Bergizi saja tidak cukup
Oleh : Meita Nursurya
Kereta yang berjalan pasti akan sampai ke tempat tujuan akhir walaupun dengan penumpang yang berganti-gantian. Tak perlu takut kelaparan, didalam kereta disediakan berbagai makanan dengan berbagai jenis, bentuk, porsi dan nilai gizi yang berbeda-beda. Namun hal ini bukan tentang kereta dan seisinya. Tapi tentang kehidupan dengan berbagai macam hidangan didalamnya, kita bisa memilih dan memilah sesuatu hal untuk kita konsumsi, namun perlu digaris bawahi apapun yang kita makan sejatinya akan memberikan dampak ke tubuh kita.
Kenalin, aku Meita Nursurya seorang mahasiswi kebidanan. Menjadi seorang bidan merupakan impian yang sudah aku rancang sejak waktu SMA, melihat kerisauan yang ada di masyarakat terlebih ketika ada seorang Ibu yang memiliki anak stunting, berat badan lahir rendah, bahkan ada seorang ibu yang mengalami perdarahan pasca persalinan.
“Mba, kenapa ya anak saya badannya pendek dibanding teman-teman seusianya?”
“Mba, saya sudah mau menjelang persalinan tapi mengapa kadar Hb saya masih kurang ya? Padahal saya sudah banyak mengonsumsi makanan yang bergizi”
“Mba, saya seharian mual muntah terus, kira-kira gimana caranya biar makanannya bisa masuk ya? Kasian sama bayi saya belum dapat asupan.”
Pertanyaan-pertanyaan itu yang membuat isi kepala ini bertanya-tanya, apakah makanan yang bergizi saja sudah cukup? Apakah dengan memakan makanan yang bergizi sudah menutupi segala permasalahan yang ada? Lalu, mengapa masih ada seorang Ibu yang merasa tidak relate dengan apapun yang dimakan? Inilah yang harus menjadi alasan bahwa jika hanya sekedar memakan makanan yang bergizi saja tidak cukup. Namun harus sesuai dengan porsi dan kebutuhan yang memang dibutuhkan.
Kebutuhan zat besi selama kehamilan akan meningkat karena digunakan untuk pembentukan sel dan jaringan baru termasuk jaringan otak pada janin. Zat besi merupakan unsur penting dalam pembentukan hemoglobin pada sel darah merah. Hemoglobin berfungsi untuk mengikat oksigen dan menghantarkan oksigen ke seluruh sel jaringan tubuh, termasuk otot dan otak.
Bila seorang ibu hamil kekurangan hemoglobin, maka ibu hamil dikatakan mengalami anemia atau kurang darah. Seorang ibu hamil yang memiliki riwayat anemia tidak akan memenuhi kebutuhan nutrisinya jika hanya memakan makanan yang berisi lauk-pauk biasa ditambah sedikit sayur. Namun, menurut KEMENKES bahwa Ibu hamil wajib mengonsumsi minimal 60 Tablet Tambah Darah. Hal ini meninjau dari Kebutuhan kandungan zat besi (Fe) pada Ibu hamil sekitar 800 mg. Adapun kebutuhan tersebut terdiri atas 300 mg yang dibutuhkan untuk janin dan 500 gram untuk menambah masa hemoglobin maternal. Kelebihan sekitar 200 mg dapat diekskresikan melalui usus, kulit, dan urine. Pada makanan ibu hamil, tiap 100 kalori dapat menghasilkan sebanyak 8-10 mg Fe.
Perhitungan makan sebanyak 3 kali, dengan kalori sebanyak 2500 kal dapat menghasilkan 20-25 mg zat besi setiap harinya. Selama masa kehamilan lewat perhitungan 288 hari, wanita hamil bisa menghasilkan zat besi sekitar 100 mg. Dengan demikian, kebutuhan Fe (zat besi) masih kurang pada wanita hamil sehingga membutuhkan asupan tambahan berupa tablet Fe
Bukan tanpa alasan ketetapan itu berlaku. Tak lain hal itu ditetapkan agar seorang ibu dan bayi yang berada dalam kandungan bisa tercukupi asupan nutrisinya. Selain permasalahan Ibu hamil, seorang remaja putri juga dianjurkan untuk meminum Tablet Tambah Darah. Apakah tanpa alasan? Tidak, alasan kecilnya adalah seorang remaja putri akan mengalami mens/haid disetiap bulannya, sehingga diharuskan meminum tablet tambah darah, adakah alasan besarnya? Ada, seorang remaja ketika sudah menikah dengan nutrisi yang tidak terpenuhi akan lebih rentan melahirkan anak yang stunting.
Hal ini melansir dari laman resmi Ayo Sehat KEMENKES RI, pemberian Tablet Tambah Darah dapat berguna mencegah kelahiran bayi dengan tubuh pendek (stunting) atau berat badan lahir rendah (BBLR). Dengan konsumsi tablet tambah darah secara rutin, diharapkan potensi anemia pada remaja putri dan lahirnya bayi dalam keadaan stunting dapat berkurang di Indonesia.
Di Indonesia sendiri saat ini sudah hampir 100 ribu antropometri modern disebar luaskan ke 300 ribu Posyandu kabupaten atau kota di Indonesia, yang diupayakan sebagai langkah mencegah stunting. Jadi, jika berat badan Balita saat ditimbang tidak naik atau turun harus segera diintervensi dengan penambahan makananan yang baik terutama protein hewani, jangan sampai sudah masuk ke level stunting atau gizi kronis agar penyembuhannya bisa cepat.
Upaya untuk merealisasikan Transformasi Layanan Primer tentang mengatasi masalah gizi di Indonesia yaitu dengan meningkatkan layanan promotif dan preventif yang lebih terarah di seluruh masyarakat Indonesia agar kualitas kesehatan pun menjadi jauh lebih baik. Dalam hal ini, peran ahli gizi sangat diperlukan untuk dapat mengedukasi masyarakat agar dapat mengatur pola hidupnya dan mengubah paradigma masyarakat untuk dapat menjaga kesehatannya.
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 41 tahun 2014 tentang pedomen gizi, Gizi yang tidak optimal berkaitan dengan kesehatan yang buruk, dan meningkatkan resiko penyakit infeksi, dan penyakit tidak menular seperti penyakit kardiovaskular (penyakit jantung dan pembuluh darah, hipertensi dan stroke), diabetes serta kanker yang merupakan penyebab utama kematian di Indonesia. Lebih separuh dari semua kematian di Indonesia merupakan akibat penyakit tidak menular.
Pemenuhan gizi yang seimbang terhadap remaja, ibu hamil, dan kategori lainnya perlu di lihat secara terperinci. Jangan sampai moment-moment bahagia menyambut tumbuh kembang untuk menghindari penyakit ataupun kecacatan hanya menjadi angan-angan saja. Ternyata seberpengaruh itu asupan nutrisi, makanan yang mengandung nilai gizi dengan kandungan-kandungan yang menopang tubuh kita. Jadi, berjanjilah untuk lebih aware lagi terhadap tubuh kita, bukan hanya melihat nilai gizinya, namun porsi dan kebutuhan juga sangat berpengaruh untuk keberlangsungan tubuh kita.
Mari kita cukupkan nutrisi tubuh kita bukan hanya sekedar memakan makanan bergizi namun memperhatikan porsi dan kebutuhan yang tubuh kita perlukan, karena nantinya hal apapun yang kita makan akan mempengaruhi kualitas berfikir, fisik, bahkan perkembangan didalam tubuh kita.
Menjadi bidan yang sabar, telaten, dan cerdas adalah harapan. Harapan untuk menurunkan Angka Kematian Ibu dan angka kematian Bayi di Indonesia, oleh sebab itu sebagai tenaga kesehatan wajib untuk belajar lebih banyak, belajar memahami dan menasehati pasien karena wanita itu unik. Salah satu cara dalam penurunan angka kematian Ibu dan angka kematian bayi adalah dengan memperhatikan asupan nutrisi yang di makan. Aku tunggu kontribusi teman-teman untuk aktif dan care terhadap lingkunganmu yaa, salam sehat!
REFERENSI
1. Erik Sibarani, Blasius. “Bijak dalam memilih makanan”. kompasiana.com, 28 Juli 2019, https://www.kompasiana.com/blasiussibarani/5d3db6a70d823010170f1723/bijak-dalam-memilih-makanan
2. Gewati, Mikhael. “Rumitnya masalah stunting, dari kesehatan hingga sosial budaya”. nasional.kompas.com, 13 September 2021, https://nasional.kompas.com/read/2021/09/13/17285331/rumitnya-masalah-stunting-dari-kesehatan-hingga-sosial-budaya
3. Cristy Pane, Merry Dame. “Jangan disepelekan, ini dampak kurang gizi saat hamil”. alodokter.com, 1 Agutus 2022, https://www.alodokter.com/jangan-disepelekan-ini-dampak-kurang-gizi-saat-hamil
4. Rizky, Roby. “Berbagai Makanan Kaya Zat Besi yang Aman untuk Ibu Hamil”. hellosehat.com, 16 Agustus 2021, https://hellosehat.com/kehamilan/kandungan/prenatal/zat-besi-ibu-hamil/
5. Rondang, Odilia. “PMK No 88 2014 Standar TTD Ibu Hamil dan WUS”. ilmugiziku.com, 25 November 2023, https://ilmugiziku.com/2021/11/25/pmk-no-88-2014-standar-ttd-ibu-hamil-dan-wus-pdf/#:~:text=Tablet%20tambah%20darah%20merupakan%20tablet%20yang%20diberikan%20kepada,masa%20kehamilannya%20atau%20minimal%2090%20%28sembilan%20puluh%29%20tablet.