LALAB PROJECT: Aksi Koperasi MILFA untuk Pangan yang Lebih Baik dan Berkelanjutan

Apa kamu pernah menyadari bahwa setiap tahun, sepertiga dari makanan yang diproduksi justru terbuang sia-sia? Ini bukan hanya sekadar angka, tapi sebuah kenyataan yang menyedihkan, terutama ketika jutaan orang di dunia masih berjuang melawan kelaparan. Dan yang lebih mengejutkan, fenomena ini juga terjadi di sekitar kita, bahkan di desa-desa kecil yang kaya akan potensi pangan lokal.

Indonesia adalah surga bagi berbagai sumber makanan. Kita memiliki 77 jenis sumber karbohidrat, 389 jenis buah-buahan, dan 75 jenis sumber protein. Tak hanya itu, ada juga 228 jenis sayuran, 26 jenis kacang-kacangan, 110 jenis rempah dan bumbu, serta 718 jenis lalapan yang siap untuk dinikmati. Namun, di balik semua kekayaan ini, masih ada tantangan besar yang membuat pangan bergizi sulit dijangkau bagi banyak orang.

Sebagai generasi muda, kita memiliki kekuatan untuk mengubah situasi ini. Dengan menggali potensi pangan lokal dan berkomitmen untuk mengurangi pemborosan makanan, kita bisa memastikan bahwa semua orang mendapatkan akses ke makanan yang sehat dan bergizi. 

Inilah yang melatarbelakangi lahirnya “LALAB PROJECT.” LALAB bukan hanya merujuk pada tumbuhan liar atau sayuran yang sering disajikan sebagai pelengkap dalam hidangan tradisional Indonesia, terutama dalam kuliner khas Sunda. Lebih dari itu, LALAB juga kami maknai sebagai singkatan dari “Lokal, Alami, Lestari, Aman, dan Bergizi.” 

Proyek ini berkomitmen untuk melestarikan pangan yang berakar pada nilai-nilai lokal, alami, berkelanjutan, aman, dan kaya gizi. Proyek ini diinisiasi oleh Koperasi Konsumen Sobat Petani Lestari (Koperasi MILFA) dan didukung oleh Kementerian Kesehatan, GAIN Alliance, Rise Foundation, dan Health Heroes Indonesia.

LALAB HEROES

Gambar oleh: Dhea Karlina, Dokumentasi Pribadi (2024).

Perjalanan LALAB PROJECT dimulai dengan penyelenggaraan LALAB HEROES CAMP pada 5-6 Oktober 2024. Dari 102 pendaftar, akhirnya terpilih 10 remaja yang siap berkolaborasi. Selama dua hari tersebut, suasananya sangat hangat dan penuh semangat.

Di pagi hari, kami berkumpul untuk memperkenalkan diri dan berbagi cerita. Sepuluh remaja yang kami sebut “LALAB HEROES” mulai memahami konsep kepemimpinan anak muda. Kami berdiskusi tentang sistem pangan di sekitar kita, serta isu mengenai sisa dan pemborosan pangan. 

Diskusi berjalan dengan penuh antusiasme, tetapi momen paling berkesan adalah ketika kami langsung terjun ke kebun. Dengan tangan kami sendiri, kami menanam lalab dan mengenali berbagai tanaman liar yang dapat dimanfaatkan.

Bagi kami, ini lebih dari sekadar pengalaman belajar. Ini adalah langkah kecil, namun penting, untuk mengenal lebih dekat bagaimana pangan kita bekerja. Di tengah tawa, keringat, dan rasa ingin tahu yang besar, kami mengambil bagian dalam merangkai masa depan pangan yang lebih baik.

Pengalaman tersebut membawa kami lebih jauh dalam menyelami peran penting lokalitas dan keberlanjutan pangan. Suatu kenyataan yang terasa sangat nyata saat kami melihat langsung kondisi di Desa Pasirlangu, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung Barat—tempat di mana Koperasi MILFA beroperasi. 

Desa ini dikenal sebagai salah satu sentra produsen paprika terbesar di Indonesia. Namun, masalah besar muncul ketika harga paprika merosot tajam, memaksa petani membuang hasil panen mereka karena harga jual yang tak masuk akal.

Kejadian ini mengajarkan kami bahwa perjuangan dalam sistem pangan bukan hanya soal produksi, tetapi juga nilai dan keberlanjutan. Inilah yang mendorong LALAB HEROES, untuk mencari solusi. 

lalab project
Gambar oleh: Gegi, Dokumentasi Pribadi (2024).

Melalui kolaborasi dengan Pamolahan Sangkuriang, yang merupakan penggiat budaya dan pangan sunda, kami mengadakan lokakarya “Reumbeuy Sangkuriang & Ramu Lalab,” di mana kami mengkreasikan pangan lokal menjadi sesuatu yang baru dan menarik. Kami membuat reumbeuy ketan bakar dari beras dan kacang-kacangan. 

Reumbeuy adalah teknik mencampurkan beras dengan aneka kacang-kacangan yang dilakukan oleh masyarakat sunda untuk menambahkan nutrisi pada makanan kita. Reumbeuy yang kami buat lalu diberi topping salad lalab liar yang ditemukan di sekitar kebun, dan disiram saus acar paprika.

Kombinasi cita rasa lokal ini adalah cara kami memaknai pangan lokal dan menghidupkan kembali tradisi meramban. Melalui kreasi ini, kami berharap masyarakat melihat bahwa tanaman liar pun memiliki potensi besar dalam sistem pangan yang lebih berkelanjutan. Inilah bentuk partisipasi kami sebagai generasi muda dalam menjaga dan mempromosikan pangan lokal. Perjalanan kami baru dimulai, namun melalui langkah-langkah kecil ini, kami percaya bisa memberikan kontribusi nyata terhadap masa depan pangan yang lebih adil dan berkelanjutan.

Penulis: Siti Aisyah Novitri

Facebook
X
Threads
LinkedIn

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Event Kami

Ruang Kata 4

Artikel Populer

Artikel Terkait

Translate »