Menggali Dampak Obesitas Melalui Lensa Gaya Hidup Dan Kebiasaan Makan

dampak obesitas

Health Heroes – Akhir-akhir ini, masifnya kasus obesitas di Indonesia telah menarik perhatian masyarakat. Obesitas, atau yang dikenal sebagai New World Syndrome, merupakan penyakit yang disebabkan oleh gaya hidup dan kebiasaan makan, bukan karena bakteri atau parasit. Tingginya angka obesitas di Indonesia terus meningkat setiap tahun, dan paradoksnya, obesitas menjadi penyumbang utama pada tingkat kematian akibat penyakit tidak menular (PTM).

Tingkat obesitas yang terus meningkat, seperti yang diungkapkan oleh Dicky Tahapary, Ketua bidang Indonesian Society for the Study of Obesity (ISSO), menjadi perhatian serius. Obesitas, yang dulunya dianggap sebagai simbol kemakmuran, kini dapat menyebabkan berbagai penyakit berbahaya. Contohnya, baru-baru ini, seorang pria obesitas di Tangerang, Muhammad Fajri, dengan berat badan 300 kg meninggal di dunia, menambah statistik kematian akibat obesitas di Indonesia.

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 mencatat peningkatan tiga kali lipat dalam prevalensi obesitas di Indonesia, dari 10,3% pada tahun 2007 menjadi 23,1% pada tahun 2018. Prevalensi ini juga mencapai tingkat global, dengan satu miliar penduduk dunia diperkirakan mengalami mengalami mengalami obesitas. Obesitas bukan hanya masalah fisik, tetapi juga merupakan faktor risiko utama dalam perkembangan PTM, seperti penyakit jantung koroner, stroke iskemik, dan diabetes melitus.

Mengatasi masalah obesitas memerlukan tindakan konkret dari pemerintah dan masyarakat. Pemerintah Indonesia telah mengeluarkan peraturan, seperti Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 30 Tahun 2013, untuk mengatur informasi kandungan gula, garam, dan lemak pada makanan olahan. Program GERMAS dan GENTAS juga telah diluncurkan untuk mengurangi angka obesitas, meskipun tantangannya masih besar. Peran orang tua dalam mengontrol pola makan anak menjadi sangat penting, dan edukasi mengenai literasi makanan perlu ditingkatkan. Fenomena seperti mukbang dan kemandirian pada media sosial berkontribusi pada pola makan yang tidak sehat. Selain itu, berkurangnya aktivitas fisik di Indonesia menjadi masalah serius, dengan rata-rata penduduk hanya bergerak sekitar 3.513 langkah per hari.

Selain itu, makanan junkfood yang dijual dalam paket hemat, contohnya paket A Terdiri dari nasi, ayam goreng, hamburger, kentang goreng, dan minuman manis berukuran sekitar 600 ml. Kemasan makanan seperti ini menyebabkan kurangnya pengendalian terhadap kandungan garam, gula, dan lemak yang terdapat di dalamnya. Hal ini dapat dilihat dari ketidakadanya informasi tentang komposisi gula, garam, dan lemak yang tercantum pada kemasan tersebut. Oleh karena itu, saat mengonsumsi makanan tersebut, kita tidak mengetahui berapa jumlah gula, garam, dan yang kita konsumsi. Junkfood biasanya mengandung kalori tinggi, gula, lemak jenuh, dan sodium. Menurut Anita (2011) banyaknya lemak jenuh dapat menyebabkan berat badan bertambah dan memicu obesitas.

Dalam press briefing mengenai situasi obesitas terkini di Indonesia oleh Kementerian Kesehatan RI pada tanggal 11 Juli 2023, disebutkan bahwa konsumsi gula harian setara dengan 500 gram, konsumsi garam setara dengan 200 gram, dan konsumsi lemak setara dengan 67 gram. Dengan demikian, partisipasi masyarakat yang lebih luas dapat membantu menurunkan angka obesitas di Indonesia. Dalam menghadapi masalah ini, peran orang tua dan pemerintah sangat krusial. Meskipun sudah ada perubahan positif, upaya lebih lanjut perlu dilakukan. Edukasi literasi, pengendalian makanan junkfood, dan promosi gerakan aktif menjadi langkah-langkah penting dalam mencapai tingkat optimal dan mengurangi dampak obesitas terhadap kesehatan dan perkembangan sosial-ekonomi di Indonesia.

Referensi :

Kementerian Kesehatan RI (2023) Press Briefing: Situasi Terkini Obesitas di Indonesia. https://www.youtube.com/watch?v=ULdn5obu1nw.

Magazine, B. (2017) ‘Data Ponsel Dunia: Orang Indonesia Paling malas berjalan kaki,’ Detiknews, 12 July. https://news.detik.com/bbc-world/d-3556790/data-ponsel-dunia-orang-indonesia-paling-malas-berjalan-kaki.

Rosmiati, R. and Firmansyah, H. (2023) ‘Validitas Skor Faktor Pola Makan Modern untuk Mengidentifikasi Obesitas pada Pekerja Dewasa di Indonesia,’ Jurnal Kesehatan Indonesia : The Indonesian Journal of Health, 13(2), p. 89. https://doi.org/10.33657/jurkessia.v13i2.838.

Facebook
X
Threads
LinkedIn

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Event Kami

Ruang Kata 4

Artikel Populer

Artikel Terkait

Translate »