“Namanya juga santri yah kak, makanan yang gaenak pun rasanya nikmat banget kalo di pondok” -Santriwati (14th)
“Aku emang gampang ngantuk sih, mulai kelas jam 7.30 biasanya jam 10.00-an aku udah ngantuk” -Santriwan (13th)
Pondok pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam memiliki peran sentral dalam membentuk karakter dan ilmu pengetahuan para santri. Tidak banyak orang ketahui bahwa masalah utama yang kerap dialami seorang santri adalah mudahnya kehilangan konsentrasi saat belajar. Mengantuk ketika jam pelajaran bahkan hingga tertidur selama pelajaran berlangsung, tentu ini sudah menjadi rahasia yang umum di kalangan para santri dan Pondok Pesantren. Meskipun begitu, apakah hal yang biasa terjadi itu adalah hal yang benar? apakah kita perlu mewajarkan hal yang salah hanya karena itu biasa terjadi? “Membiasakan yang benar, jangan membenarkan yang biasa” begitu bunyi kutipan bijak yang kerap kali penulis dengar.
Bersama tulisan ini, penulis ingin berbagi sedikit pengalaman saat melakukan implementasi program Santri Sadar Gizi pada salah satu pondok pesantren di daerah Jakarta Selatan. Seperti kutipan awal pada tulisan ini, masih banyak dari mereka yang menormalisasi makanan tak cukup gizi, dan tentu mereka juga sama sekali belum mengetahui tentang label pangan pada makanan kemasan. Ada satu celetukan yang dilontarkan oleh salah satu santriwati yang sontak membuat penulis tertegun sejenak, kurang lebih begini ucapannya:
“Kak, tapi kita tetep bisa berprestasi kok meskipun sering tidur dikelas dan meskipun magh jadi penyakit yang biasa buat kita”
Dari ucapan itu, penulis mulai menyadari satu hal bahwa jika dengan kekurangan nutrisi saja seorang santri dapat tetap berprestasi? bagaimana jika nutrisi mereka lebih terpenuhi? bukankah kemungkinan besar akan menghasilkan prestasi yang lebih menakjubkan dan maksimal?
Seperti kita ketahui bahwa pondok pesantren telah lama menjadi institusi pendidikan yang tidak hanya bertujuan untuk mentransfer pengetahuan agama, tetapi juga untuk membentuk karakter dan kepribadian yang seimbang. Namun, kekhawatiran muncul ketika beberapa pondok pesantren masih belum memperhatikan aspek gizi dengan serius. Ini dapat memiliki konsekuensi serius terhadap kesehatan dan perkembangan para santri. Berikut adalah beberapa opini kritis terkait dengan ketidakpedulian ini:
- Kesehatan Santri Terancam: Ketidakpedulian terhadap aspek gizi dapat membahayakan kesehatan para santri. Nutrisi yang tidak memadai dapat mengakibatkan masalah kesehatan seperti kekurangan gizi, kelelahan, dan penurunan daya tahan tubuh. Ini dapat mempengaruhi baik kesehatan fisik maupun mental mereka.
- Dampak pada Prestasi Akademis: Asupan nutrisi yang tidak memadai dapat berdampak negatif pada konsentrasi dan daya ingat, yang pada gilirannya dapat mempengaruhi prestasi akademis. Santri yang kurang mendapatkan gizi yang cukup mungkin kesulitan dalam menyerap dan memproses informasi dengan baik.
- Ketidakseimbangan Pertumbuhan dan Perkembangan: Masa pertumbuhan dan perkembangan adalah periode kritis dalam hidup seseorang. Kekurangan nutrisi selama periode ini dapat menyebabkan ketidakseimbangan dalam pertumbuhan fisik dan perkembangan kognitif, berpotensi menghambat potensi optimal para santri.
- Keterbatasan Energi untuk Aktivitas Harian: Santri di pondok pesantren aktif dalam kegiatan sehari-hari yang membutuhkan energi fisik dan mental yang besar. Tanpa asupan nutrisi yang memadai, mereka mungkin mengalami kelelahan dan kurangnya daya tahan untuk mengikuti kegiatan sehari-hari dan kegiatan keagamaan.
- Kurangnya Pemahaman akan Pentingnya Gizi: Ketidakpedulian terhadap gizi mungkin juga mencerminkan kurangnya pemahaman akan pentingnya gizi di kalangan pengelola pondok pesantren dan staf. Edukasi dan kesadaran perlu ditingkatkan untuk memastikan bahwa gizi dianggap sebagai bagian integral dari pembentukan holistik santri.
- Pentingnya Integrasi Pendidikan Gizi: Penting untuk memahami bahwa pendidikan gizi harus diintegrasikan ke dalam kurikulum pondok pesantren. Ini akan membantu santri memahami bagaimana memilih dan mengonsumsi makanan yang sehat sesuai dengan prinsip-prinsip agama dan kesehatan.
Penulis menyadari bahwa ini adalah bentuk tanggung jawab bersama untuk memperhatikan aspek gizi bukan hanya tanggung jawab staf kesehatan di pondok pesantren, tetapi juga tanggung jawab bersama semua pihak terkait. Orang tua, pengurus, dan seluruh komunitas pondok pesantren perlu bersama-sama memastikan bahwa lingkungan tersebut mendukung pertumbuhan dan perkembangan yang sehat bagi para santri.
Melalui opini kritis ini, diharapkan bahwa pondok pesantren yang belum memperhatikan gizi akan meninjau kembali kebijakan mereka dan mengambil langkah-langkah untuk memastikan kesejahteraan dan perkembangan optimal bagi para santri mereka. Ini merupakan investasi dalam masa depan generasi yang tangguh dan berdaya saing.
Namun, Pikiran – pikiran tentang menormalisasi hal yang salah tentu tidak dapat penulis rubah hanya melalui implementasi program saja. Karena mereka tinggal di Pondok Pesantren, tentu penulis perlu menggandeng lebih banyak pihak untuk dapat bekerjasama dalam menyediakan makanan bernutrisi bagi para santri. Penulis akan menyampaikan beberapa poin penting sebagai langkah strategis yang bisa kita lakukan untuk mewujudkan Santri dengan Nutrisi:
- Workshop dan Seminar Gizi: Mengadakan workshop dan seminar tentang gizi untuk memberikan pemahaman mendalam kepada santri tentang nilai-nilai gizi, kebutuhan nutrisi, dan dampaknya pada kesehatan.
- Penyusunan Menu Seimbang: Melibatkan ahli gizi dalam menyusun menu makanan yang seimbang di pondok pesantren. Menyertakan berbagai kelompok makanan untuk memastikan santri mendapatkan nutrisi yang cukup.
- Edukasi Praktis tentang Pola Makan Sehat: Mengajarkan prinsip-prinsip pola makan sehat melalui pendekatan praktis. Santri diajak untuk terlibat dalam pemilihan bahan makanan dan persiapan makanan sehat.
- Pemantauan Kesehatan dan Nutrisi: Melakukan pemantauan rutin terhadap kesehatan dan status nutrisi santri. Dengan pemantauan ini, dapat dilakukan penyesuaian pada program gizi sesuai dengan kebutuhan individu.
- Kolaborasi dengan Orang Tua dan Keluarga: Menggandeng orang tua dan keluarga santri dalam program “Santri Sadar Gizi”. Memberikan edukasi kepada mereka sehingga prinsip-prinsip gizi yang dipelajari santri dapat diterapkan di lingkungan keluarga.
- Membuat Lingkungan Makan yang Positif: Menciptakan lingkungan makan yang positif dan menyenangkan di pondok pesantren. Makan bersama, diskusi gizi, dan kebersamaan dapat meningkatkan kesadaran dan motivasi santri untuk menjalani pola makan sehat.
Melalui tulisan ini, penulis berharap siapapun yang memiliki kesadaran akan pentingnya gizi seorang anak dan remaja, maka ia perlu prihatin pada kritis yang penulis sampaikan, karena santri juga bagian dari anak dan remaja.