Mengapa Aku Lahir Di Keluarga Ini?

keluarga

“Yah, sudahh jangan marah dan pukuli mama terus” ucapku pada saat itu kepada ayah. Sejak umurku 5 tahun, ayah dan ibuku bertengkar karena ayahku terus bermain judi, dan sampai sampai mulut mama hampir disulut bara rokok oleh ayah. Aku tidak tahu sampai kapan pertengkaran itu akan terus berlanjut.

Hufffttt akhirnya aku tahu garis finish dari pertengkaran itu yaitu, perceraian. Ya perceraian menjadi jawaban atas semua permasalahan di keluarga yang selama ini susah menemukan jalan keluar. Setelah hari itu ayah, mama pergi sendiri sendiri dan aku tinggal bersama nenekku untuk terus melanjutkan kehidupan. First time sekolah diantar nenekku ke TK dan itu menjadi pengalaman baru karena selalu diantar ayah sebelumnya.

Pengasuh anak tetangga adalah pekerjaan nenekku, dari situlah dia mendapat uang untuk membeli keperluan. Gaji yang berkisar 800 ribu untuk memenuhi 3 orang di Rumah tersebut. Agak miris rasanya, orang serenta nenekku harus mengurus 2 orang, aku dan pamanku yang terkena gangguan jiwa. Iya dia terkena gangguan jiwa karena sering dipukuli oleh kakekku dahulu dan gagal lolos untuk seleksi abdi negara.

Jawa Timur, Juli 2009 awal aku masuk sekolah dasar di pinggiran kota , Mangunharjo 7. Diantar oleh nenekku berjalan kaki ke sekolah, sampai sekolah melihat anak lain bersama orang tua mereka. Diumur itu aku tentu masih belum tahu, tapi setelah 19 tahun hidup itu merupakan kejadian yang paling tidak mau aku ingat seumur hidup. Semua berjalan seperti biasanya, dikelas 3 aku mulai berani untuk pergi ke sekolah, sendiri. Ya karena jaraknya tidak begitu jauh dari rumah sekitar 1.3km, sudah seharusnya berani untuk ke sekolah sendirian. Untuk pertama kalinya dalam 4 tahun terakhir, mama menemuiku lagi. Tatapan kosong dariku yang entah itu menunjukan perasaan bingung atau marah, susah menjelaskan emosiku saat itu. Tak banyak kata yang aku dengarkan dari mamaku, intinya “jangan nakal nakal”.

Tahun ke 4 di sekolah dasar, genap 10 tahun umurku pergaulan bebas mulai masuk dari teman sekitar. Lingkungan pertemanan yang lebih tua daripada usiaku, saat itulah mulai masuk lingkaran setan. Aku mengenal rokok dari tetanggaku, Feri Namanya. Rambut lurus, tampang seperti anak punk, berbadan pendek dan suka meminjam uang. Meskipun sekarang sudah almarhum karena mabuk dan tenggelam di lautan Merauke. Agak geli kalau diingat waktu awal merokok sampai jauh banget ke alun alun dan sekarang malah dirumah sendiri karena udah punya pekerjaan.

Mulai Kenal Minuman.

12 tahun hidup di sekolah sudah mencapai kelas 6 atau tahun terakhir di sekolah dasar. Aku sedang santai duduk diteras, temenku ngajak pergi ngopi di warung yang baru buka, orang pindahan dan kebetulan buka warung. Berangkatlah kesana untuk sekedar ngopi ceria, sampai disana dan aku inget yang aku pesen itu es teh manis. Setelah lama ngobrol temen temen lihat kalau yang punya warung itu minum miras, penasaranlah temen temen dan tanya “lagi minum apa om” tanya temenku. Setelah berbincang lama, akhirnya mereka minta buat dibelikan sebotol untuk diminum bareng. Akhirnya iuranlah kita untuk membeli minuman itu, awalnya aku sendiri tidak mau untuk mencoba tapi karena dipaksa ya susah menolak.

Seminggu setelah hari itu, orang tua temenku datang ke warung itu karena anaknya pulang kerumah dalam keadaan mabuk. Dan sesuai dengan yang dia utarakan bahwa anaknya minum miras disana. Agak lucu sebenenarnya karena anaknya yang ingin minum tapi yang punya warung yang disalahkan, tapi ya salah juga sih karena anak dibawah umur malah diberi miras. Cekcoklah mereka disana sampai satu rt tau dan aku Cuma diam memperhatikan, hehehe.

Sampailah di tahun pertama SMP, dimana yang awalnya aku berpikir untuk pergi dari lingkaran setan ternyata tidak. Semakin bebas pergaulan dan ditemukan dengan orang orang yang beragam, sering diajak minum miras oleh teman teman. Dan saat rekreasi sempet kepergok merokok oleh guru di SMP-ku. Loncat Panjang ke beberapa hari sebelum ujian dimulai, temen temen ngajakin minum dan bodohnya aku mau. Minumlah kita di warung dari siang sampe sore, dan sore jam 3 mamaku nelfon untuk dibelikan makan. Jadi, dengan mamaku udah sering ketemu sejak kelas 1 SMP.

Setelah balik rumah mamaku sadar bahwa ada yang aneh karena abis balik minum kan, dan baunya juga masih ada. Dan disitulah aku dimarahi abis-abisan karena minum miras, setelah itu aku dipaksa tinggal bareng mama, dengan alasan yang aku tidak tahu pasti. Setelah kejadian itu aku tidak boleh keluar rumah selama sebulan lebih. Dan waktu akan masuk SMA yang lingkungannya juga sama, tidak jauh berbeda dari masa SMP, malah lebih parah. Aku memutuskan untuk berubah di SMA dengan cut off  lingkungan pertemananku yang di SMP dan memilih kehidupan baru.

Tahun pertama SMA memulai dengan ikut organisasi OSIS, disini diajari berkembang dan meninggalkan lingkungan lama yang kelam. Dengan cara jarang nongkrong dengan temen temen lama, menolak ajakan untuk melakukan hal hal yang merugikan Kesehatan. Berteman dengan kakak kelas yang membawa positive vibes membuatku juga terbawa dampak positif. Emang bener ya kalau kita kumpul dengan penjual parfum, kita pasti ikut wangi. Dan di SMA ini juga aku ikut PIK R dan bertemu dengan Pembina yang tau akan masalah yang sedang aku hadapi.

Jadi, guruku ini tuh selalu tanya “Ndo, gaada masalah yang mau diceritain lagi?” karena awalnya aku juga cerita mengenai masa laluku ke guru ini. Bahkan sampe sekarang guruku sering banget kirim pesan tentang info beasiswa dan kadang tanyain gimana keadaannya sekarang. Aku merasa beruntung sekali bertemu dengan guruku ini karena cukup memperhatikan aku, big love untuk beliau. Selain itu di PIK-R ini juga aku belajar mengenai Kesehatan jauhi sex bebas, jauhi pernikahan dini, dan jauhi napza.

Sayangnya masa sekolahku ditahun pertama harus berakhir karena virus Covid-19, sekolah dan semua instansi diliburkan selama 2 minggu. “oke anak anak mulai tanggal 7-21 maret 2020, belajar di rumah” ucap guruku. Kebohongan yang tidak akan aku percaya lagi, 2 minggu malah hampir 2 tahun pembelajaran Daring. Hampir selama 2 tahun belajar dari rumah makin pinter enggak, materi tidak masuk yang iya , menyedihkan. Hampir tiap hari bangun Cuma untuk absen saja, tapi beruntungnya masih ada pertemuan online PIK-R di sekolahku. Setidaknya masih ada pembelajaran yang bisa aku dapatkan.

Mulai Peduli Kesehatan.

Dengan pengalamanku mengikuti PIK-R, aku lebih aware kepada Kesehatan, hidupku benar benar berubah semenjak saat itu. Ya meskipun tidak berubah langsung drastis 100% pastinya bertahap, pelan pelan berubah menjadi lebih baik. Sewaktu dirumah saja itu, aku dapat info bahwasanya akan diadakan pemilihan Duta GenRe Tingkat kota. Duta GenRe adalah ajang pemilihan remaja untuk figur teladan serta, motivator di kalangan remaja yang nantinya berperan memberikan wawasan kepada generasi muda mengenai, kesehatan remaja. Salah satu syaratnya harus, menjadi anggota PIK-R. aku ngerasa pas banget dan memenuhi kualifikasi untuk mengikuti pemilihan tersebut.

Mendaftarlah aku di pemilihan Duta GenRe tersebut, dimulai di tahap pertama yaitu seleksi administrasi. Dibantu oleh guruku untuk menyiapkan administrasinya, dan beruntungnya aku lolos dan lanjut ke tahap kedua yaitu tes pengetahuan. Dites ini menguji pengetahuan mengenai substansi GenRe dan aku berbekal pengetahuan yang aku dapatkan di PIK-R sekolahku. Akhirnya aku lolos lagi menuju tes interview dan penyuluhan, disini aku harus melakukan penyuluhan kepada peserta yang juga lolos dan di interview oleh beberapa orang dinas.

Setelah tes tersebut, menunggu beberapa hari untuk hasil pengumumannya, aku udah pesimis banget karena emang gak sesuai dengan ekspektasiku waktu itu. Saat tanggal pengumuman aku kaget banget karena namaku ada di pengumumannya atau aku lolos. Seneng banget karena beberapa tahap lagi bisa menjadi duta genre, dan sampailah di karantina duta genre. Di karantina itu kita diberi materi tentang substansi GenRe yang lebih expert, beauty class dan catwalk. Menjalani karantina selama 2 hari 1 malam itu cukup menguras tenaga, dan sampailah di hari Grand final Duta GenRe. Grand final sendiri dilakukan untuk menentukan pemenang dari Duta GenRe itu sendiri.

Dihari Grand final seluruh finalis yang berjumlah 20 orang di tes bakatnya saat itu, aku sendiri menampilkan puisi karena tidak punya bakat ya. Setelah penampilan bakat, akan dipanggil 5 besar putra dan putri, sebagai penampil terbaik dan akan ditanyai studi kasus. Singkat cerita sampailah ke aku ditanyai studi kasus, mendapatkan bonus topik demografi dan jujur aku agak kesulitan ditopik itu karena emang ga belajar untuk itu. Agak kesusahan lah waktu menjawab tapi aku usahakan sebaik mungkin. Setelah semua finalis menjawab penentun pemenanglah dari juara 1, 2, 3, dan Favorit.

Dimulai dengan juara favorit siswa dari PonPes Nurul jadid yang mendapatkan juara tersebut. Kemudian penyebutan juara 2 didapatkan oleh temen SMPku, Winda Tari dan Richo Fernanda. Saat saat yang menegangkan pun terjadi yaitu penyebutan juara 1, aku sempat pesimis karena namaku belum disebut juga di kedua juara tersebut. Dimulailah penyebutan juara 1, didapatkan oleh M. Firdaus dan Marensa Faradilla. Saat itu aku udah pesimis dan murung, karena tidak mendapatkan juara saat itu. Dan penyebutan juara 3 yang terakhir yaitu, namaku dan Vanda Gisela. Dari yang awalnya murung berubah senang karena, aku mendapatkan juara 3 di pemilihan Duta GenRe.

Euphoria-lah kita sambal foto foto bareng semua finalis yang telah hadir, gak nyangka ternyata berhasil mendapat juara. Dengan masa laluku yang begitu kelam aku gak yakin untuk mendapatkan juara, ternyata rencana tuhan itu baik. Mendapatkan juara tingkat kota merupakan kebangaan untukku pribadi, masih nggak nyangka bahwa aku mendapatkannya. Kembalilah kita kesekolah dengan membawa piala tersebut dan langsung ke ruang kepala sekolah untuk mendapatkan pembinaan. Saat di ruang kepala sekolah, kepala sekolah akan mengumumkan sewaktu upacara, ini juga kebohongan yang tidak akan aku percayai lagi. Karena sampai aku lulus sekolah tidak diumumkan, sedih banget.

Pulanglah aku kerumah untuk memberitahukan kepada mamaku, dan beliau Cuma merespon dengan datar tanpa ekspresi. Harapanku aku akan mendapatkan ucapan selamat atau mungkin yang lain “mama bangga padamu le” ternyata tidak. Aku memaklumi hal tersebut ya mungkin karena lama tidak berkumpul jadinya susah berinteraksi. Setelah itu aku menjalani kehidupan seperti biasanya dan di beberapa waktu aku mengikuti rapat GenRe untuk membahas Proker. Meskipun yang berjalan hanya GenRe Goes To School dan pembuatan kemeja lapangan.

Tahun terakhir di SMA berjalan cukup normal, sewaktu Covid semakin menurun sekolah mulai masuk Kembali. Tapi, dengan separuh jumlah siswa jadi setiap kelas dibagi 2, yang awalnya 36 menjadi 18 tiap harinya secara bergantian. Berjalan cukup baik sampai ujian praktek dan akan menuju wisuda. Pada saat wisuda aku merasa “setelah ini akan bebas cari kerja dan punya uang sendiri” ternyata tidak. Tumbuh dewasa tidak seperti iklan di tv, tidak seperti yang aku bayangkan. Bingung mencari kerja, krisis jati diri, diam dirumah tidak melakukan apa apa.

6 bulan 2 hari aku menjadi pengangguran, sampailah ada satu coffeshop membuka lowongan kerja, mencoba daftarlah aku. Setelah menunggu sekitar 1 minggu, akhirnya aku dinyatakan diterima. Seneng banget setelah sekian lama akhirnya menemukan pekerjaan, bye bye beban keluarga. Saat bekerja di coffeshop ada notifikasi dari grup Insan GenRe, ada pelatihan online yang dilakukan oleh Rise Foundation. Karena temen temen yang lain tidak bisa mengikuti itu, akhirnya akulah yang mengikuti pelatihan tersebut di sela-sela kerjaku. Pelatihan berjalan selama 2 hari dan membahas Cut GGL, Logo Pilihan Lebih Sehat, dan CEK KLIK.

Setelah pelatihan online tersebut, ternyata ada pelatihan secara offline di jogja yang diadakan Rise Foundation. Tapi karena Probolinggo tidak ada di kualifikasi wilayah aku memutuskan untuk, tetap mendaftar hehehe. Dan ternyata kaki ka memperbolehkan diluar wilayah tersebut untuk mendaftar, makin semangat karena masih ada kemungkinan untuk lolos. 17 januari 2023 pukul 16.00 kak ika kirim link Instagram siapa aja yang lolos. Ternyata aku lolos dong, seneng banget masih gak nyangka hehehe. Singkat cerita berangkatlah ke jogja dengan menggunakan kereta api.

Setelah sampai di Jogja, mendapatkan pelatihan yang intensif lagi mengenai 3 topik tersebut. Pelatihan berlangsung selama 3 hari dan itu seru banget, kakak fasilitatornya seru dan bersahabat banget. Singkat cerita setelah pelatihan dan Kembali pulang ke Probolinggo, tentu kurang jika aku tidak menerapkan hal hal yang aku dapatkan di Jogja. Jadi aku putuskan untuk menerapkan Detox Gula atau Deleting Toxic Gula, aku membatasi bahkan tidak mengkonsumsi gula olahan lagi selama sebulan.

Minggu pertama aku mulai sakau, ingin makan dan minum yang manis manis tapi aku mencoba untuk tetap konsisten. Minggu kedua, tubuhku mulai merasakan perubahan lebih segar dan semangat beraktifitas. Minggu ketiga semakin banyak perubahan yang aku dapatkan seperti, tidak mudah ngantuk lebih bertenaga. Minggu keempat aku merasakan perubahan yang sangat signifikan dari tubuhku, yang awalnya jerawatan jadi berkurang, stress juga berkurang. Intinya masih banyak lagi yang aku dapatkan dari Detox Gula.

Jadi pesan yang ingin aku sampaikan. Tidak peduli kamu dari masa lalu yang seperti apa, seburuk apa masa lalumu jika kamu ingin berubah lakukanlah. Karena yang bisa merubah dirimu adalah dirimu sendiri bukan orang lain. Karena aku percaya perubahan bukanlah seperti gelas yang diisi air yang lama lama akan penuh. Tapi perubahan adalah seperti obor api yang padam, kita harus menghidupkannya satu persatu agar bisa menerangi lebih banyak lagi.

Facebook
X
Threads
LinkedIn

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Event Kami

IYD Challage 2024

Artikel Populer

Artikel Terkait

Translate »