Susu Kental Manis: Manis Namun Berbahaya

susu kental manis

Dalam dunia yang dipenuhi dengan pilihan nutrisi, tak jarang kita menemukan cerita keluarga yang penuh kasih sayang: merasa bahwa memberikan susu kental manis pada bayi mereka adalah tindakan menyenangkan dan ramah. Namun, apa yang mungkin terlihat sebagai keputusan sepele dalam memberikan kenyamanan, ternyata dapat menjadi risiko fatal yang menyelinap tanpa diinginkan. Mari kita merenung tentang opini ini: bagaimana tindakan sehari-hari yang tampak tak berbahaya dapat memainkan peran besar dalam membentuk takdir kesehatan anak kita.

Seorang peneliti Institut Pertanian Bogor (IPB), Bapak Dodik Briawan, mengatakan bahwa kadar gula pada susu kental manis (SKM) tidak cocok dikonsumsi oleh anak-anak secara rutin. Hal tersebut dikarenakan kandungan dari susu kental manis memiliki kandungan gula lebih tinggi dibandingkan kandungan protein. Jika pada susu formula, kandungan protein pada susu akan lebih tinggi daripada kandungan gula.

Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) berpendapat bahwa susu kental manis merupakan hasil rekonstitusi susu bubuk dengan penambahan gula, dengan atau tanpa penambahan lain. Sehingga, susu kental manis sering dianggap bukan susu yang baik untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan anak karena mengandung kadar gula yang tinggi.

Satu sendok susu kental manis mengandung 2 – 5,5 g lemak jenuh, yang memiliki dampak negatif bagi kesehatan kardiovaskular. Sedangkan susu kental manis hanya mengandung 1,5 g protein, lalu kalsium sebesar 54 mg, potassium sebesar 36 mg, magnesium sebesar 5 mg, 56 IU vitamin A, dan sejumlah kecil vitamin serta mineral lainnya dalam satu sendok makan. 

dr. Damayanti, Sp.A (K), Ph.D, seorang dokter dari Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM mengatakan bahwa, “Susu kental manis tidak boleh diberikan pada bayi dan anak karena memiliki kadar gula yang tinggi dan kadar protein yang rendah.” Pemberian susu kental manis setiap hari kepada anak-anak bahkan balita, dapat berpotensi obesitas karena kelebihan gula dapat menjadi faktor kenaikan berat badan.

Fenomena pemberian susu kental manis kepada bayi sering kita jumpai di sekitar kita. Sama halnya dengan saya. Saya memiliki tetangga sebut saja namanya Bu Ida. Bu Ida merupakan seorang single parents yang bekerja sebagai buruh cuci dan setrika ke rumah tetangga sekitarnya. Bu Ida memiliki seorang anak perempuan yang masih berumur 4 bulan. Namun, berat badannya sudah melebihi berat bayi pada umumnya.

Saya sempat bermain ke rumahnya dan bercerita tentang kondisi anaknya. “Namanya juga orang tua tunggal. Untuk makan saja uangnya pas-pasan. Jadi adik dikasih susu kental manis aja. Mau dikasih ASI tiap saat saya juga repot, Mbak. Saya kan kerja setiap hari. Tapi alhamdulillah berat badan adiknya makin naik dan gembul banget,” ujar Bu Ida.

Tanpa Bu Ida sadari, bahwa kondisi naiknya berat badan anaknya bukanlah kenaikan yang normal. Saya memberikan saran kepada Bu Ida agar mengurangi pemberian susu kental manis kepada anaknya dan menggantikannya dengan susu ASI. Dari pengalaman tersebut, dapat saya simpulkan bahwa penyebab kondisi bayi Bu Ida mengalami kelebihan berat badan yakni karena minimnya pengetahuan terkait kandungan susu sebagai nutrisi yang diberikan kepada bayinya serta minimnya penghasilan yang mengakibatkan Bu Ida harus membeli susu kental manis yang lebih murah dibandingkan susu formula lainnya.

Fenomena yang dialami Bu Ida sama halnya dengan Bayi Kenzie yang viral karena mengalami obesitas. Bayi Kenzie terlahir normal, berat badan M. Kenzie Alfaro meledak menjadi 27 kilogram di usianya yang baru 1 tahun 4 bulan.

“Di usia setahun, Kenzie pernah mengonsumsi susu kental manis (SKM),” ujar sang ibu, Pitriah saat ditemui oleh tim Nalar TV. Penyebabnya karena suami Pitriah hanya bekerja serabutan dengan penghasilan 70 ribu per-hari. Dokter mendiagnosis Kenzie mengalami obesitas. Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), anak yang menderita obesitas berpotensi mengidap diabetes melitus. Berdasarkan hasil studi status gizi Indonesia tahun 2022, jumlah balita yang mengalami kelebihan berat badan (obesitas) mencapai 3,5 persen dan terus meningkat hingga tahun ini. Hal tersebut berbanding terbalik terhadap penurunan kasus stunting yang ada di Indonesia.

Akibat apabila susu kental manis dikonsumsi bayi hingga anak-anak yakni obesitas, kerusakan gigi, dan penyakit degeneratif yang akan terbawa sampai dewasa. Anak-anak yang memiliki kelebihan berat badan atau obesitas memiliki resiko tinggi mengalami diabetes, tekanan darah tinggi, asma, gangguan tidur, dan penyakit hati. Selain itu, kelebihan berat badan juga dapat berdampak kepada sisi psikologis anak. Terkadang anak yang memiliki berat badan berlebih akan memiliki rasa kurang percaya diri hingga bahkan menjadi korban perundungan.

Sebagai orang tua, sangat penting untuk mewaspadai dampak negatif dari kebiasaan ini dan berusaha memahaminya. Perubahan kecil dalam pola makan dapat berdampak besar pada kesehatan anak. Untuk mengurangi risiko fatal, penting untuk memahami pentingnya nutrisi yang tepat dalam tumbuh kembang anak terutama pada fase bayi. Para ahli gizi menganjurkan agar bayi di bawah usia satu tahun hanya menerima ASI atau susu formula dengan takaran gula yang sesuai untuk memenuhi kebutuhan gizinya.

Orang tua perlu menyadari bahwa membentuk kebiasaan makan yang sehat tidak hanya tentang mendapatkan nutrisi yang tepat, tetapi juga tentang membangun hubungan positif dengan makanan pada anak. Orang tua harus belajar tentang risiko kesehatan yang terkait dengan kelebihan gula dan mencari alternatif makanan yang lebih sehat untuk anak-anak mereka.

Selain memberikan alternatif nutrisi yang lebih sehat, keluarga juga dapat memasukkan kegiatan fisik ke dalam rutinitas harian. Berolahraga bersama bukan hanya baik untuk kesehatan fisik tetapi juga dapat menjadi momen berkualitas bersama. Hal ini dapat membantu menciptakan gaya hidup yang sehat dan mengurangi risiko dampak fatal yang mungkin muncul dari kebiasaan konsumsi gula berlebihan.

Dengan kesadaran dan tindakan yang tepat, orang tua dapat membantu anak tumbuh sehat dan kuat, menatap masa depan dengan energi positif, dan menghindari risiko kesehatan yang tidak perlu. Perubahan kecil dapat berdampak besar pada kesehatan dan kesejahteraan anak-anak, menyiapkan mereka untuk masa depan cerah yang penuh dengan berbagai kemungkinan.

Referensi:

https://tirto.id/risiko-bahaya-pemberian-susu-kental-manis-skm-pada-anak-balita-ejZ7 diakses pada 20 November 2023 pukul 21.00

https://www.antaranews.com/berita/3629730/kemenkes-kasus-obesitas-anak-naik-bukan-karena-fokus-pada-stunting diakses pada 20 November 2023 pukul 21.30

Facebook
X
Threads
LinkedIn

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Event Kami

IYD Challage 2024

Artikel Populer

Artikel Terkait

Translate »