“Ah, kita masih muda kok belum masanya terpapar penyakit!” Ucap seorang remaja yang sedang menenteng makanan cepat saji, ketika ia diingatkan temannya untuk mulai menghindari makanan atau minuman dengan kandungan gizi yang kurang.
“Ataauu jangan-jangan kamu habis baca data produsen pro Israel ya? kok ngelarang-ngelarang kita makan beginian?” Celetuk remaja lain sambil terbahak-bahak mencoba menampik isu bahwa makanan yang ia konsumsi itu minim gizi.
Berdasarkan fenomena di atas dapat kita ketahui bahwa minimnya pemahaman generasi Indonesia terhadap kebutuhan gizi dalam tubuh mereka, seolah-olah usia muda sama dengan sehat dan sehat sama dengan panjang umur, padahal kita tidak pernah tahu kan Sobat Youth? Kejadiaan na’as perkara kelalaian diri sendiri ini kapan terjadi? Sobat Youth pasti ingin tahu lebih lanjut tentang kondisi remaja Indonesia saat ini terutama mengenai awareness mereka terhadap gizi, scroll dulu ceritanya, let’s check this out!
Sebenarnya sudah menjadi rahasian umum, ketika kita mencoba untuk jeli dalam menganalisis pentingnya pemahaman terhadap gizi. Terbukti, Perserikatan Bangsa-Bangsa atau yang biasa kita kenal PBB telah menentukan 17 tujuan global dengan 169 capaian terukur dan tenggat yang jelas termuat dalam Sustainable Development Goals (SDGs 2030). Dua diantara 17 tujuan tersebut yaitu mengenai pangan dan kesehatan, diulang dalam dua poin berurutan yaitu pada poin ke-2 Zero Hunger dan poin ke-3 Good Health and Well-Being, Sobat Youth, coba diperhatikan! meletakkan isu pangan di poin dua setelah kemiskinan sudah cukup menandakan bahwa, dunia memang serius dalam menanggapi fenomena ini, bahkan terulang dan penuh penekanan pada poin tiga dengan narasi kehidupan sehat serta sejahtera.
Ketika ditinjau lebih lanjut penanganan gizi oleh suatu negara berkaitan erat dengan strategi kemajuan sebuah bangsa dalam menciptakan sumber daya manusia yang sehat, cerdas, dan produktif. Keadaan tubuh yang baik dikarenakan gizi yang cukup merupakan salah satu faktor penting dalam upaya mencapai derajat kesehatan yang optimal. Namun, pada kenyataannya masih banyak orang dari berbagai segmen sosial yang kurang peduli akan gizi dari makanan atau minuman yang mereka konsumsi. Sebenarnya rasa kurang peduli ini bukan dikarenakan tidak tahu, tetapi tidak mau untuk mengubah ke arah pola hidup yang lebih baik.
Sejalan dengan fenomena tersebut terdapat kejadian nyata yang telah membuat mayoritas warga sekolah di lingkungan saya belajar, mereka cukup tercengang dengan adanya salah satu siswi yang tiba-tiba tidak sadarkan diri ketika berpartisipasi dalam kegiatan sekolah dengan diagnosa dokter yaitu ia telah mengidap penyakit diabetes melitus dengan kadar gula darah mencapai angka >500gr/dl.
Usut punya usut didapatkan informasi bahwa siswi tersebut sangat suka dan sering mengonsumsi kecap dengan cara menambahkan disetiap makanan apapun yang hendak ia konsumsi. “Kalau ndak manis, saya ndak doyan!” begitu ucapnya ketika beberapa saat pasca sadar setelah cukup lama tidak sadarkan diri. Dalam kasus tersebut sebenarnya kita mengetahui bahwa asupan tersebut tidak lagi sehat dan cocok untuk tubuh namun karena pemahaman telah didominasi oleh nafsu, maka yang sehat menjadi terkesan tidak nikmat.
Seringkali pola hidup sehat dianggap remeh karena dampaknya tidak secara langsung terjadi. Padahal pola hidup sehat sangat berdampak besar pada kualitas hidup kita. Banyak sekali cara untuk memulai pola hidup sehat yang simple untuk dilakukan sehari-hari. Mayoritas orang Indonesia, sulit memulai pola hidup sehat dikarenakan tidak ada kemauan dari dirinya sendiri, yaitu dengan menunda-nunda, kalimat yang sangat familiar terdengar yaitu “Ah, besok aja deh mulainya, besok aja mulai makan sehat” berakhir tidak kunjung untuk memulai. Oleh karena itu masalah gizi tidak hanya sekedar masalah kelebihan konsumsi gula.
Namun, Masalah gizi di Indonesia beraneka ragam seperti Kurang Energi Protein (KEP), Kekurangan Vitamin A (KVA), Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY), kekurangan zat besi atau Anemia Gizi Besi (AGB), dan gizi lebih penyebab obesitas. Sinergitas antar lembaga baik sebagai pembuat kebijakan atau hanya pelaksana saja merupakan hal yang krusial untuk mengatasi permasalahan ini.
Dari kendala-kendala yang ada, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dan berbagai yayasan kesehatan membuat berbagai ide sebagai upaya untuk masyarakat dapat memulai hidup sehat. Salah satu upaya yang digagas oleh Kemenkes adalah membuat campaign yang bernama GERMAS yaitu Gerakan Masyarakat Hidup Sehat. Aksi GERMAS ini juga diikuti dengan memasyarakatkan perilaku hidup bersih sehat dan dukungan untuk program infrastruktur dengan basis masyarakat.
Salah satu kegiatan dari campaign GERMAS ini ialah Gerakan #kerendimakan untuk mengkampanyekan bahwa “Makan buah itu selain sehat juga keren”. Kegiatannya antara lain menghimbau semua anak sekolah untuk membawa bekal buah, minimal sekali dalam seminggu. Selain Kemenkes adapun salah satu yayasan kesehatan di Indonesia yaitu Rise Foundation memiliki fokus yang serius terhadap isu kesehatan dan kecukupan gizi terutama pada remaja. Rise Foundation memiliki berbagai upaya salah satunya yaitu menginformasikan serta mengenalkan logo pilihan lebih sehat dengan tujuan agar remaja Indonesia mulai terpapar informasi tersebut secara bertahap dan berkelanjutan.
Salah satu logo yang masih banyak diabaikan oleh banyak remaja yaitu cheklist hijau. Logo tersebut memiliki arti bahwa kandungan pada produk tersebut dapat terbilang lebih sehat dibandingkan produk lainnya yang sejenis. Upaya Kemenkes dan yayasan kesehatan Indonesia mencoba untuk selalu memasyarakatkan pola hidup sehat yang dikemas dalam berbagai bentuk kegiatan, bahkan beberapa teman di lingkungan termasuk saya adalah kategori remaja yang mulai aware dengan isu kesehatan ketika berpartisipasi dalam berbagai kegiatan mereka. Sedangkan, tentu saja ada maksud lain dari terlibatnya kami dalam agenda tersebut ialah kemampuan kami untuk mendistribusikan serta memberi dampak yang cukup signifikan kepada keluarga dan teman-teman agar terciptanya kualitas masyarakat Indonesia yang sehat.
Dari paparan di atas kita sebagai generasi muda dengan sebutan agen of change sudah selayaknya memulai pola hidup sehat sejak dini. Karena, bila kita tidak memulai dari diri kita sendiri maka, upaya-upaya untuk mengubah sesuatu lebih baik tersebut tidak akan segera terwujud. Lakukan aksi-aksi kecil dalam hidupmu untuk membuat hal baru di duniamu. Jangan lupa ya Sobat Youth! yang paling penting adalah jadilah sadar sebelum terpapar. Karena hanya bisa menjadi sabar ketika tubuh sudah tepar disebabkan gizi yang tidak tertakar.
REFERENSI
1. Ariani Setiaputri, Karinta. “Panduan Memenuhi Gizi Seimbang untuk Anak Remaja”. hellosehat.com, 7 September 2023, https://hellosehat.com/parenting/remaja/kesehatan-remaja/kebutuhan-gizi-remaja/
2. Pininta Kasih, Ayunda. “Peneliti UI: Tiga Masalah Gizi Ancam Masa Depan Remaja Indonesia”. kompas.com, 5 Agutus 2021, https://www.kompas.com/edu/read/2021/08/05/190000671/peneliti-ui–tiga-masalah-gizi-ancam-masa-depan-remaja-indonesia
3. Yoga Aditama, Tjandra. “SDG Kesehatan dan G-20 Indonesia”. mediaindonesia.com, 7 April 2022, https://mediaindonesia.com/opini/483892/sdg-kesehatan-dan-g-20-indonesia#:~:text=Namun%2C%20selain%20Goal%203%2C%20banyak%20juga%20goal%20lain,serta%20goal%2017%20tentang%20Kemitraan%20untuk%20Mencapai%20Tujuan.
4. Naimah, Shylma. “10 Tips Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Sehari-hari untuk Lindungi Diri dan Keluarga”. hellosehat.com, 6 Agustus 2021, https://hellosehat.com/hidup-sehat/kebersihan-diri/perilaku-hidup-bersih-sehat/
5. Anonym. “Menkes: ada 3 kelompok permasalahan gizi di Indonesia”. kemkes.go.id, 21 November 2012, https://www.kemkes.go.id/id/rilis-kesehatan/menkes-ada-tiga-kelompok-permasalahan-gizi-di-indonesia
6. Aulia Ahmad, Nurul. “7 Langkah Germas, Gerakan Masyarakat Hidup Sehat, Termasuk Rutin Periksa Kesehatan”. orami.co.id, 12 November 2022, https://www.orami.co.id/magazine/germas