Edukasi, Tuh, Ngaruh Gak Sih?

edukasi

Kata banyak orang, edukasi adalah kunci. Setiap kita ngobrol soal topik apapun mulai dari politik sampai hal se-personal kesehatan mental, semuanya setuju kalau edukasi selalu jadi pondasi. Pondasi ini jadi penting supaya jadi lebih banyak orang yang paham dan sadar tentang kondisi serta masalah yang ada sekarang. Secara teori, setelah edukasi dilakukan, perilaku orang-orang yang menerima edukasi akan berubah ke arah yang lebih baik. Misalnya, jadi gak mudah terprovokasi sama berita dan kondisi politik, bisa menentukan preferensi partai politik sesuai value yang kita punya, atau sesederhana bisa tau kondisi mental kita saat ini. Tapi, di dunia yang memang kompleks ini, edukasi yang kita terima secara sadar maupun tidak, ternyata ada banyak banget sehingga kadang agak sulit untuk mengubah pemahaman maupun perilaku secara langsung. Kadang, seperti beberapa mata kuliah di kampus, edukasi yang kita dapet cuma keluar masuk di kuping yang sama, tanpa berniat singgah apa lagi sampai bikin kita berubah.

Tapi, terlepas dari fakta bahwa gak semua edukasi berhasil berdampak ke sasarannya, aku mau berbagi cerita bahagia. Salah satu pengalaman edukasi dari teman-teman Health Heroes Facilitator yang mengedukasi soal nutrisi dan label di kemasan pangan. Teman-teman Health Heroes Facilitator selama ini banyak melakukan kegiatan edukasi melalui training, kegiatan ke sekolah-sekolah (Health Heroes Goes to School), kegiatan di ruang publik seperti saat Car Free Day, hingga advokasi kepada pemangku kepentingan. Dalam salah satu kesempatan di akhir Desember 2023 yang lalu, aku dan beberapa perwakilan Health Heroes Facilitator bekesempatan memfasilitasi training ke teman-teman di Surabaya. Sesi fasilitasi berlangsung selama kurang lebih 3 hari bersama teman-teman muda di Surabaya. Teman-teman peserta training berasal dari berbagai organisasi orang muda di Surabaya, Jember dan sekitarnya.

Salah satu sesi yang dijalankan pada hari kedua rangkaian training tersebut adalah sesi ‘Lihat Lebih Dekat, Pastikan Kamu Tahu Kandungan Apa Saja Yang Kamu Makan’. Pada sesi ini, peserta training sebelumnya diminta untuk memfoto makanan yang dikonsumsi pada saat sarapan. Kemudian pada saat sesi berlangsung, teman-teman peserta akan mencatat makanan dan minuman yang telah dikonsumsi serta menghitung kalori dan kandungan gizi di dalamnya. Informasi mengenai kandungan gizi ini sayangnya belum tersedia di resto hotel tempat teman-teman sarapan sehingga informasi nilai gizi didapat dengan memanfaatkan kalkulator gizi online seperti fat secret atau kalkulator gizi kemenkes. Berbagai respon menarik yang didominasi rasa terkejut muncul sepanjang sesi ini. Sebagian peserta membandingkan kalori yang dikonsumsi dengan peserta lain. Beberapa peserta juga menemukan bahwa makanan yang ia konsumsi saat sarapan tidak seimbang karena terlalu banyak karbohidrat dan rendah protein. Selain zat gizi makro, teman-teman peserta juga memperhatikan kandungan gula, garam dan lemak yang ternyata cukup tinggi pada minuman jus buah yang dikonsumsi saat sarapan. Sesi pun ditutup dengan refleksi dari perwakilan peserta dan kesimpulan bahwa kita sebagai remaja harus peduli pada apa yang kita makan supaya gizi yang dibutuhkan tubuh kita bisa tercukupi dengan baik. Di sisi lain, memperhatikan apa yang kita makan juga penting untuk mengurangi konsumsi gula, garam dan lemak yang berhubungan dengan potensi penyakin tidak menular.

Edukasi yang telah dijalankan tersebut, syukurnya bukan hanya memberikan dampak pemahaman bagi teman-teman peserta. Ada hal menarik yang terjadi setelah sesi tersebut selesai dan teman-teman beranjak untuk makan siang. Pada kesempatan makan siang, teman-teman makan bersama di prasmanan yang disiapkan hotel. Beberapa menu disajikan seperti nasi, bihun, tumisan sayur, ayam kecap, kerupuk dan sambal. Setelah semua peserta mengambil makanan dan sesi makan siang berakhir, salah satu temanku menyadari satu hal : bihun yang mengilap dan terlihat enak itu masih tersisa banyak, hahahha. Ini menjadi salah satu hal yang menarik karena setelah ditanya, beberapa peserta menjawab ‘soalnya udah ada nasi, nanti kalua ditambah bihun jadi tinggi banget karbonya. Mana keliatan minyakan banget’. Wah, sebagai salah satu fasilitator untuk training kali ini aku beneran bangga dengan teman-teman peserta yang bisa fokus menyerap edukasi yang disampaikan bahkan hingga melakukan perubahan perilaku yang sederhana tapi sangat bermakna secara sadar. Semoga perubahan perilaku kea rah yang semakin baik bisa terus dilakukan secara berkelanjutan dan kebiasaan baik ini juga bisa ditularkan ke teman-teman dan keluarga peserta training. Training ini jadi salah satu memori baik yang menguatkan semangat bahwa Edukasi Memang Se-Ngaruh Itu!

Eh, tapi sayang dong makanannya terbuang. Betul! Di sisi lain sedih banget ngelihat makanan yang gak habis begitu. Alasan yang sama juga suka jadi dilema kalua kita makan sehari-hari. Duh, makanan itu keliatan berminyak banget, tapi saying kalau ga dimakan. Gimana dong? Nah, sepertinya ini juga bisa jadi refleksi untuk kami sebagai penyelenggara training untuk bisa memastikan makanan dan minuman yang disediakan sepanjang acara dipikirkan dengan baik sesuai value yang mau kita bawa. Misalnya, Ketika berkegiatan ke sekolah-sekolah teman-teman Health Heroes Facilitator saat ini selalu mengupayakan makan siang yang dibagikan memenuhi anjuran isi piringku. Minuman kemasan yang diberikan juga dipilih sebaik mungkin memiliki logo piliha lebih sehat sehingga kandungan gula, garam dan lemaknya lebih rendah dibandingkan produk lainnya. Hal ini dilakukan supaya bisa jadi salah satu contoh nyata juga untuk teman-teman peserta.

Hal serupa juga bisa lho kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari. Ada beberapa hal kecil yang aku coba lakukan, mungkin bisa juga kamu coba:

  1. Bilang ke teman-teman kalau kamu udah mengurangi konsumsi gula, garam dan lemak. Dengan melakukan ini, teman-teman yang mau traktir atau makan bareng aku selalu berusaha mencarikan opsi tempat makan yang punya makanan dan minuman yang lebih rendah gula, garam dan lemak. Jadi, ga perlu merasa ga enak untuk menghabiskan makanan yang aku ga nyaman untuk konsumsi lagi.
  2. Mungkin, ‘balance’ juga adalah kunci. Seperti dalam kasus ‘bihun’ tadi, mungkin di beberapa kesempatan seperti makan siang kantor, dsb, kamu jadi kesulitan untuk pilih-pilih makanan. Jadi, santai aja. Makan nasi+bihun bersamaan memang bikin konsumsi karbohidrat kamu jadi tinggi, tapi kamu masih bisa menyeimbangkannya dengan mengatur makanan kamu di waktu malam. Misalnya, siangnya kebanyakan karbo, oh yaudah malamnya karbonya dikurangin, tapi sayurnya dibanyakin soalnya siang tadi belum makan sayur, gitu.

Oh iya, dua hal itu mungkin perlu kamu diskusikan dengan nutrisionist atau dietitian kalau kamu punya kondisi kesehatan atau tujuan kesehatan tertentu. Jangan lupa juga buat terus belajar yah, soal gizi dan nutrisi! Semangat!

Facebook
X
Threads
LinkedIn

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Event Kami

Ruang Kata 4

Artikel Populer

Artikel Terkait

Translate »