Sobat percaya nggak kalau tidak jauh dari Kawasan Malioboro yang ramai dan riuh, ada sebuah kebun hijau yang tumbuh subur? Nah, ternyata ada lho Sobat! Di tengah hiruk pikuk Kota Yogyakarta yang semakin ramai, ada secercah kehidupan hijau yang mungkin nggak Sobat sangka—sebuah kebun urban yang rimbun, teduh, dan punya cerita inspiratif.
Kebun Kali Code namanya, tempat masyarakat dan tumbuhan hidup saling menjaga dan berdampingan di ruang kota yang terbatas. Yuk, kita telusuri kisah inspiratif di balik Kebun Kali Code!
Terletak di bantaran Sungai Code, Kota Yogyakarta, masyarakat yang ingin berkunjung ke kebun ini harus berjalan masuk ke sebuah gang kecil bernama Ledok Tukangan. Gang sempit ini hanya cukup untuk dilalui sepeda motor, maksimal dua motor yang berpapasan.
Saat menyusuri jalan masuk, Sobat akan disuguhi deretan mural penuh warna yang menggugah kesadaran lingkungan, seolah mengantar kita menuju sebuah ruang hijau yang sarat dengan pesan-pesan alam dan kehidupan urban.
Sumber: Dokumentasi Pribadi
Kebun Kali Code dapat ditemukan di sela-sela rumah yang berdesakan. Kehadirannya menjadi hampir satu-satunya “sumber” warna hijau di kampung yang dikelilingi oleh hotel dan Kawasan Malioboro.
Dengan keterbatasan ruang, kebun ini telah turut menghidupi para warga sekitarnya yang sebagian besar berprofesi menjadi buruh di Pasar Beringharjo dan Malioboro. Tidak hanya itu saja, Kebun Kali Code juga telah menarik banyak pengunjung lokal maupun internasional melalui inisiatif kegiatan workshop dan penampilan yang bertemakan lingkungan.
Soal ukuran wilayahnya boleh jadi tidak seluas kebun pada umumnya, tetapi manfaat yang telah dipetik dari kebun itu sungguh luar biasa. Mulai manfaat dari segi lingkungan, ekonomi, hingga sosial, Kebun Kali Code telah menjadi inspirasi masyarakat untuk lebih peduli pada keberlanjutan lingkungan.
Dari Ide ke Aksi: Cerita Awal Hadirnya Kebun Kali Code
Keterbatasan ruang publik menjadi salah satu awal mula inisiatif tentang kebun ini muncul dan dicetuskan oleh salah satu warganya, Mas Anang, bersama dengan komunitas anak muda setempat.
Kampung Ledok Tukangan ketika itu hanya memiliki ruang publik berupa ruang ibadah, pos ronda, dan juga warung. Kebun Kali Code ini akhirnya menjadi ruang publik baru yang sekaligus merespons isu yang tengah dibicarakan oleh dunia internasional, yakni krisis iklim dan ketahanan pangan. Wah, kerennya bukan main ya, Sobat!
Perjalanan hadirnya Kebun Kali Code ini tentunya tidak semudah yang dibayangkan. Lokasi Kebun Kali Code berada sekarang—dulunya adalah tempat sanggar seni yang berupa beton-beton. Untuk menyulapnya menjadi lahan pertanian, komunitas anak muda setempat harus menghancurkan beton-beton tersebut.
Karena ketersediaan tanah yang sangat minim di Kampung Ledok Tukangan ini, mereka juga harus mengambil tanah dari daerah Bantul untuk dibawa dan diubah menjadi lahan pertanian. Proses membawa tanah tersebut dilakukan secara gotong royong, dengan semangat kebersamaan yang tinggi meski penuh tantangan.

Namun, perjuangan panjang menghadirkan Kebun Kali Code ini akhirnya membuahkan manfaat yang sangat berarti bagi warga sekitar. Saat harga sayur dan bahan dapur mulai mengalami kenaikan dan warga menjadi kesulitan dalam mengelola keuangan untuk kebutuhan pangan, hasil panen dari Kebun Kali Code menjadi penyelamat. Masyarakat Kampung Ledok Tukangan tidak perlu jauh dan ribet untuk mendapatkan bahan pangan yang sehat.
Panen Kebaikan Kebun Kali Code
Kebun Kali Code membawa ragam kebaikan yang berdampak positif. Kebun komunitas ini tidak hanya sekedar menjadi lahan bercocok tanam di tengah pemukiman yang sangat padat penduduknya, tetapi juga didirikan sebagai tempat belajar bersama mengenai urban farming.
Warga sekitar atau bahkan pengunjung luar dapat belajar tentang bercocok tanam dari kelas ataupun workshop yang diadakan di Kebun Kali Code. Beberapa kelas tersebut misalnya seputar pertanian, pengelolaan limbah organik, pembuatan pupuk organik cair, dan lain sebagainya.
Tidak jarang, Kebun Kali Code juga berkolaborasi dengan berbagai mitra untuk mengadakan pelatihan-pelatihan menarik, seperti sharing session belajar menjahit pembalut kain, workshop Ecoprint, edukasi lingkungan melalui nonton film bersama, hingga kursus bahasa Inggris.
Bahkan, Kebun Kali Code ini juga telah beberapa kali menjadi tempat para wisatawan internasional belajar tentang kehidupan masyarakat urban dan lingkungan. Tidak hanya sebagai tempat belajar, Kebun Kali Code juga menjadi ruang campaign tentang security food yang berbasis domestik dapur rumah tangga, lho.
Jadi, kehadiran Kebun Kali Code ini juga sekaligus mengedukasi masyarakat tentang betapa pentingnya mengkonsumsi makanan organik. Menariknya, makanan organik tersebut dapat dipenuhi oleh warga kampung melalui bahan-bahan pangan yang dibudidayakan di Kebun Kali Code. Luar biasa ya, Sobat!

Ketika badai pandemi COVID-19 datang menjajah Indonesia, Kebun Kali Code pun juga menjadi sumber bahan pangan yang sangat terjangkau, utamanya bagi para penduduk kampung yang kehilangan pekerjaan akibat pembatasan-pembatasan di masa pandemi.
Hasil panen dari Kebun Kali Code juga telah mengisi kebutuhan dapur umum yang digunakan untuk memberi makan penduduk yang sedang isolasi karena COVID-19. Selain berkontribusi dalam menjaga ketahanan pangan masyarakat, Kebun Kali Code juga berhasil memberikan tambahan penghasilan bagi beberapa warga.
Hal ini antara lain didapat dari aktivitas pengolahan limbah menjadi POC (pupuk organik cair) dan eco enzyme. Jadi, selain membudidayakan berbagai jenis tanaman, Kebun Kali Code ini juga terdapat berbagai aktivitas lain. Bahkan, ada budidaya ikan lele juga lho, Sobat!
Wah, ternyata keberadaan Kebun Kali Code ini telah membawa dampak positif bagi banyak pihak, ya! Para warga, utamanya ibu-ibu bisa mendapatkan sayuran dan bahan pangan. Anak-anak dan remaja juga bisa mendapatkan pengetahuan dan keterampilan dari berbagai kolaborasi yang terjalin.
Sederhananya, Kebun Kali Code ini telah menjadi ruang publik yang aman dan inklusif, tempat warga Ledok Tukangan bisa berinteraksi, bermain, dan belajar bersama. Sobat pasti pernah mendengar peribahasa “kita akan menuai apa yang kita tanam”, kan? Nah, kira-kira seperti itulah sistem bercocok tanam urban farming di Kebun Kali Code.
Kebun Kali Code ini “dirawat” dengan nilai tanggung jawab kolektif. Artinya, warga yang ingin memanen di Kebun Kali Code harus terlibat dalam bercocok tanam juga. Menarik, kan, Sobat?

Tantangan dalam Merawat Kebun Kali Code Tetap Hidup
Nah, seperti jalan yang tidak selalu mulus, Kebun Kali Code juga menghadapi sejumlah tantangan. Pertama, karena Kebun Kali Code ini tumbuh melalui kerja kolektif dan berada di tengah kota, maka kesadaran dan konsistensi warga untuk menjaga Kebun Kali Code tetap hidup, membutuhkan proses edukasi yang tidak selalu mudah.
Kedua, keberadaan Kebun Kali Code yang berada di tengah perkotaan padat dan kawasan pariwisata, maka terdapat ancaman penggusuran, terutama ketika berbagai pembangunan kawasan Malioboro semakin masif. Akibatnya, ruang publik milik Kampung Ledok Tukangan juga terancam untuk dialihfungsikan menjadi berbagai kawasan lain.
Ketiga, dengan basis komunitas, Kebun Kali Code ini sangat bergantung dengan networking untuk melaksanakan berbagai kegiatan. Kebun Kali Code mempunyai keterbatasan sumber daya untuk bisa digunakan dalam melakukan suatu rencana secara mandiri. Dengan demikian, Kebun Kali Code harus pandai untuk berjejaring dengan banyak mitra.
Wah, cerita tentang Kebun Kali Code ini sangat menarik, ya, Sobat. Kita bisa melihat bahwa Kebun Kali Code ini tidak hanya membangun inisiatif urban farming, tetapi juga melahirkan harapan dan solidaritas untuk warga Kampung Ledok Tukangan. Kebun Kali Code telah menjadi bukti keberhasilan; sebuah gerakan yang mengubah beton menjadi lahan hijau, ketidaktahuan menjadi keterampilan, dan permasalahan menjadi kesempatan untuk bertumbuh bersama.
Kehadiran Kebun Kali Code tentunya dapat menjadi model keren yang bisa diikuti oleh komunitas lain, terutama buat kita, para remaja, dalam menghadapi tantangan perkotaan, krisis pangan, dan lingkungan.
Dengan ikut terlibat dalam kegiatan urban farming, kita tidak hanya belajar tentang bertani di kota, tetapi juga berkontribusi nyata untuk masa depan yang berkelanjutan. Kita bisa mulai dari hal-hal kecil, seperti membuat kebun mini di rumah atau terlibat di komunitas lokal. Yuk, jadikan urban farming bagian dari gaya hidup kita untuk lingkungan yang lebih baik!