Health Heroes – Cerita ini berasal dari saya dan beberapa orang disekitar saya yang mengalami masalah kesehatan yang sama yaitu ketidakseimbangan antara stres dan pola makanan yang kurang baik. Mungkin saja, cerita ini mencerminkan pengalaman banyak orang di luar sana yang belum menyadari betapa pentingnya menjaga harmoni antara pikiran dan tubuh. Dengan merawat tubuh dan jiwa kita melalui pola makan yang bergizi dan manajemen stres yang baik, kita dapat menciptakan kehidupan yang lebih seimbang dan bermakna.
Sebagai seorang mahasiswa baru yang diharuskan beradaptasi dengan cepat, saya mengalami berbagai hambatan yang cukup signifikan. Perpindahan tempat tinggal dari satu daerah ke daerah baru, perbedaan bahasa, cara berbicara, dan pandangan terhadap lingkungan sekitar merupakan tantangan awal yang cukup besar. Tidak hanya itu, sebagai mahasiswa, saya harus berhadapan dengan lingkungan, teman, cara belajar, dan pemikiran yang berbeda dari ketika saya masih duduk di bangku SMA. Semua perubahan ini membuat saya merasa stres karena harus segera menerima dan beradaptasi.
Menurut UNICEF, stres terjadi akibat dari diri yang tidak dapat menghadapi situasi yang dimana situasi tersebut terdapat ancaman, keadaan yang sulit, juga keadaan yang menyakitkan, sperti pikiran akan perasaan buruk mengenai diri sendiri. Sama halnya dengan yang saya alami, hal tersebut juga bisa terjadi kepada siapapun itu. Hal ini akan bertambah berat jika kita memaksakan melakukan aktivitas sehari-hari untuk mengalihkan pikiran dari stres tersebut.
Penelitian yang di lakukan oleh Papalia (2022) menunjukkan bahwa sejumlah 104 mahasiswa yang di wawancarai merasa stres, terlebih mengenai persoalan akademik dan indeks prestasi akademik sehingga sering mengalami penurunan nafsu makan atau justru peningkatan nafsu makan yang dapat memengaruhi status gizinya. Jurnal tersebur sangat mewakili saya sebagai mahasiswa yang peduli akan prestasi akademik maupun non akademik, namun dengan rasa percaya diri yang kurang, membuat saya tertekan dan mengalami stres.
Sejak menjadi mahasiswa, waktu yang saya habiskan lebih banyak untuk belajar dan mengerjakan tugas. Saya sering melewatkan sarapan karena takut telat, namun hal ini mengakibatkan kekurangan asupan tubuh. Bahkan saat istirahat atau setelah kuliah, saya cenderung memilih makanan pedas sebagai penghilang pusing dan sebagai bentuk self-reward. Meskipun ini terasa efektif, stres yang belum reda dan pola makan yang tidak teratur membuat saya mengalami masalah kesehatan, seperti nyeri pada bagian perut.
Saya merasa bahwa makanan yang saya konsumsi tidak memberikan dampak yang signifikan pada tubuh saya. Berat badan tidak berubah, tubuh terasa lemas, dan setelah makan berat, tubuh masih terasa kosong. Hal ini memicu saya untuk mencari solusi, mencoba mengidentifikasi apakah stres, pola makan yang tidak teratur, asam lambung, anemia, atau kurang tidur yang menjadi penyebabnya.
Setelah melakukan penelitian dan mendapatkan saran dari berbagai sumber, saya memutuskan untuk mengubah pola makan. Saya mencoba makan dengan teratur, menghindari makanan pedas, dan memilih makanan yang baik bagi gizi dan kesehatan lambung. Perubahan pola makan dan penanganan stres bukanlah tugas yang mudah, terutama ketika mahasiswa baru harus beradaptasi dengan lingkungan baru dan tuntutan akademik yang lebih berat. Namun, dalam upaya untuk memperbaiki kesehatan dan kesejahteraan saya, saya memutuskan untuk menjadi lebih agresif dalam menghadapi tantangan ini. Perjalanan ini bukan hanya sekadar memperbaiki kesehatan fisik, tetapi juga membangun fondasi untuk gaya hidup sehat yang dapat berlangsung dalam jangka panjang.
Langkah pertama yang saya ambil adalah mengenali pentingnya pola makan yang sehat. Sarapan menjadi fokus utama, dan saya berusaha untuk tidak melewatkan waktu sarapan lagi. Menu sarapan saya berubah menjadi lebih seimbang nutrisinya, dengan roti gandum berisi susu kental manis, keju, telur, tomat, dan daging ayam. Saya menyadari bahwa sarapan adalah sumber energi penting untuk memulai hari dengan baik, dan ini membuat saya merasa lebih segar dan siap menghadapi aktivitas harian.
Selain itu, saya mulai menghindari makanan pedas sebagai bentuk penghilang stres. Meskipun awalnya sulit, saya mencoba berbagai jenis makanan yang memberikan nutrisi lebih banyak dan membantu menjaga keseimbangan asam lambung. Saya menyadari bahwa makanan tidak hanya sebagai pelampiasan emosional, tetapi juga sebagai sumber nutrisi penting bagi tubuh.
Salah satu perubahan signifikan dalam pola makan saya adalah penambahan konsumsi buah-buahan. Saya sering membeli buah potong seperti melon, apel, semangka, dan pisang. Buah-buahan ini saya konsumsi sebagai pengganjal setelah makan berat, sesuai dengan jadwal yang telah saya tentukan. Buah-buahan memberikan rasa kenyang lebih lama dan memberikan tambahan nutrisi yang dibutuhkan tubuh.
Di hari-hari libur kuliah, saya berusaha untuk menemukan menu masakan yang sehat dan bergizi. Bantuan dari orang tua saya sangat berarti dalam proses ini, mereka membantu dalam memasak makanan yang sehat dan bergizi. Ini bukan hanya sekadar cara untuk menjaga kesehatan fisik, tetapi juga sebagai waktu berkualitas bersama keluarga yang dapat mengurangi tingkat stres. Selain perubahan dalam pola makan, saya juga mulai memperhatikan asupan cairan tubuh. Seringkali, dehidrasi dapat memengaruhi kesehatan secara keseluruhan. Oleh karena itu, saya lebih sering meminum susu dan air putih, yang membantu menjaga keseimbangan cairan dalam tubuh dan meningkatkan fungsi pencernaan.
Perubahan-perubahan ini tidak hanya berdampak pada kesehatan fisik saya, tetapi juga secara signifikan mengurangi tingkat stres yang saya alami. Saya merasa lebih berenergi, fokus, dan siap menghadapi tugas-tugas akademik. Selain itu, perubahan gaya hidup ini juga memberikan dampak positif pada aspek psikologis saya, membuat saya merasa lebih bahagia dan lebih siap menghadapi tantangan hidup sebagai mahasiswa baru.
Dalam perjalanan ini, saya menyadari bahwa perbaikan gizi dan pengurangan stres merupakan langkah-langkah penting untuk mencapai keseimbangan hidup yang optimal. Meskipun perubahan ini tidak terjadi dalam semalam, konsistensi dan kesadaran akan pentingnya kesehatan diri membantu saya mengatasi berbagai hambatan dan mengambil langkah-langkah positif menuju gaya hidup yang lebih sehat.
Referensi :
‘Apa itu stres?’ (no date) UNICEF Indonesia [Preprint]. https://www.unicef.org/indonesia/id/kesehatan-mental/artikel/stres.
Novitasari, M. and Kumala, M. (2023) ‘Hubungan stres dengan status gizi pada mahasiswa Universitas Tarumanagara,’ Ebers Papyrus, 28(2), pp. 23–30. https://doi.org/10.24912/ep.v28i2.20886.
Image by Freepik