Emas hijau mungkin adalah sebutan yang cocok untuk tumbuhan dengan nama ilmiahnya Centella asiatica (L). Tumbuhan ini merupakan salah satu tumbuhan yang umum dikenal di Indonesia dengan berbagai nama. Mulai dari daun kaki kuda/ambun di Sumatera, ganggangan/kerok batok/rending di Jawa, antanan/calingan rambat dalam bahasa Sunda, kos-tekosan dalam bahasa Madura, dan cipubalawo dalam bahasa bugis. Penyebarannya yang mudah dan kondisinya yang mudah tumbuh membuat tumbuhan ini dapat tersebar mulai dari pinggir jalan, area kebun-kebunan, pematang sawah hingga ladang yang lembab menurut Besung (2009).
(Gambar: Dokumentasi Pribadi, 2024)
Memiliki ciri fisik mempunyai akar rimpang, tangkai daun berbentuk pelepah, tidak berbulu, pendek, daun berjumlah 2-10 helaian daun hingga berbentuk bunga bundar lonjong, cekung dan runcing keujung dengan ukuran sangat kecil berwarna agak kemerahan menurut Winarto dan Surbakti (2003) membuat tumbuhan ini mudah diidentifikasi.
Pegagan sendiri terkenal karena khasiatnya yang beragam khususnya dalam bidang kesehatan maupun kosmetik. Pegagan dapat dimanfaatkan sebagai penyembuh luka, radang, asma, wasir, demam hingga sebagai antioksidan, antiinflamasi hingga pemutih kulit. Dengan kandungannya yang beragam mulai dari senyawa triterpen yang merupakan komponen utama dalam penyembuhan luka, kandungan etanol pegagan yang dapat meningkatkan sintesis kolagen lebih tinggi daripada anggur dan vitamin C, hingga enzim tirosinase yang dapat menghambat penuaan kulit.
Diterapkan di berbagai skincare terkini dengan branding Centella asiatica, membuat masyarakat tidak sadar bahwa bahan yang digunakan merupakan bahan yang umum ditemui dan biasa dimakan oleh masyarakat umum. Acapkali dimakan mentah, pegagan sudah menjadi bagian darah daging dari kehidupan budaya lalap dalam budaya Sunda. Dimakan bersama sambal dan lauk, rasa pegagan akan semakin nikmat ketika dimakan.
(Gambar: Dokumentasi Pribadi, 2024)
Cara pengolahannya sendiri beragam mulai dari dimakan mentah sebagai lalapan, dikeringkan untuk dijadikan teh, digoreng langsung, ditumis, ditumbuk dijadikan masker, dan lain-lain. Namun walau penggunaanya yang memiliki banyak manfaat serta tidak memiliki sama sekali zat toksin dan jarak ada efek samping, tetap ada peluang terjadinya proses alergi ataupun luka bakar jika digunakan secara langsung. Pemberian dosis yang berlebihan melalui mulut dapat menyebabkan mual, pusing serta dispepsia. Selain itu tidak disarankan jika ekstrak pegagan digunakan sebagai obat lebih dari 2 bulan dikarenakan hal-hal yang disebutkan di atas.
Jadi bagaimana pembaca? Menarik bukan? Centella asiatica yang biasa ditemukan di kosmetik mewah rupanya salah satu lalapan yang umum dijumpai oleh kita, lho. Jadi, apakah teman-teman tertarik untuk memakannya secara langsung? Atau ada pengolahan lain yang biasa teman gunakan untuk pegagan? Berikan pendapatmu ya!
REFERENSI
Besung, Kerta nengah I. (2009). “Pegagan (Centella aisatica) Sebagai Alternative Pencegahan Infeksi Pada Ternak.” Jurnal Penelitian, 2(1), Universitas Udayana.
Sutardi. (2016). “Kandungan Bahan Aktif Tanaman Pegagan dan Khasiatnya Untuk Meningkatkan Sistem Imun Tubuh”. Jurnal Litbang Pertanian, 35(3), 121-130.
Winarto, W.R. dan M. Surbakti. (2003). “Khasiat dan Manfaat Pegagan.” Agromedia Pustaka. Penerbit Agromedia Pustaka..
Fernanda, L., Ramadhani, A. P., Syukri, Y. (2022). Review : Aktivitas Pegagan (Centella asiatica (L.) Urban) pada Kulit. Jurnal Sains Farmasi & Klinis, 9(3), 237-244.
Penulis : Munawar Ahmad (Lalab Heroes Koperasi MILFA)