Obesitas: Masalah Gizi Yang Sering Dianggap Bukan Masalah

obesitas

Health Heroes – Rasanya sudah tidak asing lagi mendengar istilah kelebihan berat badan dan obesitas (overweight) yang kerap bersliweran di masyarakat. Istilah kelebihan berat badan dan obesitas umumnya mengacu pada berat badan berlebih dari orang yang dianggap normal. Kelebihan berat badan diartikan sebagai berat berlebihan karena penumpukan lemak tubuh, kelebihan otot maupun tulang dan air. Sementara itu, mengacu pada World Health Organization (WHO), istilah obesitas diartikan sebagai kondisi dimana tubuh manusia terlalu banyak menampung lemak akibat dari ketidakseimbangan asupan energi (energy intake) dengan energi yang digunakan (energy expenditure) dalam waktu lama. Kelebihan berat badan dan obesitas merupakan salah satu permasalahan gizi yang tidak memandang umur maupun jenis kelamin, siapa saja dapat mengalaminya baik laki-laki maupun perempuan mulai dari anak-anak hingga lansia. Terbukti dengan adanya data temuan oleh Badan Pusat Statistik RI dan Kementerian Kesehatan RI yang menyebutkan bahwa pada tahun 2018, 1 dari 5 anak usia sekolah (20 persen atau 7,6 juta jiwa), 1 dari 7 remaja (14,8 persen atau 3,3 juta jiwa) dan 1 dari 3 orang dewasa (35,5 persen atau 64,4 juta jiwa) di Indonesia hidup sebagai penyandang kelebihan berat badan dan obesitas.

Faktornya penyebab kelebihan berat badan dan obesitas sendiri beragam mulai dari genetik, lingkungan maupun pengaruh obat dan hormonal. Adapun dari faktor genetik orang tua diperkirakan dapat memengaruhi kelebihan berat badan dan obesitas pada anak sebesar 40-50 persen, bahkan meningkat hingga 70-80 persen apabila kedua orang tua nya merupakan penyandang kelebihan berat badan dan obesitas. Sementara itu, faktor penyebab kelebihan berat badan dan obesitas paling besar ialah dipengaruhi oleh lingkungan yang meliputi pola makan dan pola aktivitas. UNICEF Indonesia menyebut bahwa anak-anak, remaja dan orang dewasa di Indonesia secara keseluruhan memiliki pola makan yang buruk, ditandai dengan asupan makanan dan minuman tinggi gula, garam, dan lemak (GGL) yang berlebihan. Tidak cukup sampai disitu, faktanya 9 dari 10 orang baik anak-anak, remaja dan orang dewasa tidak mengonsumsi buah dan sayuran yang cukup untuk memenuhi kebutuhan nutrisi hariannya.

Aktivitas fisik yang dilakukan oleh anak-anak, remaja maupun orang dewasa di Indonesia juga terbilang kurang memadai atau tidak memenuhi rekomendasi yang dianjurkan oleh WHO. Berdasarkan rekomendasi WHO, untuk anak-anak dan remaja setidaknya melakukan aktivitas fisik 60 menit per hari dan untuk orang dewasa minimal 150 menit aktivitas fisik intensitas sedang per minggu nya. Sebagian orang enggan melakukan aktivitas karena malas bergerak, terlebih ketersediaan dan kualitas infrastruktur publik kurang mendukung dibarengi dengan masalah polusi udara yang tak kunjung usai sehingga aktivitas fisik diluar ruangan kurang aman dilakukan. Padahal aktivitas fisik memiliki manfaat untuk membakar kalori berlebih yang masuk ke tubuh sehingga mencegah kelebihan berat badan dan obesitas juga menjaga kebugaran dan stamina tubuh.

Selanjutnya, kelebihan berat badan dan obesitas juga dapat disebabkan oleh pengaruh obat-obatan dan hormonal. Umumnya bagi penderita asma, osteoartritis, dan alergi yang mengonsumsi obat jenis steroid dalam jangka panjang dapat menyebabkan peningkatan nafsu makan yang berefek pada risiko kelebihan berat badan dan obesitas. Sementara itu, hormonal yang memiliki peran dalam risiko kelebihan berat badan dan obesitas pada manusia ialah hormon leptin, ghrelin, tiroid, insulin dan estrogen.

Fenomena kelebihan berat badan dan obesitas menjadi perhatian besar bagi Pemerintah Indonesia disamping masalah kekurangan gizi seperti stunting dan wasting. Kelebihan berat badan atau obesitas merupakan faktor risiko utama untuk berbagai penyakit tidak menular (PTM), termasuk diabetes, penyakit kardiovaskular, stroke dan beberapa jenis kanker (WHO, 2004). Penanganan obesitas semestinya digencarkan melihat tren kelebihan berat badan dan obesitas di Indonesia selama beberapa dekade terakhir terus mengalami kenaikan. Pada dunia internasional sendiri, fenomena kelebihan berat badan dan obesitas terlihat meningkat drastis sejak tahun 1980.

Kelebihan berat badan dan obesitas pada anak-anak, remaja maupun orang dewasa dapat menjadi bom waktu yang cukup mengerikan karena menyebabkan kematian. Kasus kematian akibat obesitas belum lama ini terjadi di Indonesia tepatnya di Kota Tangerang yakni pemuda berinisial MF berusia 26 tahun dengan berat mencapai 300Kg. Secara perlahan penderita kelebihan berat badan dan obesitas akan kesulitan bergerak dan mengalami masalah persendian. Sementara itu, seiring berjalannya waktu penumpukan lemak di tubuh pada penderita kelebihan berat badan dan obesitas akan menyebabkan masalah pada pembuluh darah. Inilah mengapa permasalahan gizi berupa kelebihan berat badan dan obesitas menjadi gerbang utama masuknya penyakit-penyakit seperti stroke, jantung, diabetes dan lainnya.

Seperti disebutkan sebelumnya, faktor terbesar penyebab kelebihan berat badan dan obesitas adalah lingkungan yang meliputi pola makan dan pola aktivitas fisik. Berdasarkan Analisis Lanskap Kelebihan Berat Badan dan Obesitas UNICEF Indonesia, lingkungan di Indonesia dianggap gagal untuk mendorong penerapan pola makan sehat dan gaya hidup aktif. Oleh karena itu, upaya pencegahan maupun penanganan masalah gizi dari kelebihan berat badan dan obesitas seharusnya dilakukan dengan kolaborasi antara pemerintah dengan masyarakat dari skala paling rendah yakni rumah tangga. Pasalnya dari penemuan UNICEF Indonesia, peningkatan prevalensi kelebihan berat badan dan obesitas di Indonesia umumnya terjadi pada rumah tangga berpendapatan rendah dan penduduk area pedesaan serta provinsi dengan tingkat stunting dan wasting yang tinggi.

Peran keluarga dalam memutus mata rantai permasalahan gizi dari kelebihan berat badan dan obesitas dinilai sangat sentral dan penting. Hal ini tidak mengherankan karena keluarga merupakan garda terdepan untuk penerapan pola makan sehat dan gaya hidup aktif. Pada anak-anak dan remaja, membiasakan pola hidup dengan mengonsumsi makanan gizi seimbang dan melakukan aktivitas fisik dapat mencegah risiko kelebihan berat badan dan obesitas. Pola makan sehat dengan gizi seimbang setidaknya harus memenuhi asupan karbohidrat, protein, dan serat setiap harinya. Tidak hanya itu, keluarga juga berperan dalam mengontrol asupan gula, garam dan lemak sesuai yang dianjurkan oleh Kementerian Kesehatan RI. Pada akhirnya, kelebihan berat badan dan obesitas sebagai salah satu permasalahan gizi dapat dicegah sedini dan sesegara mungkin untuk mengurangi risiko kesehatan di masa mendatang.

Daftar Pustaka:

https://www.unicef.org/indonesia/media/15581/file/Analisis%20Lanskap%20Kelebihan%20Berat%20Badan%20dan%20Obesitas%20di%20Indonesia.pdf

https://p2ptm.kemkes.go.id/uploads/N2VaaXIxZGZwWFpEL1VlRFdQQ3ZRZz09/2018/02/FactSheet_Obesitas_Kit_Informasi_Obesitas.pdf

https://hellosehat.com/nutrisi/obesitas/perbedaan-overweight-dan-obesitas/

https://www.kompas.id/baca/humaniora/2023/03/01/rantai-obesitas-bisa-diputus-sejak-dini

https://www.google.com/amp/s/www.cnnindonesia.com/nasional/20230622081719-20-965080/fajri-pemuda-obesitas-300-kg-meninggal-dunia-di-rscm/amp

Facebook
X
Threads
LinkedIn

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Event Kami

IYD Challage 2024

Artikel Populer

Artikel Terkait

Translate »