lama sejak waktu pengolahannya. Contohnya, sayur bayam yang awalnya mengandung banyak vitamin, mineral, antioksidan, dan juga serat, justru bisa menghasilkan racun saat dikonsumsi lebih dari 5 jam sejak dimasak. Kondisi ini bisa bervariasi tergantung dari jenis makanan, cara pengolahan, cara penyimpanan, dan kondisi kesehatan penderita secara umum. Tidak hanya itu, makanan yang sudah tidak layak konsumsi juga bisa menjadi media yang sangat baik bagi mikroorganisme penyebab penyakit, bisa bakteri, virus, atau jamur, untuk berkembangbiak. Bila mikroorganisme ini masuk dan tertelan ke dalam tubuh, maka Anda bisa jatuh sakit. Gejala sakit ini tentu bisa juga bervariasi, namun seringnya berupa mual, muntah, nyeri perut, diare, dan sebagainya”.

Tidak berhenti disitu, sebagai anak pondok kami pun memiliki suatu kebiasaan yang kurang baik tentang minuman. Selain suka mencampur minuman bersoda, susu dan es batu untuk di konsumsi setelah berolahraga, kami pun sering meneguk air mentah langsung dari kran. Kami seakan tidak peduli pada dampak air mentah dan bahayanya kepada tubuh manusia, padahal merujuk pada pendapat dari artikel online yang ditulis oleh Rr. Bamandhita Rahma Setiaji dengan menulis tinjaun medis dari dr. Damar Upahita mengenai “Apa yang terjadi jika saya minum air mentah?” . Di jelaskan bahwa Menurut The Environmental Protection Agency (EPA), yakni instansi perlindungan lingkungan di Amerika Serikat, air minum yang berasal dari tanah, sungai, danau, dan lainnya telah terkena kontaminasi oleh banyak produk buangan binatang (feses ataupun urin), mikroba, atau polusi.

Tanpa proses pengolahan secara benar, air yang kita konsumsi akan mengandung mikroorganisme berbahaya seperti:

1. Giardia Lamblia

Ini adalah parasit yang ditemukan di tanah, makanan, atau air yang akan berkoloni atau berkumpul di usus kecil manusia. Menurut penelitian-penelitian sebelumnya, G.Lambia bisa menimbulkan penyakit diare yang disebut dengan giardiasis.

2. Cryptosporidium

Ini adalah mikroorganisme yang berasal dari kotoran binatang yang menyebabkan diare, perut keram, dan mual.

3. Vibrio cholerae

Ini adalah mikroorganisme yang memang bersarang di air, jika tertelan maka vibrio cholerae dapat menyebabkan kolera, infeksi usus, diare, bahkan kematian.

Belajar dari pengalaman yang kurang baik inilah, saya akhirnya megikuti pelatihan jurnalistik di Bogor, sebuah program kerjasama antara RISE Foundation, Kementerian Kesehatan (KEMENKES) dan Global Alliance for Improved Nutrition (GAIN). Ketertarikan saya kepada program ini salah satunya adalah karena RISE Foundation, sebuah organisasi yang bergerak dalam upaya untuk memberikan sosialiasi pada kesehatan anak remaja.

Dari RISE Foundation saya belajar tentang perjuangan mereka dalam memberikan perhatian kepada hasrat konsumerisme orang muda. Untuk memenuhi tugas kami dalam pelatihan jurnalistik ini, kami diberi tugas untuk membuat berita tentang pengetahuan para penjual makanan dan penjaga toko terhadap kandungan bahan-bahan kimia dalam makanan yang mereka jual. Bersama beberapa teman yang tergabung dalam satu kelompok, kami pun menghampiri sebuah toko yang berada di ujung jalan, berbekal dengan ilmu jurnalis untuk mendapatkan informasi sebagai berita kami pun menghampiri pemilik toko dan meminta waktunya untuk mengobrol seputar makanan-makanan yang dijualnya.

Salah satu yang diperkenalkan oleh teman-teman kepada penjual ini adalah logo pilihan lebih sehat, yang berbentuk centang hijau di depan kemasan makanan atau minuman. Logo pilihan lebih sehat diluncurkan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dengan tujuan agar konsumen lebih bijak dalam membeli makanan dan minuman. Logo ‘Pilihan Lebih Sehat’ ditemukan dalam beberapa produk makanan, seperti mie instan dan minuman kemasan, hal ini dikarenakan dua kelompok makanan ini menjadi yang paling banyak dikonsumsi oleh masyarakat.

Penjual makanan di toko itu yang memperkenalkan dirinya sebagai Mas Wahyu mengangguk takjub dengan penjelasan teman-teman, sebab pikirnya selama ini logo berbentuk centang hijau itu hanyalah sebuah hiasan dalam kemasan makanan, ternyata logo itu memiliki nama dan juga penjelasan dalam dunia medis. Namun, di beberapa makanan kami tidak menemukan logo pilihan lebih sehat, hal ini menandakan bahwa produk-produk makanan yang berhak mendapatkan logo tersebut harus memenuhi persyaratan, seperti yang disampaikan oleh Yusra Egayanti selaku Kepala Subdit Standardisasi Pangan Olahan Tertentu Badan BPOM.

Untuk memberikan penjelasan lebih lengkap tentang Logo ‘Pilihan Lebih Sehat’ teman-teman juga menambahkan bahwa adanya logo ini untuk menekankan jika produk makanan dan minuman tersebut lebih baik dikonsumsi dibandingkan produk sejenis lainnya, namun dalam batas yang wajar, sebab konsumsi yang berlebihan juga tentunya berbahaya bagi kesehatan.

Setelah mendapatkan pengalaman dan ilmu dalam pelatihan jurnalistik ini, saya pun kembali ke pondok dan membawa penjelasan untuk menjaga kesehatan bagi anak remaja, seperti arti dari logo centang hijau ‘Pilihan Lebih Sehat’ sebagai anak muda kita harus lebih bijak untuk memilih makanan dan minuman yang lebih sehat, bukan lagi nasi basi atau air kran, tapi makanan dan minuman yang sehat dan nantinya akan memberikan manfaat bagi tubuh kita.

Facebook
X
Threads
LinkedIn

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Event Kami

IYD Challage 2024

Artikel Populer

Artikel Terkait

Translate »