Diabetes Melitus : Ancaman Bagi Remaja Pecinta Boba

diabetes melitus

Health Heroes – Berkembangnya zaman yang semakin modern seperti saat ini, masyarakat menjadi semakin akrab dengan segala sesuatu yang cepat dan praktis, termasuk dalam hal konsumsi minuman. Adanya minuman instan atau softdrink kerap menjadi pilihan untuk melepas dahaga di tengah teriknya matahari. Sebab, selain praktis, minuman-minuman tersebut juga memiliki rasa manis yang berhasil menggugah selera. Ditambah lagi, beberapa tahun belakangan ini kerap muncul berbagai inovasi dan tren minuman kekinian, contohnya seperti boba. Tren tersebut tentu berhasil mencuri perhatian dan menjadi kegemaran banyak orang, terutama di kalangan anak muda. Tidak sedikit orang yang bahkan rela mengonsumsi minuman tersebut setiap harinya untuk sekedar menemani aktivitas seperti mengerjakan tugas, menonton film, membaca buku, ataupun lainnya. Padahal, konsumsi minuman manis dan berkalori tinggi bisa berdampak buruk bagi kesehatan tubuh dan dalam hal ini anak muda menjadi salah satu kelompok yang cukup terpapar dengan produk minuman manis.

Fakta mirisnya yaitu Indonesia menduduki peringkat ketiga dalam konsumsi minuman berpemanis atau Sugar Sweetened Beverages(SSB) di Asia Tenggara dengan jumlah konsumsi sebanyak 20,23 liter per orang. Sementara itu, International Diabetes Federation (IDF) melaporkan pada tahun 2020 Indonesia menduduki posisi ke-7 sebagai negara dengan pengidap diabetes tertinggi. Hal ini sejalan dengan laporan BPJS Kesehatan bahwa beban pengeluaran untuk penyakit tidak menular sudah semakin besar. Adapun pada tahun 2018 di indonesia, minuman berpemanis dikonsumsi setidaknya seminggu sekali oleh 62% anak-anak, 72% remaja, dan 61% orang dewasa, dengan teh kemasan siap minum menjadi minuman berpemanis yang paling sering dikonsumsi. Selain teh kemasan, minuman berpemanis juga meliputi soda, kopi, minuman berenergi, susu kental manis, dan masih banyak lagi. Bahkan, minuman dengan berlabel “jus buah” juga bisa mengandung kalori yang gula yang sangat tinggi sehingga dapat menambah asupan kalori harian.


Diabetes pada remaja menjadi masalah kesehatan serius dan kian meningkat beriringan dengan gaya hidup modern yang kurang sehat. Tingginya konsumsi minuman berpemanis tersebut jelas berkontribusi pada semakin meningkatnya prevalensi diabetes melitus di kalangan remaja. Diabetes melitus sendiri terbagi ke dalam dua jenis, yaitu tipe 1 dan tipe 2. Diabetes melitus tipe 1 terjadi karena penyakit autoimun yang menyebabkan pankreas tidak mampu memproduksi insulin, sementara diabetes melitus tipe 2 muncul sebagai akibat dari pola makan yang tidak sehat karena tidak bisa mengontrol asupan gula yang masuk dalam tubuh. 

Meningkatkanya prevalensi diabetes melitus di kalangan remaja dapat dilihat dari kasus 64.709 remaja di Jawa Tengah terjangkit diabetes melitus. Sejumlah 64.709 dari 647.093 orang yang terkena diabetes melitus di Jawa Tengah sepanjang tahun 2022 tergolong masih usia remaja alias berkisar 12-21 tahun. Adapun Dinas Kesehatan Jawa Tengah mengungkapkan bahwa keberadaan minuman manis kekinian memicu kenaikan kasus diabetes melitus di usia remaja (solopos.com, 2023). Kemudian, pada bulan Januari 2023 lalu, IDI (Ikatan Dokter Indonesia) mengungkapkan suatu data penelitian bahwa bahwa prevalensi kasus diabetes pada anak meningkat 70 kali lipat pada Januari 2023 jika dibandingkan dengan jumlah diabetes anak pada tahun 2010. Hal ini tentu harus menjadi perhatian serius bagi seluruh masyarakat khususnya anak muda, mengingat diabetes dapat menyerang seluruh organ tubuh dan menyebabkan komplikasi yang memicu berbagai penyakit dari yang ringan hingga parah, seperti obesitas, penyakit kardiovaskular, penyakit ginjal, masalah gigi, dan lain sebagainya. Bahkan, sebuah penelitian menyatakan bahwa minuman manis dapat meningkatkan risiko kematian dini. Adapun hasil penelitian oleh T.H. Chan School of Public Health Harvard University pada Maret 2019 menyatakan bahwa semakin banyak mengkonsumsi minuman berpemanis, maka semakin besar pula risiko kematian dini bagi orang tersebut.

Tingginya prevalensi diabetes militus di kalangan remaja dipengaruhi oleh beberapa faktor pendorong, diantaranya yaitu kemudahan akses untuk mengonsumsi minuman manis dan berkalori tinggi. Minuman manis tersebut tidak hanya mudah didapat, tetapi juga dijual dengan harga yang terjangkau. Bahkan, dengan hanya mengeluarkan uang sebesar Rp1.000 saja sudah bisa menikmati minuman manis dengan warna-warni yang menggoda. Terlebih, minuman tersebut kerap ditemukan dengan mudah di sekitar sekolah, ritel modern, ataupun di pinggir jalan. Di toko-toko ritel modern, minuman manis kerap dijumpai dalam jejeran rak-rak pendingin. Sementara di sekitar sekolah dan di pinggir jalan, minuman manis dijajakan dalam beragam penyajian, ada yang dalam bentuk saset ataupun produk langsung jadi dengan dicampur boba. Padahal, menurut temuan studi dari Gorontalo Journal of Public Health oleh Safitri, dkk yang berjudul “Kandungan Gizi dalam Minuman Kekirian Boba Milk Tea”, minuman boba milk tea termasuk sebagai minuman tinggi gula yang mana satu gelas boba milk tea 16 oz mempunyai kandungan gula yang melebihi anjuran dari pedoman diet Indonesia. Meski begitu, intervensi terhadap tingginya penjualan minuman berpemanis di sektor industri masih belum dilaksanakan.


Selain itu, faktor pendorong lainnya juga terletak pada kurangnya edukasi dan sosialisasi khususnya dari pemerintah mengenai diabetes melitus di kalangan remaja yang mengakibatkan rendahnya kesadaran remaja akan risiko diabetes melitus. Dalam hal ini, sebenarnya pemerintah telah melakukan berbagai intervensi untuk mengontrol laju kenaikan diabetes, seperti memberikan anjuran batasan konsumsi gula 50 gram dalam sehari. Adanyaa intervensi tersebut menunjukkan bahwa pemerintah Indonesia telah sadar akan tingginya konsumsi minuman berpemanis berpengaruh terhadap kesehatan termasuk tingginya penyakit diabetes. Akan tetapi, sosialisasi belum digalakkan kepada masyarakat khususnya anak muda, sehingga sebagian besar anak muda cenderung menganggap sepele dan tidak memperhatikan dampak yang serius dari terlalu sering mengonsumsi minuman berpemanis.

Dengan demikian, upaya yang dapat dilakukan untuk menekan diabetes melitus di kalangan remaja yaitu dengan melakukan sosialisasi yang lebih digalakkan. Mengingat isu ini belum terlalu menyentuh anak muda, maka perlu lebih dijelaskan lagi kepada mereka terkait anjuran batasan konsumsi gula, risiko diabetes melitus, dampaknya, dan lain sebagainya. Berekor dari hal tersebut, anak muda juga harus lebih peka dan melek pada isu kesehatan ini. Di sisi lain, menurut Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan DKI Jakarta dr Dwi Oktavia Handayani yang berhasil dikutip dari laman Media Indonesia, apabila gemar mengonsumsi minuman berpemanis, maka harus diimbangi dengan makan makanan yang mengandung serat tinggi supaya gula dapat diserap tubuh dengan baik menjadi energi, dan melakukan olahraga atau aktivitas fisik secara rutin. Sebab, tanpa aktivitas fisik, gula ditimbun menjadi lemak dalam tubuh dan juga menyababkan resistansi insulin dalam tubuh yang berujung pada diabetes. Untuk itu, mari hidup sehat mulai dari sekarang! 

Referensi:

Astuti, I. (2019) Diabetes Mengintai di Balik si Boba, Media Indonesia, tersedia di :  https://mediaindonesia.com/humaniora/269847/diabetes-mengintai-di-balik-si-boba. (Diakses pada : diakses pada 12 November 2023).

Fanda, R. B., Salim, A., Muhartini, T., Utomo, K. P., Dewi, S. L., & Abou Samra, C. (2020) ‘Mengatasi Tingginya Konsumsi Minuman Berpemanis di Indonesia’ Pusat Kebijakan dan Manajemen Kesehatan.

Kurniawan, A. (2023) Remaja di Jateng Terkena Diabetes Melitus, Minuman Manis Jadi Pemicu, Solopos Jateng,  tersedia di :  https://jateng.solopos.com/64-709-remaja-di-jateng-terkena-diabetes-melitus-minuman-manis-jadi-pemicu-1551874. (diakses pada : diakses 10 November 2023)

Safitri, R. A., Sunarti, S., Parisudha, A., & Herliyanti, Y. (2021) ‘Kandungan Gizi dalam Minuman Kekinian “Boba Milk Tea”’ Gorontalo Journal of Public Health, 4(1), 55-61.

Sumber gambar:

Alodokter

Facebook
X
Threads
LinkedIn

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Event Kami

IYD Challage 2024

Artikel Populer

Artikel Terkait

Translate »