Halo, Sobat Remaja!
Dalam upaya peningkatan kesejahteraan anak usia remaja dan sekolah, Health Heroes RAN PIJAR Kota Bogor dengan anggota tim terdiri dari Sofwatul Hanim, M. Zaki Rizaldi, dan Nurana Fahrezi telah berhasil melakukan implementasi di SMK Pembangunan Kota Bogor. Program ini didukung oleh Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan serta Pemerintah Kota Bogor dengan pendanaan FES Indonesia. Kegiatan dilaksanakan pada Kamis, 26 September 2024 pukul 08.00 – 12.30 WIB di Aula SMK Pembangunan Kota Bogor dengan total peserta sebanyak 40 orang. Kegiatan yang diberikan berupa edukasi tentang gizi dan kesehatan mental, dengan membawakan topik yaitu “Cintai Dirimu Sendiri”, “Manajemen Stres”, dan “Lihat Sekitar Apa Yang Terjadi”.
Kegiatan yang membawa isu mengenai kesehatan ini sangat didukung oleh sekolah sehingga dapat terlaksana dengan baik. Kami memberikan apresiasi besar kepada pihak SMK Pembangunan Kota Bogor atas sambutan dan dukungan yang luar biasa untuk tim Health Heroes RAN PIJAR Kota Bogor. Tak kalah hebat, para siswa yang menjadi peserta dalam aksi nyata kami ini pun sangat antusias dalam mengikuti kegiatan. Terbukti dari keaktifan para peserta untuk maju ke depan dan menyampaikan pendapatnya setiap kali tim HHF RAN PIJAR bertanya dan mempersilahkan mereka untuk berbicara di depan.
Aksi nyata RAN PIJAR ini dimulai pada pukul 08.30 WIB dengan perkenalan oleh masing-masing anggota tim fasilitator, lalu dilanjutkan dengan pre-test selama 10 menit. Sebelum memulai sesi 1 mengenai “Cintai Dirimu Sendiri”, para peserta diarahkan untuk membuat rules yang harus dipatuhi selama kegiatan berlangsung. Peserta membuat peraturan yang boleh dilakukan dan tidak boleh dilakukan selama kegiatan berjalan. Selanjutnya, rules yang telah ditulis disepakati bersama dan berkomitmen untuk melaksanakan rules dengan sebaik-baiknya. Setelah peserta kembali kondusif, kegiatan dilanjutkan dengan perkenalan seluruh peserta dan yel-yel untuk menambah semangat para peserta.
Memasuki sesi berikutnya ialah penyampaian materi pertama dengan tema “Cintai Dirimu Sendiri” atau seringkali dikenal dengan Self-Love. Sesi ini bertujuan mengajak peserta untuk mencintai diri sendiri tanpa melupakan kebutuhan tubuh untuk tetap hidup sehat. Pada sesi ini dipandu oleh kak Zaki. Agar menambah pemahaman terkait hal ini, maka tim fasilitator mengarahkan peserta untuk membentuk 8 kelompok dan duduk sesuai dengan kelompoknya masing-masing. Di awal, Kak Zaki bertanya kepada para peserta terkait makna self-love menurut pada peserta. Selanjutnya, masing-masing kelompok diberikan tugas untuk memecahkan studi kasus yang dibagikan oleh kakak fasilitator lalu mempresentasikan didepan.
Pada materi mengenai “Cintai Dirimu Sendiri”, terdapat pesan penting untuk para siswa terkait dengan perilaku self-love dan kaitannya dengan kesehatan remaja. Para remaja berhak untuk memilih cara mencintai diri sendiri yang tetap menyenangkan dan membahagiakan, namun tidak merugikan di kemudian hari, termasuk dalam hal mengonsumsi makanan dan minuman yang sesuai dengan pedoman gizi seimbang. Pola makan yang tidak sehat serta kebiasaan merugikan lainnya merupakan indikasi kurangnya cinta terhadap diri sendiri. Karena itulah, setiap remaja perlu menanamkan kepedulian dalam memilih makanan dan minuman yang sesuai dengan kebutuhannya sebagai bentuk self-love.
Sebelum memasuki sesi materi ke-2, kak Fahrezi selaku tim fasilitator memandu ice breaking untuk kembali mencairkan suasana para peserta. Ice breaking nya ialah games “Berkeliling Kota”. Pada games ini, terdapat beberapa kata yang harus diingat oleh peserta dan memperagakan kata tersebut sesuai dengan arahan dari tim fasilitator. Games ini sukses menciptakan suasana yang santai dan menyenangkan, sehingga para peserta menjadi lebih rileks serta lebih aktif dalam forum diskusi selanjutnya.
Memasuki sesi ke-2, materi yang disampaikan adalah “Manajemen Stress”. Sesi ini dipandu oleh kak Zaki dan kak Sofwa selaku fasilitator. Pada awal sesi, tim fasilitator bertanya pada peserta, “Apakah kita membutuhkan stress?”. Beberapa peserta terlihat antusias mengangkata tangan untuk berpendapat. Tim fasilitator pun menunjuk salah satu peserta putri untuk menjawab. Pendapat yang dikemukakannya adalah, “Kita perlu ngerasain stress kak. Alasannya supaya kita bisa punya motivasi untuk mengatasi stress kita.”. Peserta lainnya bertepuk tangan mengapresiasi. Selanjutnya ada pula yang berpendapat, “Iya kak saya setuju kalau kita memang perlu ngerasain stress, tapi jangan sampai stress itu jadi menumpuk dan akhirnya sudah untuk diselesaikan.”
Selanjutnya, peserta akan diarahkan untuk merefleksikan diri terkait dengan stress yang dialami. Masing-masing peserta membuat lingkaran yang dibagi menjadi 8 bagian. Lingkaran ini disebut juga “Roda Solusi”. Peserta diarahkan untuk menulis hal yang memicu stress di lingkungan sekolah, lingkungan keluarga, lingkungan orang dewasa, hingga lingkungan teman sebaya. Selanjutnya mereka menuliskan bagaimana cara mereka meredakan stress di setiap masalah di lingkungan mereka. Ketika sesi sharing, beberapa peserta dipersilahkan untuk menyampaikan hasil pekerjaan mereka. Terdapat salah satu peserta laki-laki yang menyampaikan sebagai berikut, “Hal yang membuat saya stress di lingkungan teman sebaya adalah punya teman yang selalu ingin dimengerti. Nah cara saya mengatasi stress tersebut adalah dengan memilih untuk tidak pengertian dengan teman saya sehingga saya tidak pusing”. Jawaban tersebut memicu tawa peserta lain. Ada pula peserta perempuan yang menyampaikan, “Hal yang membuat saya stress di lingkungan keluarga adalah orangtua yang selalu menuntut. Lalu cara saya mengatasi stress tersebut adalah dengan berusaha sesuai dengan kemampuan diri saya saja.”
Pada materi terkait “Manajemen Stress” disampaikan bahwa stress merupakan hal yang wajar dialami oleh semua orang, termasuk para remaja. Dengan kita mengalami stress, merupakan tanda bahwa kita sedang berproses dan belajar. Cara yang harus kita lakukan ketika menghadapi stress ialah pertama kita harus menerima kondisi stress tersebut, selanjutnya kita cari tahu apa hal yang menyebabkan kita merasakan stress, lalu yang terakhir ialah mencari solusinya. Stress yang berkepanjangan dan tidak diatasi dengan baik, akan semakin menumpuk dan berdampak buruk pada kesehatan mental seseorang.
Masuk kepada materi terakhir yang dipandu oleh kak Sofwa, yaitu pembahasan mengenai “Lihat Sekitar Apa Yang Terjadi”. Pada sesi ini, peserta diminta untuk berdiskusi mengenai kebutuhan gizi dan informasi mengenai gizi seimbang berdasarkan dari lingkungan keluarga, teman sebaya, sekolah, dan masyarakat. Sebelum berdiskusi, tim fasilitator berinteraksi terlebih dahulu dengan para peserta. Kami menanyakan terkait kondisi di sekitar teman-teman peserta, apakah sudah peduli dengan gizi seimbang. Ada yang menjawab, “Orangtua saya di rumah sangat mengatur gizi yang dimakan sih kak. Tapi ketika saya di sekolah, karena enggak ada yang mengawasi, jadinya saya tetap jajan sembarangan.”. Ketika tim fasilitator bertanya kepada peserta, “Adakah yang makan mie setiap hari?”, terdengar ada beberapa orang yang menjawab iya. Lalu tim fasilitator bertanya lagi, “Atau ada yang makan gorengan setiap hari?”, terlihat beberapa anak mengangkat tangannya.
Selanjutnya, permasalahan di masing-masing lingkungan akan didiskusikan per kelompok. Diskusi ini dilakukan di kelompok yang telah dibagikan di awal yaitu sejumlah 8 kelompok. Mereka akan menganalisis permasalahan gizi sesuai dengan lingkungan yang sudah dibagikan oleh fasilitator dan membuat pohon masalah.
Setelah sesi 3 berakhir, kegiatan ditutup dengan pengisian post-test dengan tujuan untuk mengukur apakah terdapat peningkatan pengetahuan dari peserta sesudah mendapatkan materi. Tak lupa pula, teman-teman peserta memberikan evaluasi kepada tim Health Heroes Facilitator terhadap keberjalanan acara dari awal hingga akhir yang dituliskan di sticky note dan ditempelkan pada kertas plano. Acara selesai pada pukul 12.30 WIB dan ditutup dengan pemberian hadiah dan penghargaan kepada individu dan kelompok yang aktif mengikuti kegiatan ini.
Kegiatan implementasi ke sekolah ini menjadi pengalaman yang berharga untuk saya dan tim Health Heroes Facilitator yaitu kak Zaki dan kak Fahrezi. Kami berhasil memfasilitasi sesi, meski terdapat beberapa hal yang perlu diperbaiki yaitu efektivitas waktu, kurangnya koordinasi dengan pihak sekolah sehingga kami tidak dapat menempelkan kertas plano yang berisi rules dan juga evaluasi acara di tembok aula, dan juga keperluan ATK yang kurang sehingga sedikit mengganggu keberjalanan acara. Namun kami datang dengan persiapan matang sehingga acara pun berjalan sesuai mestinya dan seluruh materi yang sudah kami siapkan, tersampaikan dengan baik. Begitu pula antusiasme dari para peserta yang sangat patut untuk diapresiasi.
Selama melakukan implementasi ini, kami menyadari bahwa pengetahuan mengenai gizi seimbang masih sangat harus digencarkan. Timbulnya kesadaran untuk mengkonsumsi makanan yang sehat dan bergizi, harus dibekali juga dengan pengetahuan yang baik. Semoga aksi nyata kami untuk turun ke sekolah ini menjadi salah satu upaya kami dalam meningkatkan kesejahteraan remaja di Indonesia.
Ini adalah cerita timku di SMK Pembangunan Kota Bogor, bagaimana ceritamu?
Yuk, terus menyebarkan kesadaran akan pentingnya kesehatan mental dan gizi seimbang mulai dari diri sendiri dan sekitarmu ya!
satu Respon
Daftar sekarang resmi situs dijacktoto Terpercaya