Santri Berdaya Santri Bahagia dan Problematika Gizi Makanan di Pesantren
Oleh: Muhammad Iqbal, C.PS
Setiap manusia pasti ingin sehat dan bahagia. Setiap manusia memerlukan gizi yang sempurna untuk memenuhi keberlangsungan hidup. Dalam mencapai pertumbuhan, setiap manusia harus memiliki kadar makanan yang memenuhi standar yaitu empat sehat lima sempurna. Empat sehat lima sempurna terdiri dari nasi, lauk-pauk (ikan), sayuran, buah-buahan dan susu. Menu makanan empat sehat lima sempurna memberikan gizi yang seimbang dan sempurna.
Tak kecuali bagi seorang santri di Pesantren. Pesantren identik dengan keteraturan dan kedisplinan yang tinggi. Semuanya serba diatur. Salah satunya makan. Makan menjadi salah satu yang dapat memperkuat para santri dalam beribadah dan belajar. Ketika makanan sudah masuk di dalam perut, maka belajar dan ibadah pu akan optimal. Tapi di lain sisi, banyak makan malahan kurang bagus bagi seorang santri, karena efeknya bisa membuat ngantuk.
Makanan di pesantren sangat bervariatif. Sebut saja menu makanan nya yang beraneka ragam jenisnya. Ibarat kata sekali mendayung dua tiga pulau terlampaui. Seorang santri harus disiplin dalam makan dan tidak boleh makan sembarangan. Karena seorang santri harus wara’ (berhati-hati dalam perkara syubhat dan haram). Tujuan utama makan bagi seorang santri adalah untuk beribadah. Semakin banyak makan, maka para santri akan sulit menangkap ilmu pengetahuan dan menghafal Al-Qur’an serta materi pelajaran. Disisi lain, santri juga harus sehat dan kuat biar ibadah dan belajar nya semangat dan istiqamah.
Pemenuhan menu makanan di pesantren memang harus higenis, mengandung gizi yang sempurna dan bermutu tinggi. Santri diharuskan untuk menghindari jajan sembarangan dan memakan makanan yang instan (cepat saji). Ketika seorang santri melanggar aturan tentang kedisiplinan makan, maka ia akan merasakan sebab akibatnya. Biasanya mereka akan mengalami sakit yang luar biasa.
Ketika saya mengajar di sebuah pesantren, saya sempat ketemu dengan anak orang kaya yang manja dan sering jajan sembarangan. Apapun keperluan nya dipenuhi. Maklum karena orang tua nya seorang “Beruang,” banyak uang maksudanya. Padahal di pesantren sudah diterapkan aturan bahwa makanan yang boleh dibawa hanya makanan yang bergizi dan memenuhi standar pesantren. Rupanya dia melanggar aturan tersebut. Hampir tiap pekan ia dikirimi makanan mie instan. Singkat cerita, rupanya santri ini lama-kelamaan menderita sakit usus buntu sehingga menghambat untuk belajar dan beribadah. Hampir sebulan ia terbaring di rumah sakit.
Dari kisah nyata tersebut, kita dapat menarik kesimpulan bahwa memakan makanan yang bergizi itu jauh lebih baik dan sempurna. Karena kandungan gizinya yang kompleks dan memenuhi standar dalam tubuh manusia. Karena makanan yang kita makan, sebagian akan menjadi daging, darah dan tinja. Hal ini yang paling berpengaruh bagi kesehatan manusia. Setiap manusia diberi akal oleh Tuhan untuk memilih sesuatu yang baik dan sesuatu yang buruk. Namun, tergantung kita pribadi bagaimana cara menjaga tubuh dan jiwa.
Makanan yang bergizi tentu bukan makanan yang mahal dan instan (cepat saji). Tapi makanan yang bergizi adalah makanan yang bisa menyehatkan tubuh dan menguatkan badan serta mempermudah dalam melakukan ibadah. Bagi seorang santri, wajib untuk menjaga pola makan yang teratur. Karena mukmin yang kuat lebih dicintai oleh Allah SWT daripada mukmin yang lemah. Hal ini mengisyaratkan bahwa seorang mukmin yang sehat lebih dicintai oleh Allah SWT daripada mukmin yang sakit. Makanya ada pepatah yang mengatakan:” Di dalam tubuh yang sehat, terdapat jiwa yang kuat.” Bahkan kesehatan lebih berharga daripada kekayaan.
Bukan hanya makanan yang bergizi, kita dianjurkan untuk memakan makanan yang halal. Makanan yang halal merupakan makanan yang diperbolehkan untuk dikonsumsi bagi setiap manusia. Makanan halal memiliki efek yang sangat luar biasa, antara lain dapat membantu menguatkan ibadah kepada Allah SWT, diberikan kesehatan yang sempurna dan bahkan mampu mencerdaskan otak.
Di dalam Kitab Durratun Nashihin Karangan Al-Alamah Usman bin Hasan bin Ahmad Asy-Syakir Al-Khaubawi hal. 16 disebutkan bahwa ada 5 perkara yang mencerdaskan otak yaitu:
1. Shalat malam (Qiyamullail/tahajjud) walaupun dua rakaat
2. Membiasakan berwudhu
3. Makan untuk memperkuat ibadah
4. Takut kepada Allah SWT dikala sendiri maupun di kala keramaian
5. Menggosok gigi (bersiwak)
Bahkan, para ulama menyebutkan ada beberapa perkara yang bisa menguatkan hafalan, mencerdaskan otak dan mempertajam penglihatan yaitu:
1. Sering membaca Al-Qur’an terutama setelah shalat Subuh dan shalat Maghrib
2. Sering berzikir kepada Allah SWT
3. Sering melakukan puasa Sunnah
4. Memakan kurma Ajwa
5. Sering menggosok gigi (bersiwak)
6. Membiasakan minum madu
Di dalam Kitab Nashaihul Ibad karangan Syaikh An-Nawawi al-Bantani disebutkan bahwa seorang penuntut ilmu hendaknya menjauhi dari 3 perkara yaitu banyak makan, banyak tidur dan banyak berbicara yang tidak bermanfaat.
Dari uraian singkat tadi, maka dapat disimpulkan bahwa makanan yang bergizi sangat dibutuhkan oleh tubuh manusia, terutama bagi seorang santri yang menuntut ilmu di pondok pesantren. Makanan yang bergizi akan membuat seseorang semangat dalam belajar dan ibadah, memperkuat hafalan dan memperoleh kesehatan yang prima. Jika seseorang ingin sehat, maka mesti menjaga pola hidup terutama pola makan. Jika seseorang ingin terbebas dari berbagai penyakit, maka harus memakan makanan yang bergizi dan mengandung empat sehat lima sempurna.