Seperti yang kita ketahui beberapa hari ini sedang ramai-ramainya di jagat sosial media mengenai istilah “Fatherless”, Fatherless atau Father Hunger adalah sebuah istilah yang sebenarnya sudah lama ada, namun memang baru happening di Indonesia baru-baru ini, isitlah ini menjelaskan dimana adanya kondisi anak yang bertumbuh namun tanpa adanya peran ayah atau kehilangan sosok ayah baik secara fisik maupun psikologis (Mental), maksud dari kehilangan sosok ayah ini bukan hanya berarti ayahnya sudah meninggal namun bisa juga masih memiliki ayah tapi perannya pasif.
Sering ditemukan di indonesia dalam konsep keluarga bahwa ibu dan ayah memiliki tanggung jawab atau peranan yang berbeda dalam mengurus rumah tangga, dimana ibu memiliki tanggung jawab untuk mendidik, mengajari agama, adab, norma, kasih sayang kepada anaknya sedangkan peran ayah hanya sebatas pada urusan nafkah keluarga. Itulah yang tertanam dalam konsep rumah tangga di Indonesia, hal ini ternyata mengakibatkan indonesia masuk ke dalam urutan ke-3 di dunia sebagai negara yang anak-anaknya kekurangan kasih sayang dan perhatian dari ayah dengan sebutan Fatherless country.
Fenomena tersebut tentunya menjadi perhatian masyarakat, publik-pun mempertanyakan kembali bagaimana peran ayah khususnya dalam proses tumbuh kembang anak di Indonesia, faktor yang menyebabkan terjadinya fatherless atau kekurangan peran ayah ada banyak sekali, seperti karena ekonomi, sosial, kebudayaan, juga yang masih masih menjadi topik perbincangan hangat yaitu masih kentalnya patriarki dan yang terakhir angka perceraian yang cenderung meningkat setiap tahunnya, dapat dilihat bahwa tingkat perceraian pada tahun 2023 yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS) jumlah perceraian di indonesia mencapai 463.644.
Lalu sesuai dengan judul yaitu bagaimana fatherless ini mempengaruhi perkembangan anak, apa dampak dari hilangnya peran ayah kepada anak. berdasarkan literatur yang telah penulis baca, anak yang sudah tidak memiliki ayah atau anak yang frekuensi kedekatannya yang kurang akan cenderung tidak memiliki motivasi dalam kehidupannya baik dalam akademik maupun sosial yang mengakibatkan keterlambatan dalam perkembangan sang anak, hal itu dikarenakan kurang dukungan serta kurangnya perhatian dari sang ayah, selanjutnya perlu diketahui bahwa kehilangan kasih sayang seorang ayah juga memiliki dampak yang besar terhadap anak dalam psikologisnya, sejauh ini sering kali digaungkan bahwa sifat dan mental anak ditentukan oleh pola asuh ibunya saja, padahal kenyataanya diperlukan kedua peran dari ibu dan ayah untuk pembentukan sifat dan mental yang baik bagi anak, ayah memiliki peran dalam membentuk kemandirian, ketegasan, penyayang, pembentukan pemecahan masalah dan dalam tantangan, sehingga tidak adanya peran ayah akan mengakibatkan anak menjadi rendah diri, cenderung memiliki perasaan malu, mudah marah karena kecemburuan dengan anak lain yang memiliki kedekatan dengan ayahnya, sulit beradaptasi dan perlu diketahui juga, bagi anak laki-laki yang terkena fenomena fatherless akan kehilangan ciri Maskulinitasnya karena tidak adanya contoh bagaimana seharusnya laki-laki bertindak sedangkan pada perempuan umumnya atau secara universal akan mencari pengakuan atau perhatian dari figur laki-laki di luar keluarga mereka, karena tidak mendapatkan kasih sayang dari ayah, yang dimana hal ini bisa mengarah pada hubungan yang tidak sehat atau eksploitasi.
Secara singkatnya dapat disimpulkan bahwa dampak dari tidak adanya peran ayah pada anak adalah sebagai berikut:
- Kurang percaya diri: Kehilangan figur ayah dapat mengurangi rasa percaya diri anak karena kurangnya dukungan dan teladan dari sosok otoritatif dalam keluarga.
- Rawan terlibat dalam kekerasan: Anak-anak tanpa peran ayah cenderung lebih rentan terlibat dalam situasi kekerasan sebagai pelaku atau korban karena kurangnya perlindungan dan pengawasan yang stabil dari seorang ayah.
- Kesulitan dalam bersosialisasi: Tanpa kehadiran ayah sebagai model sosial, anak mungkin mengalami kesulitan dalam mengembangkan keterampilan sosial dan menjalin hubungan interpersonal yang sehat.
- Risiko masalah mental seperti depresi: Kehilangan figur ayah dapat meningkatkan risiko anak mengalami masalah mental seperti depresi karena kebutuhan akan koneksi emosional dan dukungan dari ayah tidak terpenuhi.
- Penurunan kemampuan akademis: Anak-anak yang tidak memiliki peran ayah sering kali mengalami kesulitan dalam pendidikan dan pembelajaran karena kurangnya dukungan dan dorongan akademis yang konsisten.
- Risiko perilaku merugikan seperti penyalahgunaan zat: Tanpa kehadiran ayah yang stabil, anak bisa mengalami kesulitan dalam mengelola stres dan tekanan emosional, yang dapat meningkatkan risiko terlibat dalam perilaku merugikan seperti penyalahgunaan zat.
Dampak-dampak yang telah dipaparkan adalah secara umumnya, karena dampak dari fatherless ini bisa berbeda beda pada setiap individu, setelah mengetahui mengenai apa yang dimaksud dengan fenomena Fatherless serta dampak pada anak, kira kira apakah kita menyadari dan mau membenahi fenomena ini agar tidak terus berkelanjutan? karena sejatinya perubahan akan terlihat jika kita sebagai manusia mau menyelesaikan, mengubahnya walau tidak menyeluruh namun jika ada pergerakan maka fenomena ini bisa diatasi serta kita juga sebagai orang yang belum membina rumah tangga bisa membantu mengatasi masalah ini dengan mendampingi anak anak dalam keluarga besar yang kekurangan kasih sayang dengan memberikan anak perhatian, mengajari, membina, dan mengarahkan, walaupun tidak akan bisa mengganti peran ayah tapi setidaknya kita sudah berusaha membantu untuk mereka mendapatkan peran ayah.