Sustainable Smart Village: Upaya Kolaboratif Turunkan Stunting

cegah stunting

Permasalahan gizi krusial yang banyak menimpa anak dan masih menjadi fokus penanganan global sampai saat ini adalah stunting. Menurut World Health Organization (WHO) stunting merupakan kondisi gagal tumbuh kembang anak akibat kurangnya gizi dalam waktu lama dan ditandai dengan postur tubuh anak yang lebih pendek dibandingkan anak seusianya.

Permasalah gizi tersebut tidak hanya disebabkan karena satu faktor, tetapi disebabkan oleh banyak hal. Antara lain karena kurangnya pengetahuan orang tua terkait gizi seimbang, pola asuh orang tua yang kurang tepat, status gizi yang kurang, Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) (yang salah satu penyebabnya karena sang Ibu yang belum cukup umur dan kurang terpenuhi gizi saat masa kehamilan), serta keterbatasan ekonomi. Masalah stunting menjadi ancaman serius sehingga perlu penanganan yang komprehensif.

Menurut penelitian Primasari dan Keliat (2020) bahwa stunting berdampak pada gagal tumbuh, tingkat kecerdasan anak, penurunan produktivitas, tubuh rentan terhadap penyakit, rentan pada kondisi metabolisme sehingga sumber daya manusia menjadi kurang berkualitas dan dapat berdampak pada kesejahteraan suatu negara.

Kasus stunting banyak ditemui di negara berkembang, termasuk di Indonesia hingga saat ini kasus stunting masih tinggi. BerdasarkanSurvei Status Gizi Balita Indonesia (SSGBI), prevalensi stunting di Indonesia pada tahun 2022 mencapai 21,6%. Angka tersebut masih jauh dari angka prevalensi yang ditargetkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJN) 2020-2024 yaitu menurunkan kasus stunting sampai 14%. Kasus stunting tersebut juga lebih tinggi jika dibandingkan dengan ambang batas yang ditetapkan WHO yaitu 20%.

Kabupaten Sragen menjadi salah satu wilayah di Soloraya dengan kasus stunting yang tinggi. Berdasarkan data dari Riset Kesehatan Dasar tahun 2021 kasus stunting di Kabupaten Sragen mencapai 18,8% atau setara dengan 4.353 anak yang mengalami stunting.

Hal tersebut menjadikan Kabupaten Sragen masuk menjadi 100 daerah prioritas nasional dalam menanggulangi stunting dan menempati peringkat ke-4 di Soloraya. Melihat problema tersebut, tentu saja membutuhkan langkah cerdas dan strategis untuk menanggulanginya.

Masyarakat mempunyai peranan penting dalam ikut menopang kesehatan nasional. Dari situ unit terkecil administratif negara (desa)harus membentengi dan bersinergi melalui daya upaya secara masif melalui suatu inovasi visioner guna menciptakan desa sehat, bersih, mandiri dalam upaya pemenuhan gizi dalam mencegah dan menekan stunting. Sebagaimana ungkapan dari Wakil Presiden Indonesia Pertama Bung Hatta yang mengungkapkan bahwasannya Indonesia tidak akan besar karena obor di Jakarta, tapi Indonesia akan bercahaya karena lilin-lilin di desa.

Desa sehat, bersih, mandiri menjadi sebuah strategi inovasi desa sehat secara terpadu, terintegrasi, dan tersistematis berbasis Sustainable Smart Village dengan melibatkan segenap unsur masyarakat dalam memaksimalkan potensi desa baik potensi berupa sumber daya alam maupun sumber daya manusia guna mencegah dan menekan kasus stunting.

Langkah awal yang dapat dilakukan melalui program desa sehat ini yaitu sosialisasi dan pemberdayaan masyarakat yang menjadi upaya untuk memberikan daya atau penguatan kepada masyarakat melalui empat prinsip yaitu prinsip kesetaraan, partisipasi, keswadayaan atau kemandirian, dan berkelanjutan. Dalam hal ini, sosialisasi dilakukan kepada masyarakat desa terutama pada para Kader Posyandu dan para Ibu yang tengah hamil, menyusui, dan memiliki anak balita. Pemberdayaan dilakukan dengan mengoptimalkan potensi yang dimiliki dan peran warga sekitar guna membantu mencegah sekaligus menekan stunting guna meningkatkan taraf kesehatan dan kesejahteraan masyarakat.

Mewujudkan kegiatan-kegiatan dalam program desa sehat yang disasarkan untuk masyarakat diantaranya melalui dapur sehat, pendewasaan usia nikah, dan konseling pengantin. Dapur sehat menjadi wadah dalam meningkatkan kualitas gizi masyarakat melalui optimalisasi sumber daya pangan lokal yang dipadukan dengan pelatihan pembuatan makanan pendamping ASI dalam rangka mempercepat upaya penurunan stunting. Dapur sehat difokuskan pada kelompok sasaran prioritas utama yaitu balita, ibu hamil, ibu menyusui dengan tujuan khusus yaitu memberi pengetahuan dan keterampilan dalam mengolah makanan dengan fokus pangan sehat dan padat gizi melalui pengelolaan sumber daya lokal dengan tetap memprioritaskan tujuan mendukung pencegahan stunting dan meningkatkan kesehatan ibu dan anak.

Kemudian pendewasaan usia pernikahan untuk menekan angka perkawinan usia anak yang secara berkelanjutan perkawinan usia anak berdampak pada risiko stunting pada bayi yang akan lahir dari seorang ibu yang belum siap khususnya dalam kesiapan fisik. Pendewasaan usia pernikahan ini difokuskan kepada para remaja agar tidak melakukan pernikahan dini.

Selain itu juga melalui konseling calon pengantin merupakan edukasi pra nikah kepada para calon pengantin, khususnya dalam hal pemberian secara pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan kepada calon dengan fokus utama adalah aspek pemenuhan gizi ketika nantinya hamil agar dapat mencegah risiko bayi lahir dengan berat badan rendah dan stunting.

Selain program yang didasarkan pada masyarakat perlu adanya usulan terhadap pemerintah diantaranya untuk mengalokasikan anggaran dana daerah dalam percepatan penurunan kasus stunting dengan mendorong Organisasi Perangkat Daerah (OPD) dan mendukung segala program percepatan penurunan stunting yang dilakukan di wilayah.

Adanya advokasi stunting melalui kegiatan intervensi gizi dengan bupati selaku kepala daerah menunjuk gugus tugas percepatan penurunan stunting yang nantinya menjadi pihak yang bertanggungjawab untuk memastikan terlaksananya program percepatan penurunan stunting dari tingkat kabupaten, kecamatan, hingga desa.

Aksi yang dapat dilakukan yaitu analisis situasi, penyusunan rencana kegiatan, peraturan bupati/walikota tentang kewenangan setiap 10 desa dalam percepatan stunting, pengukuran, dan publikasi data stunting. Serta peningkatan fokus layanan kesehatan, dalam hal ini utamanya adalah Pos Kesehatan Desa (Poskesdes) sebagai sarana kesehatan utama masyarakat yang dibentuk pemerintah desa guna mendekatkan dan menyediakan pelayanan kesehatan dasar bagi masyarakat desa.

Tentu saja dalam upaya mewujudkan desa sehat, bersih, mandiri perlu adanya kerjasama antar berbagai pihak diantaranya akademisi, pemerintah, masyarakat, dan media. Akademisi berperan dalam melakukan riset dan pengembangan desa sehat. Pemerintah memberikan penyuluhan/sosialisasi terkait pengembangan, pengawasan, pendanaan, serta kebijakan yang mendukung adanya desa sehat dalam menciptakan ketahanan desa sehat cegah dan tekan stunting. Masyarakat merupakan kunci keberhasilan dalam membangun desa sehat khususnya berperan dalam mengelola, mengembangkan, dan melaksanakan program secara berkelanjutan. Media sebagai pendukung pencipta branding dari desa sehat lebih dikenal oleh masyarakat baik lokal, regional maupun nasional serta mengkampanyekan untuk bersama mencegah dan menekan kasus stunting yang salah satunya dapat dengan memanfaatkan media sosial, membuat rancangan aplikasi aplikasi inovasi dalam rangka membantu terwujudnya desa sehat dan meningkatkan kesadaran masyarakat akan bahaya stunting dan pentingnya pemberian asupan gizi yang maksimal khususnya kepada balita, ibu hamil, ibu menyusui guna mencegah dan menekan kasus stunting.

Penulis sangat yakin dengan adanya program yang mendapat dukungan dari berbagai pihak dan dilaksanakan dengan strategi yang implementatif maka akan mampu mewujudkan hasil gemilang pemenuhan gizi masyarakat terjamin dan angka kasus stunting menurun. Cegah stunting itu penting!

Referensi:

Primasari, Y dan B. A. Keliat. 2020. Praktik pengasuhan sebagai upaya pencegahan dampak stunting pada perkembangan psikososial kanak-kanak. J. Ilmu Keperawatan Jiwa. 3(3): 263-272.

https://paudpedia.kemdikbud.go.id/kabar-paud/berita/prevalensi-stunting-tahun-2022-di-angka-216-protein-hewani-terbukti-cegah-stunting?

https://dppkbpppa.pontianak.go.id/informasi/berita/stunting-adalah-gagal-tumbuh-akibat-kurangnya-antara-lain-asupan-gizi

https://paudpedia.kemdikbud.go.id/kabar-paud/berita/19-kl-sepakat-ketahanan-pangan-danpercepatan-penurunan-stunting-tetap-menjadi-prioritas-rpjm-hingga-tahun-2024?

https://www.its.ac.id/news/2021/10/16/angka-stunting-balita-di-indonesia-masih-tinggi/

https://sragenkab.go.id/berita/komitmen-bersama-pemkab-sragen-dalam-upaya-percepatan-dan-penurunan-stunting-.html

Facebook
X
Threads
LinkedIn

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Event Kami

IYD Challage 2024

Artikel Populer

Artikel Terkait

Translate »