Matahari mulai terbit dari timur, musik senam mulai bergema, sebagian siswa siswi telah berbaris dengan semangat untuk senam pagi sehat dan sarapan pagi bersama, dan sebagian lainya duduk rapi untuk bersiap mengikuti sosialisasi mengenai kesehatan.
Trisna dan Elsa sebagai representasi Health Heroes RAN PIJAR Kota Bogor dan Fira dari Health Heroes Facilitator Indonesia telah berhasil melakukan implementasi program Health Heroes Goes to School di MAN 1 Kota Bogor, program ini didukung oleh Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan serta Pemerintah Kota Bogor dengan pendanaan FES Indonesia. Kegiatan ini berlangsung selama 1 hari dengan total peserta sebanyak 40 siswa siswi.
Sosialisasi mengenai Cintai Dirimu Sendiri, Manajemen Stress dan Lihat Sekitar Apa yang Terjadi khususnya mengenai gizi seimbang yang diberikan di program ini menjadi daya tarik bagi siswa dan siswi untuk terlibat aktif karena sangat relevan dengan kehidupan sehari-hari mereka dan juga lingkungan sekitar. Dukungan dari pihak sekolah pun sangat tinggi terhadap kegiatan ini karena dirasa tujuan dari kegiatan ini sangatlah positif dan dapat menopang produktivitas siswa-siswi MAN 1 Kota Bogor.
Di MAN 1 Kota Bogor, kegiatan belajar tidak hanya sebatas mata pelajaran akademik, tetapi juga melibatkan pembelajaran penting tentang kesehatan mental dan gizi yang seimbang. Pada kesempatan ini, program ini diadakan untuk mengeksplorasi isu-isu seputar cinta pada diri sendiri, manajemen stres, dan pentingnya gizi seimbang dalam kehidupan sehari-hari para siswa. Setiap sesi dirancang dengan kegiatan interaktif yang melibatkan seluruh peserta secara aktif dan mendalam.
Program Health Heroes Goes to School dari Rise Foundation bersamaan diadakan dengan program dari Dinas Kesehatan Kota Bogor yaitu program senam pagi bersama, sarapan bersama dan minum tablet tambah darah. Korelasi dan sinergitas dari kedua program tersebut bentuk komitmen bersama untuk menciptakan Anak sekolah dan remaja yang sehat sesuai dengan Permenko PMK No. 1 Tahun 2022 tentang Rencana Aksi Nasional Peningkatan Kesejahteraan Anak Usia Sekolah dan Remaja (RAN PIJAR).
Kegiatan Health Heroes Goes to School dibuka dengan sambutan dari kepala sekolah,beliau menjelaskan korelasi program ini dengan keadaan siswa dan siswinya, beliau berharap para murid mengambil sebanyak banyaknya ilmu dari kegiatan ini dan menerapkan di kehidupan sehari hari untuk demi meningkatkan produktivitas dan menggapai mimpi.
Kegiatan diawali dengan perkenalan, siswa dan siswi memperkenalkan nama dan tokoh inspiratif mereka, ada yang menjawab memiliki tokoh public, politik hingga pebisnis.
Sesi dilanjutkan dengan pembacaan safeguarding dan kontrak belajar, para murid juga membuat kontrak belajarnya bersama yang mereka sepakati tentang apa yang boleh dilakukan dan tidak boleh dilakukan selama kegiatan berlangsung. Sebelum masuk ke sesi materi mereka mengerjakan pre test guna mengetahui pengetahuan mereka dan melihat gap pengetahuan mereka setelah sesi materi diberikan.
Sesi materi Pertama membahas tentang Cintai Dirimu Sendiri yang bertujuan untuk mengajak para siswa dan siswi mencintai dirinya sendiri dengan bentuk cinta sebenarnya, bukan yang malah mencelakakan dirinya sendiri. Kegiatan dimulai dengan pertanyaan mendasar kepada para peserta, “Apakah kamu mencintai dirimu sendiri?” Para siswa diminta untuk merenungkan bagaimana mereka memperlakukan diri mereka sendiri dan memahami bahwa cinta pada diri sendiri tidak hanya tentang menerima diri apa adanya, tetapi juga menjaga diri dengan cara-cara yang sehat.
Para peserta diajak untuk menyadari bahwa pola makan yang tidak sehat dan perilaku merugikan lainnya adalah tanda kurangnya cinta pada diri sendiri. Mereka merefleksikan apakah mereka sudah mencintai diri mereka sendiri, dan dengan bentuk apa mereka mencintai diri mereka sendiri, sebagian mereka mengatakan mereka mencintai diri sendiri dengan sering makan makanan seperti seblak, minum manis dan lainnya, lalu mereka mulai tersedar bahwa dengan mereka melakukan perilaku tersebut, mereka tidak mencintai diri sendiri karena apa yang mereka konsumsi tidak sehat dan mengandung gula yang tinggi.
Dalam sesi ini, peserta juga diajak untuk menganalisis studi kasus yang menampilkan situasi di mana seseorang gagal menunjukkan cinta pada dirinya sendiri dengan benar. Studi kasus tersebut memberi peserta gambaran tentang bagaimana masalah dapat terjadi dan memberikan kesempatan untuk berdiskusi dalam kelompok kecil tentang solusi terbaik. Interaksi antar kelompok ini memperdalam pemahaman siswa tentang pentingnya merawat diri mereka secara fisik dan mental.
Untuk membangun semangat dan membuat suasana lebih akrab antara fasilitator, serta untuk mencairkan suasana, diadakan ice breaking dengan permainan “Berkeliling Kota”. Dalam permainan ini, para peserta dibagi ke dalam kelompok-kelompok kecil dan diminta untuk menyelesaikan beberapa tantangan sederhana yang memerlukan kerja sama tim dan komunikasi. Kegiatan ini berhasil menciptakan atmosfer yang santai dan menyenangkan, mempersiapkan para peserta untuk lebih aktif berpartisipasi dalam sesi-sesi berikutnya.
Stres menjadi tema utama pada sesi berikutnya. Para peserta diajak untuk memahami bahwa stres adalah bagian dari kehidupan sehari-hari, terutama di lingkungan sekolah, keluarga, dan pertemanan mereka.
Namun, yang terpenting adalah bagaimana mereka mampu mengelola stres tersebut agar tidak berujung pada depresi atau masalah kesehatan mental lainnya. Sesi ini membahas mengenai Manajemen Stress yang bertujuan untuk mengenalkan bahwa stress adalah hal wajar namun tidak baik jika berlama lama yang akan menjadi depresi, dan juga mengarahkan para peserta untuk mengurangi rasa stress dengan cara yang sehat.
Sesi ini dimulai dengan menggambar lingkaran manajemen stress peserta, mereka menuangkan rasa stres yang mereka alami mulai dari lingkungan sekolah, lingkungan keluarga hingga lingkungan persahabatan, lalu mereka menjelaskan bagaimana mereka meredakan stress mereka di setiap masalah di lingkungan mereka. Salah satu peserta laki-laki berani mengungkapkan bahwa dia menemukan kenyamanan dalam bercerita dan curhat kepada kakak laki-lakinya saat mengalami stres, meskipun ada stigma bahwa laki-laki tidak seharusnya melakukannya. Pengalaman ini memicu diskusi yang mendalam di antara peserta lain, mengungkapkan bahwa banyak dari mereka menghadapi sumber stres yang serupa. Dari situ, mereka belajar teknik-teknik manajemen stres seperti meditasi dan berbicara dengan orang yang dipercayai.
Sesi ini tidak hanya mengubah perspektif tentang ekspresi emosi pada teman-teman mereka, tetapi juga memperkuat ide bahwa setiap orang berhak untuk mengungkapkan perasaannya tanpa harus memikirkan stigma gender. Pentingnya saling mendukung dalam menghadapi tekanan hidup sehari-hari juga menjadi fokus utama, dengan membuka ruang bagi para siswa untuk merasa lebih nyaman dalam mengekspresikan diri mereka. Dengan demikian, mereka memahami bahwa berbicara tentang emosi bukanlah kelemahan, melainkan tanda keberanian. Ini adalah langkah yang luar biasa dalam meruntuhkan stereotip yang membatasi, dan membuka pintu untuk keterbukaan dan dukungan yang lebih besar di antara teman-teman sekolah.
Dalam sesi terakhir, topik gizi seimbang menjadi sorotan dimana tujuan dari sesi ini untuk mengetahui di lingkungan peserta apakah sudah mengetahui informasi mengenai gizi seimbang dan menerapkannya. Ternyata banyak dari peserta yang sudah tahu pentingnya gizi seimbang, namun penerapannya dalam kehidupan sehari-hari ternyata masih kurang. Mereka diminta untuk menganalisis kondisi gizi mereka di lingkungan melalui metode analisis pohon masalah. Hasilnya? Banyak tantangan teridentifikasi, mulai dari kurangnya kantin sehat di sekolah hingga kurangnya kesadaran dalam keluarga terkait gizi seimbang.
Diskusi yang terjadi sangat seru, dan peserta dengan antusias mempresentasikan solusi untuk meningkatkan kesadaran tentang gizi seimbang. Diskusi ini membantu para peserta sadar bahwa masalah gizi seimbang tidak hanya terjadi pada mereka secara individu, tetapi juga menjadi masalah yang lebih besar di komunitas mereka. Salah satu ide yang disepakati adalah membawa bekal dari rumah, baik yang disiapkan sendiri maupun oleh orang tua, sebagai solusi sederhana untuk mengatasi keterbatasan kantin sehat di sekolah. Mereka menyadari bahwa isu gizi seimbang bukan hanya masalah individu, tapi juga tantangan komunitas. Dengan ini, mereka berkomitmen untuk bersama-sama meningkatkan penerapan gizi seimbang di lingkungan sekolah dan rumah.
Pengalaman yang sangat berharga untuk aku dan teman temen HHF memfasilitasi peningkatan kapasitas mengenai kesehatan mental dan gizi seimbang, kami memfasilitasi dengan penuh semangat dan mendapatkan feedback dari peserta yang juga sangat baik, walaupun tetap ada tantangan demi tantangan namun kami datang dengan penuh persiapan, menjalin hubungan dengan stakeholders yang baik sehingga program kami dapat berhasil dilaksanakan dengan dukungan penuh oleh sekolah dan partisipasi aktif dari siswa siswi MAN 1 Kota Bogor.
Melalui program fasilitasi ini, para siswa dan siswi tidak hanya mendapatkan pemahaman baru tentang pentingnya kesehatan mental dan gizi yang seimbang, tetapi juga mendapatkan keterampilan praktis untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Mereka belajar pentingnya menjaga keseimbangan antara tubuh dan pikiran, serta bagaimana manajemen stres yang efektif dapat membantu mereka menghadapi tantangan hidup.
Program Health Heroes Goes to School yang membahas mengenai kesehatan mental dan gizi seimbang sangat relevan dengan apa yang kita hadapi di kehidupan kita sebagai pemuda, penting untuk kita semua mengetahui, menyebarkan informasi dan menjalankan di kehidupan sehari hari.
Ini adalah cerita timku di MAN 1 Kota Bogor, bagaimana ceritamu?
Karena kamu sudah ter kapasitasi, yuk sebarkan kesadaran akan pentingnya kesehatan mental dan gizi seimbang mulai dari diri sendiri, keluarga hingga lingkungan pertemananmu ya!
https://www.instagram.com/reel/C_iUcKoyiTE/?utm_source=ig_web_copy_link&igsh=MzRlODBiNWFlZA==