Anak-anak merupakan generasi emas yang harus dijaga tumbuh kembangnya guna mempersiapkan sumber daya manusia yang unggul di masa depan. Segala kebutuhan yang menjadi penunjang keberhasilan penerus bangsa harus disiapkan sejak dini salah satunya melalui pemenuhan gizi seimbang anak. Asupan gizi turut berpengaruh dalam mencerdaskan bangsa dan juga menjaga kesehatan tubuh agar tangguh dalam menghadapi segala sesuatu yang akan datang.
Stunting menjadi salah satu permasalahan gizi yang menjadi fokus pencegahan oleh pemerintah. Di Indonesia sendiri pernah masuk peringkat 5 dalam capaian angka stunting yang tinggi di dunia. Tentu hal ini akan berpengaruh terhadap kualitas penerus bangsa di masa depan, dan tidak boleh disepelekan walaupun saat ini telah mendapatkan progres penurunan angka stunting. Bukan hanya pemerintah saja yang harus andil dalam penanganan masalah ini namun juga keluarga dan orang-orang di sekitar yang harus bisa lebih tanggap dalam memantau tumbuh kembang anak-anak.
Suatu tantangan tersendiri bagi saya sebagai mahasiswa gizi tahun lalu ketika mendapatkan project untuk praktek kerja lapangan dari kampus yang telah berkoordinasi dengan dinas kesehatan setempat. Project tersebut masih menjadi bagian dari program penurunan angka stunting di wilayah setempat, dimana saya harus melakukan pendampingan keluarga dengan risiko balita stunting. Dalam waktu hanya 14 hari turun ke lapangan banyak sekali informasi yang saya dapatkan mengenai kejadian stunting disana. Dari sini saya tahu bahwa pemerintah sudah membuat aksi salah satunya dengan pemberian intervensi berupa biskuit PMT. Namun, ternyata banyak diantara balita yang tidak menyukai rasa dari biskuit PMT sehingga bisa saja terbuang atau beralih dikonsumsi orang lain. Maka dari itu tantangan untuk saya dengan kelompok untuk membuat sebuah inovasi agar biskuit PMT bisa tersampaikan oleh balita. Hal yang dilakukan adalah membuat olahan snack dengan campuran bahan dari biskuit PMT guna memberikan varian rasa dan bentuk yang berbeda sesuai dengan kesukaan balita. Snack tersebut diberikan setiap hari selama 14 hari dengan porsi disesuaikan dengan kebutuhan gizi balita, disertai dengan intervensi lain berupa konseling dan dan edukasi mengenai makanan gizi seimbang. Kami juga dituntut untuk bisa mengenali karakter dari masing-masing balita dalam menerima makanan dengan berbagai interaksi agar PMT bisa diterima sepenuhnya oleh balita. Berdasarkan monitoring yang kami lakukan berat badan balita mengalami peningkatan 1 kg, tentu orang tua juga merasa lega karena sebelumnya cenderung stuck pada angka itu saja saat penimbangan d posyandu. Kami pun memiliki rasa bangga tersendiri walaupun hanya sebagian kecil yang bisa kami lakukan untuk membuat peningkatan berat badan balita. Setelah kegiatan PKL kami selesai, orang tuaa balita meminta resep PMT yang telah kami buat sebelumnya agar anak mereka tetap mendapatkan asupan gizi yang cukup disaat nafsu makan mereka masih menurun.
Dari sini saya mendapatkan pelajaran bahwa sebagai orang terdekat anak-anak di rumah butuh mengenali karakter mereka dalam menerima asupan makanan dan diperlukan kreasi dalam mengolah menu makanan yang tidak disukai anak agar gizi seimbang anak tetap terpenuhi. Dengan langkah ini orang tua telah turut andil dalam menurunkan prevalensi angka stunting.