Efektifitas Program 4 Sehat 5 Sempurna dalam Menjawab Tantangan Gizi Masa Kini

Gizi merupakan suatu hal yang penting untuk menjaga kesehatan dan kesejahteraan manusia. Kunci untuk menjaga tubuh agar tetap sehat, tercegah dari berbagai penyakit, mendukung pertumbuhan dan perkembangan yang optimal adalah gizi yang cukup dan seimbang.

Gizi yang terkandung dalam makanan yang kita konsumsi ini mempengaruhi fungsi tubuh untuk bekerja lebih baik. Gizi juga dapat diartikan sebagai elemen dalam sebuah makanan yang dapat dimanfaatkan secara langsung oleh tubuh kita. Zat gizi juga biasanya di sebut dengan nutrisi, nutrisi meliputi karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, dan air. Tubuh kita sangat membutuhkan  nutrisi untuk menjalani kehidupan sehari-hari.

Program 4 sehat 5 sempurna adalah program makanan yang mempunyai gizi yang lengkap untuk tubuh. Didalam makanan 4 sehat 5 sempurna ini mempunyai kandungan berupa karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral. Makanan yang termasuk dalam 4 sehat 5 sempurna adalah makanan pokok, aneka lauk pauk, sayur, buah, dan susu.

4 sehat 5 sempurna dari Basic Four yang diperkenalkan oleh American Dietetic Association (ADA), merupakan program kampanye untuk masyarakat tentang gizi yang seimbang. Kampanye ini kemudian menjadi gaya hidup untuk masyarakat yang pastinya seimbang dengan pola hidup sehat lainnya, termasuk olahraga rutin, istirahat cukup, dan mengontrol stres. Namun, setelah penerapan makanan 4 Sehat 5 Sempurna ternyata bermunculan banyak masalah terkait overweight/obesitas dan malnutrisi.

Overweight atau obesitas adalah kondisi dimana seseorang memiliki berat badan diatas batas normal untuk tinggi badan mereka. Overweight atau obesitas ini dapat terjadi akibat 4 sehat 5 sempurna, dikarenakan Overweight atau kelebihan berat badan dapat terjadi akibat konsumsi makanan dalam jumlah besar menyebabkan kelebihan kalori akibat karbohidrat dan lemak, fokus pada kelompok makanan tertentu secara berlebihan, dan pola makan mereka monoton dan kurang seimbang yang berujung membuat kebiasaan makan yang tidak sehat.

Untuk mengetahui apakah berat badan seseorang termasuk ideal (normal) atau termasuk obesitas bisa dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Untuk pria, berat badan ideal = (tinggi badan – 100) – [(tinggi badan – 100) x 10%]

Untuk wanita, berat badan ideal = (tinggi badan – 100) – [(tinggi badan – 100) x 15%]

Malnutrisi merupakan kondisi dimana tubuh kekurangan nutrisi yang mengakibatkan tubuh tidak bisa bekerja secara optimal. Malnutrisi ini dapat terjadi akibat pola makan yang tidak seimbang, keterbatasan variasi makanan, terabaikannya sumber nutrisi yang penting.

Pada tahun 1990, Basic Four diganti menjadi Nutrition Guide for Balance Diet atau Pedoman Umum Gizi Seimbang. Kemudian pada tahun 2014, PUGS berganti menjadi Pedoman Gizi Seimbang (PGS) atau Isi Piringku. Bukan hanya mengatur jenis makanan dan minuman yang seharusnya dikonsumsi setiap kali makan, Isi Piringku ini juga memberikan informasi tentang porsi yang sebaiknya dikonsumsi agar bisa memenuhi kebutuhan gizi dalam satu hari.

Perubahan pola konsumsi masyarakat berdampak pada meningkatnya kasus penyakit obesitas dan diabetes. Selain itu, Indonesia menghadapi krisis gizi ganda, yaitu kekurangan gizi seperti stunting serta tingginya angka obesitas. Program 4 Sehat 5 Sempurna, yang diperkenalkan sejak 1950-an, perlu dikaji ulang efektivitasnya dalam menjawab tantangan gizi saat ini.

Meskipun telah berkembang menjadi Pedoman Gizi Seimbang (PGS), banyak masyarakat masih lebih familiar dengan konsep lama ini. Oleh karena itu, penelitian ini penting untuk menilai apakah 4 Sehat 5 Sempurna masih relevan dalam meningkatkan kesadaran gizi atau perlu disesuaikan dengan masa kini.

Ketidak Efektifan Program 4 Sehat 5 Sempurna

Program 4 Sehat 5 Sempurna, yang diperkenalkan di Indonesia pada tahun 1960-an, bertujuan untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat mengenai pentingnya konsumsi makanan yang mengandung gizi seimbang. Program ini berfokus pada lima komponen makanan utama: makanan pokok, lauk pauk, sayur, buah, dan susu.

Meskipun program ini sukses meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya pola makan yang bergizi, penerapannya kurang relevan dalam konteks pola makan modern yang semakin beragam. Dalam beberapa dekade terakhir, perubahan pola makan dan gaya hidup memunculkan sejumlah masalah, seperti overweight atau obesitas dan malnutrisi.Beberapa faktor yang mempengaruhi timbulnya masalah tersebut antara lain:

  1. Kelebihan Kalori (Overweightatau Obesitas)
    Salah satu dampak yang paling mencolok dari penerapan 4 Sehat 5 Sempurna adalah kecenderungan untuk mengonsumsi makanan dalam jumlah yang berlebihan, terutama makanan yang tinggi karbohidrat dan lemak. Misalnya, konsentrasi pada konsumsi nasi sebagai sumber karbohidrat, serta lauk pauk yang mengandung protein hewani berlemak, dapat menyebabkan asupan kalori berlebih. Ketika tubuh mengonsumsi lebih banyak kalori dari yang dibutuhkan, kalori tersebut disimpan dalam bentuk lemak, yang pada gilirannya meningkatkan risiko obesitas.

Obesitas bukan hanya masalah biasa, tetapi juga meningkatkan risiko berbagai penyakit kronis seperti Diabetes tipe 2, Hipertensi, dan penyakit jantung. Menurut penelitian yang dilakukan oleh WHO (2018), angka obesitas di Indonesia semakin meningkat, yang berkaitan dengan perubahan pola makan dan gaya hidup, serta konsumsi makanan yang tinggi kalori namun rendah gizi.

  1. Keterbatasan Konsumsi Makanan dan Malnutrisi
    Meskipun 4 Sehat 5 Sempurna mengatur konsumsi berbagai jenis makanan, dalam kenyataannya, program ini terkadang menyebabkan konsumsi makanan yang terbatas dan monoton, terutama dalam kelompok masyarakat yang tidak memiliki keberagaman dalam pilihan makanan. Misalnya, di beberapa daerah pedesaan, masyarakat lebih sering mengonsumsi makanan pokok berupa nasi putih tanpa variasi yang cukup dari sumber karbohidrat lainnya, seperti jagung, ubi, atau kentang.

Hal ini berpotensi mengakibatkan malnutrisi, di mana tubuh kekurangan zat penting, seperti vitamin dan mineral yang tidak dapat diperoleh dengan mengandalkan satu jenis makanan saja. Malnutrisi ini dapat memengaruhi kesehatan secara keseluruhan, mengganggu pertumbuhan anak, serta meningkatkan kerentanannya terhadap penyakit. Kekurangan zat besi dapat menyebabkan Anemia, sementara kekurangan vitamin A dapat mengganggu fungsi penglihatan.

Pola makan anak usia sekolah cenderung tinggi makanan jajanan dan rendah buah dan sayuran (Almatsier et al., 2011). Penelitian yang dilakukan oleh Amalia et al. (2012) menunjukkan bahwa jajanan yang paling sering dikonsumsi anak sekolah adalah makanan digoreng, minuman, dan kue, sedangkan buah dikonsumsi dengan frekuensi rendah.

Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2010 menunjukkan bahwa sebesar 41,2% anak usia sekolah di Indonesia mengonsumsi energi di bawah kebutuhan minimal, yaitu <70% Angka Kecukupan Gizi (AKG). Kondisi ini dapat berdampak pada terjadinya wasting pada anak.

Berdasarkan Riskesdas tahun 2013, sebesar 11,2% anak usia 5-12 tahun di Indonesia mengalami wasting. Selain wasting, prevalensi obesitas pada anak usia tahun juga tergolong tinggi, yaitu sebesar 18,8%. Provinsi Jawa Barat, memiliki prevalensi gizi lebih dan gizi kurang pada anak usia 5-12 tahun sebesar 18,6% dan 9,1%. Prevalensi di Kabupaten Bogor sebesar 17,2% dan 7,8% (Kemenkes RI, 2013). Hal ini membuktikan bahwa beban gizi ganda masih dihadapi Indonesia.

Pesan Gizi Seimbang sebagai Penyempurna 4 Sehat 5 Sempurna

Pesan Gizi Seimbang (PGS) merupakan pedoman pola makan yang disusun oleh pemerintah sejak Tahun 1992. Meskipun sudah lama, namun kenyataannya sebagian masyarakat Indonesia belum mengetahui bahkan belum pernah mendengar istilah PGS (Program Gizi Seimbang).

Masyarakat Indonesia justru lebih mengenal Empat Sehat Lima Sempurna, yang kini sudah tidak berlaku karena tidak sesuai dan tidak lengkap informasinya. Akibat banyaknya masyarakat yang tidak mengetahui pola makan yang baik, jumlah malnutrisi baik gizi kurang dan gizi lebih di Indonesia semakin meningkat. Pesan Gizi Seimbang berbeda dengan Empat Sehat Lima Sempurna. Pesan Gizi Seimbang berisi informasi yang lebih banyak dan lebih lengkap tentang pola makan.

Konsep ini berfokus pada proporsi makanan yang lebih seimbang, mengutamakan keberagaman konsumsi makanan yang mengandung karbohidrat, protein, lemak sehat, vitamin, dan mineral.

Pedoman Gizi Seimbang lebih fleksibel dan berbasis pada pola makan yang disesuaikan dengan kebutuhan individu, bukan sekadar urutan makanan yang harus dikonsumsi. Dengan penerapan pedoman ini, diharapkan masyarakat dapat lebih bijaksana dalam memilih dan mengatur jenis makanan yang dikonsumsi, serta lebih memperhatikan porsi yang tepat.

Isi Piringku ini merupakan visualisasi dari Pedoman Gizi Seimbang, memberi penekanan pada pentingnya variasi dalam pola makan, pembagian porsi yang tepat (setengah piring untuk sayur dan buah, seperempat piring untuk karbohidrat, dan seperempat piring untuk protein), serta memperkenalkan kebiasaan makan yang lebih sehat. Penyajian yang sederhana ini bertujuan agar masyarakat lebih mudah memahami dan mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Dari gambar di atas menunjukkan gambaran porsi yang dianjurkan pedoman isi piringku. Setengah piring diisi dengan kombinasi buah-buahan (1/3) dan sayuran (2/3), sementara setengah piring lainnya terdiri dari lauk-pauk (1/3) dan makanan pokok atau karbohidrat (2/3).

Buah dan sayur memberikan vitamin, mineral, dan serat yang penting untuk kesehatan, sedangkan makanan pokok seperti nasi atau umbi-umbian menjadi sumber energi utama. Lauk-pauk seperti ikan, daging, atau tahu menyediakan protein yang dibutuhkan tubuh. Dengan mengikuti panduan ini, kita dapat memastikan asupan nutrisi yang seimbang setiap hari.

Meninjau perbedaan 4 Sehat 5 Sempuna dengan Pedoman Gizi Seimbang

Perbedaan utama antara 4 Sehat 5 Sempurna dan Pedoman Gizi Seimbang terletak pada pendekatannya. 4 Sehat 5 Sempurna lebih sederhana dan hanya berfokus pada lima jenis makanan pokok tanpa memperhatikan proporsi atau keberagaman yang lebih rinci. Sebaliknya, Pedoman Gizi Seimbang mengusung prinsip keberagaman, keseimbangan, serta memperhatikan kualitas dan kuantitas makanan yang lebih terperinci. PGS juga mencakup aspek gaya hidup sehat secara keseluruhan, termasuk aktivitas fisik dan kebiasaan hidup bersih.

Salah satu perbedaan mendasar antara 4 Sehat 5 Sempurna dengan Pedoman Gizi Seimbang adalah tentang keberadaan susu dalam pedoman tersebut. Pada 4 Sehat 5 Sempurna, susu dianggap sebagai bagian penting dalam melengkapi kebutuhan gizi, namun kini susu tidak lagi dianggap sebagai komponen yang wajib dalam Pedoman Gizi Seimbang.

Hal ini disebabkan oleh pemahaman baru bahwa kebutuhan gizi tubuh dapat dipenuhi dengan berbagai sumber makanan lainnya, dan susu bukanlah satu-satunya sumber kalsium atau protein. Sebagai contoh, sumber kalsium dapat diperoleh dari sayuran hijau, tahu, tempe, serta produk olahan lainnya. PGS lebih mengedepankan keberagaman sumber makanan yang lebih luas dan proporsional, menyesuaikan dengan kebutuhan tubuh secara individual.

Permasalahan yang muncul dalam penerapan konsep 4 Sehat 5 Sempurna adalah kesalahpahaman yang sering terjadi di masyarakat, di mana banyak orang menganggap bahwa susu harus selalu dikonsumsi dalam jumlah tertentu tanpa mempertimbangkan faktor lain seperti intoleransi laktosa atau kebutuhan gizi individu.

Oleh karena itu, Pedoman Gizi Seimbang memberikan alternatif lain dan lebih fleksibel dalam memenuhi kebutuhan gizi tubuh. Selain itu, PGS juga menekankan pada pola makan yang tidak berlebihan, karena konsumsi makanan yang berlebih dapat menyebabkan masalah kesehatan seperti obesitas atau penyakit metabolik.

Kesimpulannya, peralihan dari 4 Sehat 5 Sempurna ke Pedoman Gizi Seimbang menunjukkan adanya perkembangan dalam pemahaman gizi yang lebih canggih dan berbasis pada riset ilmiah yang lebih terkini. PGS lebih relevan dengan kondisi kesehatan masyarakat yang dinamis dan memberikan penekanan pada keseimbangan, keberagaman, serta kecukupan gizi.

Hal ini penting untuk memastikan bahwa setiap individu mendapatkan makanan yang sesuai dengan kebutuhan tubuhnya, tanpa harus terjebak pada konsep yang terlalu sederhana dan kaku seperti yang terdapat dalam 4 Sehat 5 Sempurna.

Solusi Mengatasi Dampak Program 4 Sehat 5 Sempurna

Mengingat berbagai masalah yang timbul akibat penerapan 4 Sehat 5 Sempurna, ada beberapa solusi yang dapat diterapkan untuk memperbaiki pola makan masyarakat agar lebih sehat dan bergizi seimbang. Solusi ini berfokus pada penerapan Pedoman Gizi Seimbang yang lebih relevan dengan kebutuhan masyarakat masa kini. Beberapa solusi yang dapat dilakukan adalah:

  1. Edukasi Gizi yang Lebih Mendalam dan Menyeluruh
    Pendidikan gizi menjadi kunci dalam membentuk pola makan yang sehat. Hal ini mencakup pemahaman mengenai pentingnya keberagaman makanan yang mengandung berbagai zat gizi, bukan hanya sekadar porsi atau jenis makanan yang harus dikonsumsi. Kampanye pendidikan yang berfokus pada manfaat makanan lokal yang bergizi, serta mengedukasi masyarakat untuk tidak bergantung pada satu jenis makanan saja, sangat penting.
  2. Penekanan pada Porsi dan Variasi Makanan yang Seimbang
    Pedoman Gizi Seimbang yang terdapat dalam Isi Piringkumemberikan gambaran yang jelas tentang bagaimana mengatur porsi makanan agar sesuai dengan kebutuhan gizi. Masyarakat harus diajarkan untuk memilih makanan dengan proporsi yang tepat, di mana setengah piring terdiri dari buah dan sayuran, seperempat piring untuk sumber karbohidrat kompleks, dan seperempat piring untuk sumber protein. Pendekatan ini lebih efektif dalam menciptakan pola makan yang seimbang dan mendukung kesehatan tubuh.
  3. Promosi Konsumsi Makanan Sehat dan Berkelanjutan
    Selain memperhatikan keseimbangan gizi, konsumsi makanan juga harus memperhatikan aspek keberlanjutan lingkungan. Penggunaan bahan makanan yang berasal dari pertanian lokal dan ramah lingkungan, serta mengurangi konsumsi makanan olahan dan cepat saji yang tinggi kalori dan rendah gizi, menjadi langkah penting untuk menjaga kesehatan tubuh dan keberlanjutan alam.
  4. Meningkatkan Aktivitas Fisik dan Pola Hidup Sehat
    Selain memperbaiki pola makan, penting untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya aktivitas fisik. Olahraga yang rutin dan gaya hidup yang aktif dapat membantu menjaga keseimbangan kalori dalam tubuh, meningkatkan metabolisme, dan mencegah obesitas.Oleh karena itu, penting untuk mengintegrasikan pola makan sehat dengan kebiasaan fisik yang aktif untuk mencapai tubuh yang sehat secara menyeluruh.

 

Meskipun program 4 Sehat 5 Sempurna berhasil meningkatkan kesadaran akan pentingnya konsumsi makanan bergizi, konsepnya tidak lagi sepenuhnya efektif dalam menghadapi tantangan gizi modern. Program ini kurang menekankan keseimbangan porsi makanan dan tidak cukup memperhatikan variasi asupan gizi.

Akibatnya, beberapa masalah seperti kelebihan konsumsi kalori, obesitas, serta malnutrisi masih terjadi. Sebagai solusi, Pedoman Gizi Seimbang (PGS) yang lebih fleksibel telah diperkenalkan untuk menggantikan konsep 4 Sehat 5 Sempurna, dengan pendekatan yang lebih sesuai dengan  kondisi kesehatan masyarakat saat ini.

Program 4 Sehat 5 Sempurna mengenalkan pentingnya gizi bagi masyarakat. Namun, dalam konteks kebutuhan gizi modern yang lebih kompleks, program ini sudah tidak relevan lagi. Pedoman Gizi Seimbang dan Isi Piringku, lebih sesuai dengan perkembangan ilmu gizi dan tantangan kesehatan saat ini.

Oleh karena itu, meskipun 4 Sehat 5 Sempurna memiliki sejarah yang kuat dalam edukasi gizi, pendekatan yang lebih komprehensif dan berbasis sains perlu diterapkan untuk memastikan pola makan yang lebih sehat dan berkelanjutan bagi masyarakat.

#LokalBergizi #UrbanFutures #PanganLokal #OrangMuda #AksiMuda #ClimateJustice #KeadilanIklim #Youthivist #DigitalYouthActivism

Facebook
X
Threads
LinkedIn

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Event Kami

Ruang Kata 4

Artikel Populer

Artikel Terkait

Translate »