Mengenal Lebih Dekat Dengan Pohon/Daun Katuk

Sumber : iStock / Noppharat05081977

Pangan merupakan kebutuhan dasar utama bagi manusia yang harus dipenuhi setiap saat. Hak untuk memperoleh pangan merupakan salah satu hak asasi manusia, sebagaimana tersebut dalam pasal 27 UUD 1945 maupun dalam Deklarasi Roma (1996). Pertimbangan tersebut mendasari terbitnya UU No. 7/1996 tentang Pangan.

Bagi Indonesia, pangan sering diidentikkan dengan beras karena jenis pangan ini merupakan salah satu makanan pokok utama di negara tercinta ini, tetapi tak hanya beras semua hasil alam (hayati) lainya bisa dikatakan bahan pangan yang bisa dimakan ataupun diminum manusia diolah maupaun tidak diolah. Indonesia dengan kekayaan keanekaragaman hayatinya, mempunyai potensi yang sangat besar untuk menyediakan bahan pangan secara mandiri yang bisa dimanfaatkan menjadi obat alami, mengigat banyak tumbuhan yang tumbuh dengan baik di sini, salah satu diantaranya yaitu tanaman katuk.

Sumber : wikipedia.org

Daun katuk (Sauropus androgynous) ditemukan sangat berlimpah di Indonesia. Beberapa orang menggunakan katuk sebagai obat herbal tradisional dan pakan ternak. Katuk memiliki beberapa nama daerah antara lain: mamata (Melayu), simani (Minangkabau), katuk (Sunda), babing, katukan, katu (Jawa), kerakur (Madura), katuk (Bengkulu), kayu manis (Bali). Tumbuhan ini dapat tumbuh pada tempat yang cukup air dan agak teduh, dari dataran rendah sampai dengan pegunungan. Dapat tumbuh berkelompok atausecara individu. Di Jawa katuk dapat tumbuh hingg 1300 mdpl. Pohon katuk mempunya morfologi daun menyusun selang seling pada satu tangkai, seolah-olah terdiri dari daun majemuk padahal sesungguhnya daun tunggal dengan jumlah daun per cabang 11-21 helai, bentuk helaian daun lonjong sampai bundar. Batang yang muda berwarna hijau dan yang tua coklat. Batang memiliki alur-alur dengan kulit yang agak licin.

Dibawah ini merupakan beberapa khasiat dari pohon katuk, yaitu :
1. Katuk Sebagai Antikuman
Hasil penelitian menunjukkan bahwa daun katuk juga mempunyai sifat antikuman dan anti protozoa.
Daun dan akar katuk sering digunakan sebagai obat luar untuk mengobati borok, bisul, koreng, demam,
darah kotor dan frambusia. Zat yang berfungsi sebagai antikuman pada daun katuk diduga adalah tannin dan flavonoid.

2. Katuk Sebagai Pelancar Air Susu Ibu
Daun katuk dikenal sebagai laktagoga, yaitu menyubur air susu ibu. Kemampuan menyuburkan air susu
ibu berhubungan dengan peranannya dalam refleks prolaktin, yaitu refleks yang merangsang alveoli untuk memproduksi susu. Refleks ini dihasilkan dari reaksi antara prolaktin dengan hormone adrenal steroid dan tiroksin (Sudarto, 1990). Daun katuk mengandung polifenol dan steroid yang berperan dalam refleks prolaktin. Selain dapat meningkatkan volume ASI, konsumsi daun katuk juga dapat meningkatkan kandungan vitamin A dan protein ASI (Pradjonggo, 1983). Dosis yang efektif untuk meningkatkan produksi dan kualitas ASI adalah 400 g daun segar tiap hari (Sadi, 1983)

3. Katuk Sebagai Anti Lemak Dan Antioksidan
Daun katuk juga dapat mempengaruhi metabolisme lemak, Hasil penelitian Santoso dan Sartini (2001) menunjukkan bahwa tepung daunkatuk menurunkan akumulasi lemak pada perut. Daun katuk mengandung β-karotin, vitamin C, tannin, flavonoid, saponin dll. Senyawa-senyawa tersebut mempunyai khasiat sebagai antioksidan.

4. Kegunaan Katuk Lainnya

Kegunaan lainnya adalah bahwa ekstrak daun katuk dapat menurunkan tekanan darah, Daun dan akar katuk mempunyai fungsi sebagai pelancar air seni. Diuretika adalah obat yang bekerja untuk mempercepat diuresis. daun katuk juga digunakan untuk pewarna makanan, menurunkan demam. Jus daun katuk dapat digunakan untuk menyembuhkan penyakit mata. Penggunaan jus daun katuk untuk penyakit mata tertentu adalah wajar, karena daun katuk kaya akan β-carotene yang merupakan provitamin A. Vitamin A sangat 79 berperan dalam kesehatan penglihatan (mata). Tentu saja penyakit yang dapat disembuhkan adalah penyakit mata yang berkaitan dengan kekurangan vitamin A.

Manfaat.

Begitu banyak manfaat daun katuk bagi kesehatan manusia, maka logislah jika daun katuk menjadi asupan sehari-hari. Dibawah ini merupakan cara simpel untuk dapat mengolah daun katuk :

Sup Daun Katuk
Bahan:
 2 siung bawang putih, haluskan
 2 cm jahe, iris tipis
 1 lembar daun salam
 2 sdm minyak untuk menumis
 15 buah ampela ayam, masing-masing potong 4 bagian memanjang
 500 ml air
 2500 ml kaldu daging
 1 sdt pala bubuk
 1 1/2 sdm kecap asin
 3 3/4 sdt garam
 1/2 sdt merica bubuk
 2 1/2 sdt gula pasir
 300 gr tahu, potong ukuran 2 cm, rebus
 125 gr daun katuk, ambil daunnya jadi 50 gr
 1 batang daun seledri, potong-potong

Cara Membuat:
1. Panaskan minyak goreng, tumis bawang putih, jahe dan daun salam sampai harum.
2. Masukkan ampela, aduk sampai berubah warna. Tambahkan air, rebus sampai ampela matang.
3. Masukkan kaldu, pala, kecap, garam, merica, dan gula pasir. Didihkan !
4. Tambahkan tahu, daun katuk dan daun seledri.
5. Masak sampai semua bahan matang
(http://resepmasakanpraktis.com/menu-sehat/sup-daun-katuk/)

Tidak terlalu sulit untuk menanam katuk. Saat ini katuk ditanam sebagai tanaman pagar atau tanaman sela. Cara menanamnyapun mudah, yaitu dengan hanya menanam setek maka katuk akan tumbuh dengan baik. Katuk mampu beradaptasi dengan lingkungan tropis dari dataran rendah sampai dataran tinggi. Katuk juga sangat toleran terhadap naungan, sehingga dapat ditanam sebagai tanaman sela. Katuk juga sangat toleran terhadap berbagai jenis tanah. Katuk sangat cocok dibudidayakan di daerah dengan suhu udara lingkungan antara 21-32o Cdengan kelembaban sekitar 50-80 %. Untuk menghasilkan produksi yang optimal, katuk sebaiknya ditanam pada tanah yang gembur, subur. banyak mengandung humus, beraerasi dan berdrainase baik dengan pH berkisar 5,5 – 6,5.

Daftar Pustaka

Santoso,U. 2014. Katuk Tumbuhan Multi Khasiat, Bengkulu, Badan Penerbit Fakultas Pertanian (BPFP)
Universitas Bengkulu. Researchgate
Wikipedia. 2024. “Katuk”. Wikimedia Foundation. Terakhir Diubah Pada 3 Agustus 2023, Pukul 08.23
Bulog. 2024. Ketahanan Pangan. Diakses Pada 29 Oktober 2024 dari

Ketahanan pangan

Penulis : Raden Ferdiansyah Nugraha (Lalab heroes koperasi milfa)

Facebook
X
Threads
LinkedIn

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Event Kami

Ruang Kata 4

Artikel Populer

Artikel Terkait

Translate »