Andil Pemerintah dalam Penerapan Cukai Minuman Berpemanis: Pertaruhan Masa Depan Anak Bangsa

Penerapan Cukai Minuman Berpemanis

Konsumsi minuman berpemanis di Indonesia terus meningkat seiring dengan gaya hidup modern yang semakin berkembang. Peningkatan ini diikuti oleh melonjaknya kasus penyakit tidak menular, salah satunya adalah diabetes. Untuk mengatasi masalah ini, pemerintah Indonesia sedang mempertimbangkan penerapan cukai terhadap minuman berpemanis, khususnya minuman berpemanis kemasan. Meskipun demikian, hingga saat ini belum ada kesepakatan bulat di antara berbagai pihak terkait mengenai kebijakan ini.

Tujuan utama penerapan cukai pada minuman berpemanis adalah untuk mengurangi konsumsi gula yang berlebihan di masyarakat. Diharapkan cukai ini dapat menurunkan risiko kesehatan yang disebabkan oleh konsumsi gula berlebihan, termasuk obesitas, penyakit ginjal, dan diabetes. Diabetes sendiri merupakan salah satu penyebab kematian tertinggi nomor tiga di Indonesia dan setidaknya dapat diatasi dengan mengonsumsi makanan ringan sehat rendah gula.

Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) No. 30 Tahun 2013 tentang Pencantuman Informasi Kandungan Gula, Garam, dan Lemak serta Pesan Kesehatan pada Pangan Olahan dan Pangan Siap Saji adalah salah satu upaya pemerintah untuk meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai asupan gula. Permenkes ini mewajibkan produsen untuk mencantumkan informasi kandungan gula, garam, dan lemak pada label produk mereka, serta menyertakan pesan kesehatan. Tujuan utama regulasi ini adalah memberikan informasi yang jelas dan akurat kepada konsumen agar dapat membuat pilihan yang lebih sehat.

Namun, penerapan kebijakan cukai ini tidak luput dari perdebatan. Beberapa pihak dalam pemerintahan berpendapat bahwa kebijakan ini dapat memberikan dampak negatif pada industri minuman dan ekonomi nasional. Kekhawatiran ini terkait dengan potensi penurunan daya saing industri minuman lokal dan hilangnya lapangan pekerjaan.

Di sisi lain, para pendukung kebijakan ini menekankan pentingnya kesehatan bagi masyarakat. Mereka berpendapat bahwa biaya kesehatan yang dikeluarkan akibat penyakit tidak menular jauh lebih besar dibandingkan potensi kerugian ekonomi jangka pendek dari penerapan cukai. Para ahli kesehatan dari Universitas Gadjah Mada (UGM) juga mendukung langkah ini sebagai upaya preventif untuk menekan angka penderita diabetes di Indonesia.

Selain dampak ekonomi, penerapan cukai minuman berpemanis juga memiliki dampak sosial yang signifikan. Kebijakan ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat tentang bahaya konsumsi gula berlebihan serta dampaknya bagi tubuh. Dengan adanya cukai, harga minuman berpemanis akan meningkat sehingga masyarakat akan lebih selektif dalam memilih alternatif yang lebih sehat.

Remaja merupakan salah satu kelompok yang rentan terhadap pengaruh gaya hidup modern, termasuk dalam mengonsumsi minuman berpemanis. Pelibatan remaja dalam upaya pengurangan konsumsi gula sangat penting, baik melalui edukasi di lingkup pendidikan maupun kampanye kesehatan di media sosial. Pemenuhan hak remaja untuk mendapatkan informasi dan pendidikan kesehatan yang tepat akan membantu mereka dalam membuat keputusan untuk memilih pangan yang lebih sehat.

Selain itu, melibatkan remaja dalam diskusi kebijakan seperti penerapan cukai minuman berpemanis juga penting. Suara dan pandangan remaja dapat memberikan perspektif yang segar dan relevan mengenai kebijakan yang mempengaruhi gaya hidup dan kesehatan mereka. Dengan demikian, remaja tidak hanya menjadi sasaran kebijakan, tetapi juga menjadi agen perubahan yang aktif.

Salah satunya pada tahun 2023, remaja mendapatkan kesempatan yang tidak hanya hadir, namun turut berpartisipasi aktif dalam agenda rapat koordinasi implementasi peraturan kementerian kesehatan No. 30 Tahun 2013 yang melibatkan 5 perwakilan Health Heroes Indonesia. Diantaranya Gavra Arkananta, Nurana Fahrezi, Osel Nur Tazkiya, Anisa Nurul Janah dan Sherly Mailani sebagai face of youth.

Sebagai tambahan dari penerapan cukai, edukasi mengenai pola makan sehat dan pentingnya mengurangi konsumsi gula juga perlu diperkuat. Pemerintah dan lembaga kesehatan perlu bekerja sama dalam memberikan informasi yang jujur, jelas, dan mudah dipahami oleh masyarakat tentang bahaya gula dan manfaat dari diet yang seimbang. Pelibatan remaja yang inklusif dan bermakna dalam upaya ini adalah langkah penting dalam memastikan kebijakan dapat terlaksana dengan efektif dan berkelanjutan.

Dengan mengambil langkah proaktif ini, kita tidak hanya melindungi kesehatan generasi saat ini, tetapi juga memastikan kesejahteraan generasi mendatang. Dukungan ini dapat dimulai dengan kita sebagai remaja untuk lebih selektif dalam mengonsumsi minuman yang lebih sehat dan mengedukasi tentang pentingnya mengurangi konsumsi gula sedari dini. Karena kalau bukan kita, siapa lagi? Kalau bukan sekarang, kapan lagi.

Facebook
X
Threads
LinkedIn

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Event Kami

IYD Challage 2024

Artikel Populer

Artikel Terkait

Translate »