Belajar dari Domestikasi Tanaman Pangan : untuk Tanaman Pangan yang Berkelanjutan

 

Apakah teman-teman pernah mendengar istilah domestikasi? Khususnya domestikasi tanaman pangan? Mungkin beberapa dari teman-teman belum pernah mendengar istilah domestikasi. Ajaibnya, secara tidak sadar domestikasi telah terjadi di sekitar kita, bahkan telah terjadi sejak zaman pra-sejarah yang dilakukan oleh nenek moyang kita. Oleh sebab itu, pembahasan domestikasi menjadi satu hal yang menarik dalam dimensi pertanian.

Lalu, apakah teman-teman pernah berpikir kenapa di Benua Asia mayoritas makanan pokoknya adalah nasi? Kenapa makanan pokok di Benua Eropa mayoritas adalah gandum? Lalu, Kenapa mayoritas di Benua Amerika dan Australia cenderung sebagai pemburu pengumpul makanan? Pada artikel ini akan dibahas mengenai peran domestikasi secara luas dan dapat menjadi ide dalam bidang pertanian pada masa sekarang.

Domestikasi tanaman pangan secara konseptual adalah proses untuk mengubah tanaman yang awalnya tanaman liar, menjadi tanaman pangan yang dapat dibudidayakan, berkelanjutan, dan dijadikan sumber pangan. Pada dasarnya domestikasi tanaman pangan menciptakan perubahan perilaku, yang awalnya masyarakat mendapatkan makanan dengan mengumpulkan tanaman liar, berubah menjadi bercocok tanam. Proses domestikasi ini membuat sumber pangan menjadi stabil dan mendukung masyarakat untuk menetap dan berkembang.

Tantangan terbesar dalam perkembangan pertanian adalah suatu tanaman liar belum tentu dapat didomestikasi. Tanaman-tanaman yang dapat didomestikasi memiliki ciri-ciri tertentu, yaitu tanaman tersebut harus memiliki biji yang besar, tidak beracun, dapat hidup di iklim yang luas, dan memiliki rasa yang enak. Sebagai contoh, kacang almond yang awalnya beracun untuk dikonsumsi, didomestikasi dalam waktu yang lama membentuk tanaman kacang almond yang tidak beracun dan dapat dikonsumsi.

Proses domestikasi tanaman merupakan hasil dari seleksi alam dan seleksi manusia. Tanaman yang sesuai dengan kondisi lingkungan akan bertahan hidup dan menyesuaikan dengan alam, sedangkan manusia memilih tanaman-tanaman yang sesuai kebutuhan dan keinginan manusia. Sebagai contoh, pada awalnya jagung yang terdapat di alam liar atau disebut juga Teosinte memiliki biji-biji jagung yang kecil di Meksiko, lalu, manusia melakukan domestikasi Teosinte dan dalam jangka waktu yang lama, terbentuk jagung modern yang kita konsumsi sehari-hari. Proses domestikasi ini terjadi akibat seleksi alam dan seleksi manusia, jagung beradaptasi dengan lingkungan yang dibuat oleh manusia melalui penanaman jagung dan terjadi perubahan genetik pada jagung membentuk jagung modern yang biasa kita konsumsi saat ini.

Proses domestikasi tanaman pangan biasanya dipilih dengan tanaman yang memiliki biji yang besar dan siklus kehidupan yang pendek. Proses domestikasi dengan tanaman yang memiliki biji yang besar membuat kandungan nutrisi seperti energi, protein, lemak, dan karbohidrat cenderung lebih besar juga, sehingga mampu memberikan kontribusi pemenuhan zat gizi untuk manusia, sedangkan tanaman dengan siklus hidup yang pendek membuat tanaman tersebut lebih mudah untuk dikendalikan produksinya, serta mempermudah terjadinya seleksi oleh manusia.

Proses domestikasi tidak terjadi secara instan, tetapi sering kali memerlukan waktu yang lama. Manusia dengan memilih dan memilah tanaman, serta bereskperiment dengan kesalahan, membuat proses domestikasi dapat berjalan. Setelah suatu tanaman berhasil didomestikasi, tanaman tersebut akan menyebar melalui perdagangan dan migrasi. Proses penyebaran ini sangat dipengaruhi oleh kemampuan tanaman tersebut untuk beradaptasi dengan lingkungan baru.

Proses dan penyebaran domestikasi tanaman pangan seringkali dikaitkan dengan kondisi geografis suatu wilayah. Geografis Benua Eropa dan Asia cenderung memiliki sedikit perbedaan lingkungan geografis dan iklim. Benua Eropa dan Asia cenderung menjadi pusat untuk domestikasi tanaman pangan karena memiliki banyak keberagaman tanaman liar yang dapat didomestikasi, sebagai contoh padi, gandum, kacang-kacangan berasal dari Eropa dan Asia. Di wilayah Benua Afrika dan Australia, cenderung memiliki kondisi geografis yang ekstrim, seperti Gurun Sahara dan Hutan Hujan Amazon. Hal ini menyebabkan Benua Eropa dan Asia cenderung menjadi masyarakat yang agraris, dibandingkan di benua Afrika dan Australia.

Perbedaan geografis dan iklim menjadi tantangan nyata untuk terjadinya penyebaran domestikasi tanaman pangan. Selain itu, penyebaran domestikasi sering kali beriringan dengan penyebaran inovasi dan teknologi. Di Benua Eropa dan Asia, perbedaan geografis dan iklim cenderung lebih sedikit, maka inovasi yang sudah pernah dilakukan di suatu wilayah, kemungkinan dapat juga diterapkan di wilayah yang lain dengan kondisi geografis dan iklim yang hampir serupa. Oleh sebab itu, Benua Eropa dan Asia cenderung untuk berkembang lebih cepat daripada benua yang lain. Masyarakat yang mampu mengembangkan pertaniannya, cenderung dapat mengembangkan populasi, teknologi, dan ide.

Wilayah benua Eropa dan Asia memiliki dataran luas yang melimpah dan iklim yang hampir serupa, sehingga penyebaran tanaman, pertanian, inovasi lebih mudah dilakukan. Hal ini mendukung terjadinya perkembangan teknologi yang pada akhirnya dapat membangun perkembangan peradaban. Hal ini sangat berbeda dengan kondisi geografis di Benua Amerika dan Australia. Variasi pada benua-benua tersebut cenderung ekstrim dan berbeda. Sebagai contoh, di Gurun Sahara tanaman asli disana tidak memiliki biji yang besar dan lingkungan yang ekstrim. Oleh sebab itu, perkembangan inovasi dan teknologi di Benua Eropa dan Asia tidak akan cocok diterapkan di Benua Amerika dan Australia.

Dengan berkembangannya zaman dan peradaban di bidang pertanian, salah satu inovasi dan ide dari pertanian adalah Urban Farming. Urban Farming adalah suatu sistem pertanian yang dilakukan di perkotaan dengan memanfaatkan ruang, pekarangan, lahan kosong, atau pagar, dengan memperhatikan aspek lingkungan, kenyamanan, dan estetika. Konsep Urban Farming hadir sebagai respon dari tantangan iklim dan ketahanan pangan di perkotaan.

Berdasarkan teori Domestikasi diatas, ternyata ada beberapa hal yang dapat dikembangkan dan diadopsi pada saat ini, untuk membentuk tanaman pangan yang berkelanjutan di perkotaan, dengan mengandung konsep Urban Farming, lho. Berikut penjelasannya :

  1. Memilih dan Memilah Tanaman Pangan yang Berkelanjutan

Domestikasi Tanaman Pangan

Croplifeindonesia.or.id

Teman-teman, dengan mengetahui domestikasi tanaman pangan dilakukan atas dasar pemilihan tanaman yang sesuai untuk dapat didomestikasi, yaitu biji yang besar, tidak terlalu beracun, dapat hidup di iklim yang luas, dan rasa yang enak. Hal ini bisa kita terapkan di pertanian perkotaan, lho.

Caranya dengan memilih dan memilah tanaman pangan yang memiliki kemungkinan lebih besar untuk dapat dibudidayakan dan dimanfaatkan. Sebagai contoh, kita dapat memilih dan memilah tanaman berdasarkan riset kecil-kecilan di sekitar perkotaan atau di dalam perkotaan, terkait dengan tanaman pangan apa yang biasa ditanaman oleh petani di sekitar kota atau di dalam kota. Dengan mengetahui jenis tanaman apa yang biasa ditanam, kita dapat mencoba melakukan budidaya dengan memanfaatkan lahan kosong yang ada di sekitar rumah. Dengan memperhatikan aspek lingkungan, kenyamanan, dan estetika, Urban Farming dapat dilakukan sebagai sarana rekreasi dan ketahanan pangan keluarga.

  1. Mengadopsi Ide dan Inovasi yang Pernah Ada Di Sekitar

Editverse.com

Bila teman-teman sadari, proses adopsi ide dan inovasi telah terjadi sejak zaman dahulu, proses domestikasi merupakan wadah awal untuk terjadinya penyebaran ide dan inovasi, karena proses domestikasi, khususnya di Benua Eropa dan Asia, lebih mudah terjadi karena kondisi geografis dan iklim yang hampir serupa. Sebagai contoh, tanaman padi, gandum, dan jagung telah menyebar di Benua Eropa dan Asia yang merupakan hasil dari domestikasi dan diadopsi di berbagai wilayah, sehingga pada masa kini, kita bisa menjumpai tanaman-tanaman tersebut dengan mudah.

Hal tersebut dapat dijadikan contoh, bahwa ide dan inovasi yang telah ada di sekitar, bukah hanya lingkup wilayah yang kecil, tetapi dapat juga di negara-negara lain dengan kondisi geografis dan iklim yang hampir sama, dapat kita adopsi ide dan inovasinya. Lalu, dipraktikan dan dikembangkan berdasarkan kebutuhan dan kondisi masing-masing. Sebagai contoh, dewasa ini sudah banyak praktik Urban Farming yang dilakukan diperkotaan. Dengan melihat ide dan inovasi yang sudah ada, kita bisa melakukan Urban Farming berdasarkan kondisi masing-masing. Bisa dengan membuat hidroponik, vertikultur, aquaponik, vertiminaponik, dan pemanfaatan rooftop untuk dijadikan pertanian kota.

  1. Dapat menjadi Contoh untuk Masyarakat yang Lain

Goldenfarm99.com

Proses domestikasi ini menjadi salah satu yang mendukung terjadinya perkembangan peradaban, yang awalnya manusia hidup dengan berburu dan mengumpulan tanaman, berubah menjadi menghasilkan makanan sendiri melalui hasil pertanian. Proses ini diawali dengan domestikasi tanaman pangan, yang kemudian berkembang menjadi sistem pertanian. Proses domestikasi membuat manusia dapat menghasilkan makanan sendiri dengan lebih stabil dan dapat berfokus pada pengembangan ide dan teknologi. Hasil dari domestikasi tanaman pangan disebarkan melalui perdagangan dan migrasi, kemudian masyarakat mempelajari domestikasi dan sistem pertanian.

Teman-teman, ternyata hal tersebut dapat kita jadikan contoh untuk kondisi peradaban saat ini. Dengan tantangan yang berbeda pada masa sekarang, manusia berhasil mengembangkan pertanian perkotaan. Pertanian perkotaan diproyeksikan akan terus berkembang atas dasar kebutuhan pangan dan tantangan iklim yang ada di perkotaan. Oleh sebab itu, melakukan Urban Farming merupakan salah satu cara agar kita dapat menjadi contoh untuk masyarakat yang lain. Dengan menunjukkan kebermanfaatan dari melakukan Urban Farming, masyarakat sekitar akan cenderung untuk mencari tahu dan melakukan Urban Farming di lahan-lahan potensial yang dimiliki. Besar kemungkinan bahwa Urban Farming akan menjadi suatu perkembangan peradaban yang dapat dicontoh untuk wilayah perkotaan lainnya.

#RuangKata

Facebook
X
Threads
LinkedIn

13 Responses

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Event Kami

Ruang Kata 4

Artikel Populer

Artikel Terkait

Translate »