Tips Memulai Gaya Hidup Minimalis Buat Sobat Remaja: Bisa Dimulai dengan No Buy Challenge!

ilustrasi remaja perempuan menyilangkan tangan dengan latar belakang pusat perbelanjaan sebagai simbolisasi no buy challenge

Apakah Sobat merasa pakaian di lemari sudah terlalu penuh? Kamar atau meja berantakan karena banyak barang menumpuk? Atau terlalu banyak koleksi skincare sampai membuat Sobat bingung? Apabila Sobat terjeba dalam situasi seperti ini, mungkin sudah saatnya untuk mencoba menerapkan gaya hidup minimalis.

Gaya hidup minimalis sendiri, mengutip Becoming Minimalist, adalah pola hidup yang fokus pada kesederhanaan, kesadaran, dan esensi. Di dalam dunia konsumsi, menjadi minimalis bukan hanya soal memiliki sedikit barang, tetapi juga tentang mengurangi yang tidak perlu dan hanya menyimpan barang yang bermanfaat saja     .

Sekilas, menjadi pelaku gaya hidup minimalis mungkin terdengar sulit. Nah, bagi Sobat yang ingin mencoba menerapkannya bisa berangkat dari gerakan No Buy Challenge. Gerakan ini pada intinya mengajak Sobat untuk lebih bijak dalam mengeluarkan uang, yakni dengan tidak membeli barang yang tidak diperlukan dalam jangka waktu tertentu.

Mengutip ulasan GoodStats, gerakan No Buy Challenge mulai mencuat pada awal 2025 di media sosial TikTok untuk merespons gaya hidup konsumtif yang banyak dipertontonkan di internet. Di Indonesia, gerakan ini menjadi relevan dengan adanya wacana kenaikan pajak pertambahan nilai menjadi 12% yang dikhawatirkan akan meningkatkan biaya hidup.

Menurut survei Snapcart, sebanyak 68% netizen Indonesia berpartisipasi di dalam gerakan No Buy Challenge. Produk viral menjadi barang teratas yang ingin dikurangi pembeliannya (34%), disusul dengan produk hiburan (26%), produk properti serta makanan dan minuman kemasan masing-masing 24%, dan terakhir produk otomotif (23%).

Sementara berdasarkan alasannya, netizen Indonesia mengikuti gerakan No Buy Challenge karena khawatir terhadap potensi ketidakpastian ekonomi (34%), mengantisipasi perubahan regulasi pemerintah (26%), sedang mengalami krisis keuangan (13%), dan sedang berupaya mengumpulkan uang untuk kebutuhan jangka panjang (12%).

Contoh Penerapan No Buy Challenge bagi Sobat Remaja

Nah, apakah Sobat tertarik untuk meramaikan gerakan No Buy Challenge? Berikut ini adalah beberapa contoh-contoh penerapan No Buy Challenge yang bisa dilakukan oleh Sobat Remaja dalam rangka memulai hidup yang lebih minimalis.

1. Selektif dalam Membeli Pakaian dan Aksesoris Baru

Membeli pakaian baru idealnya dilakukan maksimal dalam kurun waktu 3 bulan sekali, kecuali memang benar-benar diperlukan. Hal yang sama juga berlaku untuk aksesoris, seperti kerudung, tas, sepatu, dan sebagainya. Sambil menunggu, Sobat bisa mulai belajar mix and match pakaian lama jika ingin tetap terlihat selalu fresh.

Sobat juga bisa menerapkan prinsip satu masuk-satu keluar, artinya setiap membeli satu pakaian atau aksesoris, Sobat menyumbangkan atau menjual satu lainnya. Dengan cara ini, lemari Sobat tidak akan gampang kepenuhan oleh pakaian atau aksesoris yang menumpuk.

2. Berpikir Sebelum Membeli Ulang Skincare

Sebelum mengoleksi skincare baru, pastikan koleksi yang lama memang sudah benar-benar habis. Selain itu, Sobat juga bisa mengevaluasi kembali, apakah produk skincare yang hendak dibeli memang benar-benar dibutuhkan atau justru hanya bagian dari ikut-ikutan tren sesaat.

Penting juga untuk memprioritaskan produk-produk skincare yang fungsional agar pembeliannya tidak berlebihan. Hindari mengikuti tips 10-step skincare routine yang tidak perlu dan hanya memicu keborosan. Di samping itu, Sobat juga bisa menerapkan prinsip satu masuk-satu keluar sebagaimana pada pakaian.

3. Kurangi Membeli Jajanan Viral

Membeli jajanan yang sedang viral memang menyenangkan, tetapi jangan sampai dilakukan setiap saat. Sobat bisa menetapkan jatah maksimal mengonsumsi jajanan, misalnya dua kali dalam sebulan.

Selain itu, ketimbang sering-sering mengeluarkan uang untuk membeli jajanan yang mungkin tinggi gula dan pengawet, Sobat bisa menggantinya dengan jajanan sehat, atau membawa bekal sendiri. Dengan cara ini, Sobat bisa menghemat uang jajan sekaligus memulai hidup yang lebih sehat.

4. Langganan Aplikasi Digital Secukupnya

Coba deh, cek catatan pengeluaran keuangan Sobat. Berapa banyak uang yang Sobat keluarkan untuk berlangganan aplikasi digital? Jika jumlahnya menyamai atau malah lebih besar daripada kebutuhan dasar, mungkin Sobat bisa mempertimbangkan untuk mulai menguranginya.

Hal ini bisa dilakukan dengan berbagai trik, misalnya seperti pintar-pintar mencari paket langganan yang lebih murah, berlangganan patungan bersama keluarga atau teman, menggunakan aplikasi digital yang bisa dipakai secara gratis, atau sekadar memanfaatkan aset-aset teknologi yang sudah ada.

5. Batasi Membeli Barang Koleksi

Memiliki barang koleksi memang menyenangkan, tetapi jika terlalu berlebihan, bisa menumpuk dan lambat laun tidak lagi bernilai. Sobat bisa membatasi pembeliannya hanya 6 bulan sekali, atau hanya saat ingin menghadiri event tertentu. Bukan hanya menghemat uang, tips ini juga akan memudahkan Sobat merapikan ruangan tanpa barang koleksi yang menumpuk.

6. Menghargai Barang yang Masih Dimiliki

Ketika Sobat membeli sesuatu, hargailah barang tersebut agar bisa digunakan secara jangka panjang. Misalnya, mencuci dan menyimpan pakaian dengan benar agar lebih tahan lama, memasang casing pelindung untuk barang-barang elektronik, rajin-rajin membersihkan alat-alat make up, dan lain sebagainya.

3 Tips Sukses Menjadi Minimalis Lewat No Buy Challenge

Setelah melihat beberapa contoh di atas, seberapa yakin Sobat untuk berpartisipasi di dalam gerakan No Buy Challenge? Apabila Sobat masih membayangkan kalau menjadi pelaku No Buy Challenge itu sulit, berikut ini adalah beberapa tips yang bisa diterapkan agar penerapannya berhasil dan terasa lebih ringan.

1. Tentukan Tujuan Sobat

Apa tujuan Sobat berpartisipasi menjadi pelaku gerakan No Buy Challenge? Apakah untuk menghemat uang? Atau mengurangi pembelian barang yang tidak perlu? Atau sekadar lebih sadar dalam berbelanja? Apapun itu, Sobat perlu menetapkan motivasi yang baik agar gerakan No Buy Challenge terasa tidak memberatkan.

2. Buat Aturan untuk Diri Sendiri

Sebagai langkah awal, tetapkan berapa lama Sobat ingin menantang diri dengan No Buy Challenge. Selain itu, tuliskan secara jelas barang yang boleh dan yang tidak boleh dibeli selama periode tantangan berlangsung. Untuk kebutuhan yang sifatnya esensial seperti makanan dan barang sekali habis, Sobat boleh mengecualikannya.

3. Buat Jurnal atau Catatan Perjalanan

Langkah selanjutnya, ketika periode tantangan No Buy Challenge sudah berjalan, Sobat boleh mendokumentasikan prosesnya ke dalam jurnal atau catatan perjalanan. Di sana, Sobat bisa menuliskan kemenangan dan pembelajaran penting selama menjalani No Buy Challenge. Hal ini akan membantu Sobat dalam memantau dampak dan perkembangan selama menerapkan No Buy Challenge.

5 Kesalahan Gaya Hidup Minimalis yang Harus Dihindari

Kendati banyak tips dan trik dalam seputar gaya hidup minimalis, Sobat tetap harus berhati-hati dalam menerapkannya. Sebab, di sekitar kita beredar banyak mitos yang keliru soal gaya hidup minimalis. Jangan sampai Sobat terjebak ke dalam mitos-mitos ini dan malah kembali lagi ke budaya konsumtif berkedok minimalis. Apa saja mitos yang dimaksud?

1. Membuang Barang Secara Berlebihan

Inti dari menerapkan gaya hidup minimalis adalah mengurangi barang.  Namun, bukan berarti Sobat harus membuang sebagian besar barang agar terlihat minimalis. Bisa jadi barang-barang tersebut masih fungsional dan bisa memberikan manfaat. Ketimbang dibuang, Sobat bisa menyortirnya secara bijak, lalu menjual atau mendonasikannya.

2. Hanya Mengacu Pada Kuantitas

Tidak sedikit yang berpikir bahwa menjadi minimalis berarti hanya boleh membeli barang dalam jumlah tertentu. Pemikiran seperti ini tidak sepenuhnya salah. Namun, esensi utama dari gaya hidup minimalis bukanlah semata kuantitas, melainkan juga kualitas, yakni sejauh mana barang-barang yang dibeli memberikan manfaat jangka panjang bagi hidup Sobat.

3. Membeli Barang Baru dengan Dalih Minimalis

Pernahkah Sobat melihat iklan barang-barang berlabel minimalis di internet atau situs belanja daring? Misalnya seperti perlengkapan serba putih atau furnitur yang terlihat simpel dan futuristik. Jika iya, jangan sampai Sobat ikut membeli ya!

Sebab sebenarnya itu adalah jebakan tren gaya hidup minimalis yang dipopulerkan oleh industri. Sekali lagi, esensi dari gaya hidup minimalis adalah mengurangi konsumsi, bukannya membeli barang baru.

4. Mengikuti Standar Minimalisme Orang Lain

Di media sosial beredar banyak referensi tentang gaya hidup minimalis. Namun, tidak semua dari referensi tersebut boleh diterapkan begitu saja. Gaya hidup minimalis yang berhasil diterapkan orang lain belum tentu cocok dengan diri Sobat sendiri. Sobat juga perlu melihat kembali kebiasaan dan gaya hidup pribadi. Dengan kata lain, gaya hidup minimalis sebenarnya sesuatu yang fleksibel dan tidak ada buku panduan yang pasti.

5. Menganggap Minimalisme Sebagai Tren, Alih-alih Pola Pikir

Influencer dan selebriti internet adalah salah satu aktor yang sering mempromosikan gaya hidup minimalis. Masalahnya, tidak jarang referensi gaya hidup minimalis yang mereka promosikan lebih terlihat seperti sebuah tren sesaat yang tidak berkelanjutan. Minimalisme bukanlah tren, tetapi soal kesadaran dalam konsumsi, mengurangi yang tidak perlu, dan fokus pada hal yang benar-benar penting.

Nah, itu dia sedikit tips dan contoh penerapan gaya hidup minimalis melalui gerakan No Buy Challenge. Sobat perlu memahami, kalau menjadi minimalis bukan berarti harus langsung mengubah semua aktivitas konsumsi dalam waktu singkat, melainkan membangun sebuah kebiasaan hidup yang sadar, hemat, dan bermakna secara perlahan. Jadi, apakah Sobat sudah siap mencoba gaya hidup minimalis? Yuk, mulai sekarang dan rasakan dampak baiknya.

Penulis: Nobertus Mario Baskoro

Facebook
X
Threads
LinkedIn

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Event Kami

Ruang Kata 4

Artikel Populer

Artikel Terkait

Translate »