Kenapa remaja suka begadang?
Setelah kurang lebih menghabiskan waktu 5 jam untuk berkuliah, saya akhirnya tiba di depan kontrakan sekitar jam 20:00 WIB. Ketika bersiap masuk kamar, dari arah tetangga kontrakan saya seperti hari-hari sebelumnya melihat Tiyo keluar dengan menenteng gitar dan Helm motornya. Tanpa perlu ditanya, saya sudah tahu Tiyo akan kemana untuk menghabiskan waktu malamnya dan akan pulang setelah adzan shubuh berkumandang. Anak itu, seperti layaknya anak muda secara umum selalu tidak melewatkan waktu malam dengan obrolan-obrolan tidak berguna dalam budaya nongkrong.
Rutinitas Tiyo menghabiskan waktu malamnya dengan begadang membuat saya ingat sebuah artikel yang ditulis oleh Sleep Foundation, bahwa selama ini banyak orang begadang hanya untuk merampungkan serial, main games, atau berpesta dengan temannya. Padahal, dengan menggunakan waktunya untuk tidur secara berkualitas di malam hari dengan jadwal rutin penting untuk menunjang kinerja organ, metabolisme, sampai menjaga daya tahan tubuh. Tidak tidur atau terjaga semalaman dapat memengaruhi kemampuan berpikir, suasana hati, sampai kesehatan fisik.
Secara umum dapat diketahui bahwa ada beberapa penyebab yang menjadikan anak muda cenderung untuk begadang di malam hari:
• 3S (Sekolah, Sibuk, dan Stres).
Sistem pendidikan dengan beragam kurikulum yang selalu berubah-ubah secara tidak langsung berdampak pada perkembangan belajar siswa/i di sekolah. Rumah yang seharusnya menjadi tempat istirahat malah terkadang dijadikan tempat mengerjakan tugas dengan segala target yang harus dipenuhi oleh peserta didik.
Tanggung jawab ini membuat mereka harus memenuhi ekspektasi untuk mendapatkan nilai bagus yang tak jarang membuat mereka terjaga hingga larut malam. Mungkin kita pernah melihat beberapa video yang lewat di media sosial tentang anak-anak di Korea yang bahkan harus tidur diperpustakaan untuk belajar. Kegiatan sekolah yang cenderung banyak dan menumpuk ini lalu menimbulkan gejala stres kepada para siswa yang harus menyelesaikan segala target untuk mendapatkan hasil yang terbaik, meskipun harus mengorbankan waktu malam untuk istirahat.
• Tidak bisa lepas dari HP
Tentunya benda elektronik satu ini tidak bisa dipisahkan dari kehidupan anak muda. Hal ini disusul dengan fenomena anak muda yang cenderung suka mengabadikan segala kegiatannya dalam bentuk Story. Ternyata, berlama-lama dengan ponsel, komputer atau perangkat elektronik lainnya dapat menyebabkan kesulitan tidur karena cahaya biru yang dipancarkan oleh perangkat tersebut, yang dapat mengganggu produksi melotin.
• Mandiri dan Ambisi
Anak muda mungkin ingin begadang sebagai cara untuk menegaskan kemandirian dan otonomi mereka. Idealis yang menjelma sebagai darah muda yang haus akan pengakuan dari orang lain membuat mereka beranggapan bahwa jika mampu melewati malam dengan begadang, mereka telah sampai pada titik merdeka untuk mampu mengatur dirinya sendiri.
• Efek Positif?
Untuk sebagian remaja dalam kelompok pemburu nilai pelajaran dan masa depan mungkin mereka percaya bahwa begadang bisa bernilai positif jika di isi dengan sejumlah hal-hal yang bermanfaat, seperti peningkatan produktivitas, kreativitas, atau kecerdasan. Namun, Tiyo tidak masuk dalam kategori ini. Sebab bukan sebuah hal positif jika begadangnya dihabiskan dengan obrolan ngalur ngidul dengan iringan gitar lagu-lagu anak muda.
Mengenai, apakah begadang dapat membawa efek positif?, kita bisa perlahan-lahan melihat beberapa fenomena yang terjadi di lingkungan sekitar. Robert B. Tucker, seorang ilmuwan dari Amerika Serikat, pernah menulis dalam bukunya yang berjudul Managing The Future (1991), tentang sepuluh tantangan yang akan dihadapi pada abad 21 antara lain: kenyamanan (convinience), gelombang generasi (wafe age), kecepatan (speed), gaya hidup (life stile), pertambahan nilai (value added), kompetisi harga (discounting), pelayanan pelanggan (costumer service), teknologi sebagai andalan (tecnology), banyak pilihan (multiple choice), dan jaminan mutu (quality controll). Tantangan ini akhirnya membuat generasi millenial terjebak dalam fenomena hustle culture.
Hustle culture sendiri adalah keadaan dimana seseorang bekerja terlalu keras dan mendorong diri sendiri untuk melampaui batas kemampuan hingga akhirnya menjadi kebiasaan dan gaya hidup. Fenomena hustle culture ini menyebabkan seseorang terlalu menforsir diri hingga melupakan waktu tidur. Hal ini yang membuat sebagian anak muda dan remaja menganggap bahwa begadang dapat menimbulkan efek yang positif. Padahal penting untuk setiap orang memiliki waktu tidur yang cukup agar terhindar dari penyakit.
Hustle culture cukup erat kaitannya dengan iklim ekonomi saat ini. Dengan tuntutan kehidupan yang semakin tinggi banyak anak muda sengaja memperpanjang waktu kerjanya dengan begadang dan memaksa diri mereka sendiri ke jurang kelelahan.
Contohnya, seperti yang dilakukan oleh Jasmin Martin. Saat berkuliah untuk meraih gelar sarjana dalam studi budaya dan media di University of Leeds, Inggris, dia bekerja paruh waktu hingga 30 jam per minggu untuk membayar sewa apartemen. Kemudian dia mendapatkan pekerjaan penuh waktu di agen humas saat tengah menyelesaikan gelar masternya.
Beberapa statistik dari para pakar sama-sama menjelaskan bahwa kaum muda merupakan kelompok yang paling mungkin melakukan kerja lembur, bahkan ada yang tanpa dibayar (Dengan alasan hanya mencari pengalaman).
Data bulan April dari laporan ADP Research Institute’s People at Work 2023, yang menyurvei 32.000 pekerja di 17 negara, menunjukkan bahwa orang-orang yang berusia antara 18 hingga 24 tahun cenderung bekerja ekstra selama delapan jam dan 30 menit ‘bebas kerja’ per minggu dengan memulai lebih awal, lembur atau bekerja saat istirahat dan makan siang. Ditambah dengan pekerjaan-pekerjaan itu akan ikut dibawa pulang ke rumah dan perlahan mencuri waktu istirahat mereka sendiri dengan dalih kesibukan.
Kita akhirnya mengerti, bahwa ada sebagian orang yang memanfaatkan begadang untuk bekerja dan belajar demi mengharapkan masa depan yang lebih baik, dan menganggap bahwa begadang bisa membawa efek positif. Mereka rela untuk mengorbankan waktu istirahat malamnya untuk membuktikan nilai dan kualitas mereka kepada pemberi kerja dengan bekerja lembur, dengan segala konsekuensi dampak negatif dari begadang yang kita semua menyadari itu.
Bayang-bayang dampak buruk bagi kesehatan selalu memantau anak muda yang terjebak dalam Hustle culture ini. Selain mengantuk dan kelelahan, resiko penyakit obesitas, diabetes, hipertensi, penyakit jantung, dan kanker adalah sederat akibat yang bisa ditimbulkan dari aktivitas begadang. Tidak hanya itu, begadang juga dapat merusak sel otak seseorang, melemahkan sistem kekebalan tubuh hingga kematian.
REFERENSI
1. Apriani Kusumastuti, Ria. “13 Penyebab dan Cara Mengatasi Begadang pada Remaja”. health.kompas.com, 27 Juli 2023, https://health.kompas.com/read/23G27120100268/13-penyebab-dan-cara-mengatasi-begadang-pada-remaja#
2. Pratama, Yudha. “Kenapa Remaja Suka Begadang? Apa Dampak Begadang bagi Remaja?”, kompasiana.com, 15 Juni 2023, https://www.kompasiana.com/yudhapratama2619/648b1fdb4addee3b501376f2/kenapa-remaja-suka-begadang-apa-danpak-begadang-bagi-remaja?page=all#section2
3. Carnegia, Megan. “Kenapa banyak Gen Z sering lembur dan berisiko ‘burnout'”. bbc.com, 19 Juni 2023, https://www.bbc.com/indonesia/vert-fut-65889406
4. Yogi, Fadila. “Begadang sebagai Gaya Hidup Gen Z”. kompasiana.com, 16 April 2023, https://www.kompasiana.com/fadilayogi9703/643b8223a7e0fa2fc14c0eb2/begadang-sebagai-gaya-hidup-gen-z
5. Fadli, Rizal. “Terlalu Sering Begadang, Ini Dampaknya pada Tubuh”. halodoc.com, 13 Juli 2023, https://www.halodoc.com/artikel/terlalu-sering-begadang-ini-dampaknya-pada-tubuh