Zat gizi memiliki peranan penting untuk menjaga kesehatan mental seseorang. Hasil studi menjelaskan bahwa ketika seseorang dengan kondisi kesehatan mental yang tidak baik, akan sering mengalami kekurangan zat gizi tertentu, vitamin essensial, mineral, asam amino dan asam lemak omega 3. Dalam beberapa penelitian juga membuktikan bahwa semakin banyak seseorang mengonsumsi suatu makanan yang kaya akan buah dan sayuran, tinggi lemak sehat, kacang – kacangan dan ikan serta rendah makanan olahan, maka semakin seseorang akan terlindungi dari gangguan mental.
Menurut WHO, kesehatan mental merupakan kondisi kesejahteraan (wellbeing) dari seseorang yang menyadari akan kemampuan dirinya sendiri, dalam mengatasi suatu tekanan kehidupan yang normal, mampu bekerja secara produktif serta dapat memberikan suatu kontribusi kepada komunitasnya. Berdasarkan riset Kesehatan Dasar (Riskedas) 2018, menunjukkan hasil bahwa lebih dari dua belas juta penduduk yang berusia > 15 tahun mengalami gangguan mental emosional, dann lebih dari dua belas juta penduduk yang berusia > 15 tahun mengalami depresi (Badan Litbangkes RI,2018).
Berdasarkan studi literatur dari referensi article, ebook dan research selama 10 tahun terakhir, yaitu 2013 – 2021, didapatkan bahwa adanya pengaruh pengaturan pola konsumsi makanan yang sehat dengan menambah asupan-asupan zat gizi terhadap kesehatan mental seseorang. Pada penelitian Chung (2021) dijelaskan bahwa Selenium dapat mengurangi kecemasan dan meningkatkan suasana hati seseorang. Selenium dapat berasal dari makanan, seperti kacang-kacangan. Kemudian adanya peran Vitamin D, Seng, Omega – 3, Antioksidan, Vitamin B12, Protein, dan Probiotics yang dapat menurunkan depresi seseorang.
Generasi Z (Gen Z) yang lahir antara tahun 1997 hingga 2012, adalah kelompok masyarakat yang sedang mengalami masa perkembangan mental, emosional, dan fisik yang sangat krusial. Pada saat yang sama kesehatan mental menjadi masalah yang semakin disoroti di kalangan Gen Z. Kecemasan, depresi, dan gangguan mental lainnya menjadi semakin umum di era digital ini. Namun, salah satu faktor yang sering diabaikan dalam diskusi tentang kesehatan mental adalah peran nutrisi yang memadai. Hak Atas Pangan dan Gizi (HAPG) bukan hanya soal kelangsungan hidup, tetapi juga terkait dengan fungsi mental dan emosional.
Hak Atas Pangan dan Gizi (HAPG) adalah hak asasi manusia yang memastikan setiap individu memiliki akses yang cukup terhadap makanan yang sehat, bergizi, dan aman. Hak Atas Pangan dan Gizi (HPAG) mencakup akses ke pangan yang memnuhi kebutuhan dasar tubuh untuk berkembang dengan optimal baik secara fisik maupun mental. Bagi Gen Z pemenuhan hak atas pangan dan gizi sangat penting karena meraka berada dalam tahap perkembangan yang menuntut asupan nutrisi yang tepat. Nutrisi yang buruk pada tahap ini tidak hanya berdampak pada kesehatan fisik tetapi juga kesehatan mental dan kemampuan kognitif mereka.
Namun terlepas dari tantangan – tantangan Gen Z dalam menghadapi akses gizi yang seimbang seperti:
a. Kemudahan Akses Makanan Cepat Saji
Perkembangan industri makanan cepat saji yang pesat menyebabkan akses makanan tidak sehat semakin mudah. Makanan jenis ini sering kali murah dan tersedia di berbagai tempat sehingga lebih sering dikonsumsi oleh generasi muda.
b. Pengaruh Media Sosial
Media sosial yang sangat populer di kalangan Gen Z, sering kali mempromosikan standar tubuh yang tidak realistis. Hal ini dapat mendorong gangguan makan seperti anoreksia atau pola diet tidak sehat, yang dapat berdampak negatif pada kesehatan mental mereka.
c. Kurangnya Pendidikan Gizi
Sebagian besar anak muda tidak memiliki pemahaman yang mendalam tentang pentingnya gizi seimbang untuk kesehatan mental. Kurangnya pendidikan gizi membuat mereka sering kali salah dalam memilih makanan yang seimbang.
Sehingga Gen Z perlu dengan adanya bimbingan atau upaya preventif dan solusi guna memperbaiki kesehatan mental dan asupan gizi mereka. Berikut upaya preventif dan solusi:
a. Edukasi Gizi yang Komprehensif
Edukasi tentang pentingnya gizi seimbang perlu ditingkatkan, terutama di kalangan anak muda. Meteri pembelajaran di sekolah harus mencakup bagaimana makanan memengaruhi kesehatan fisik dan mental, serta cara memilih pola makan sehat.
b. Promosi Pola Makan Sehat
Kampanye pola makann sehat yang menyoroti pentingnya makanan bergizi untuk kesehatan mental harus diperluas. Pemerintah dan organisasi masyarakat dapat bekerja sama untuk menyebarkan informasi ini melalui media sosial dan platfrom lainnya.
c. Peningkatan Akses terhadap Pangan Sehat
Pemerintah harus memastikan semua masyarakat memiliki akses yang mudah terhadap makanan bergizi, baik melalui program subsidi atau kebijakan lain yang mendukung penyediaan pangan sehat di lingkungan sekolah dan komunitas.
d. Intervensi Gizi dalam Program Kesehatan Mental
Program kesehatan mental di kalangan remaja perlu memasukkan intervensi gizi sebagai bagian dari perawatan holistik. Pemenuhan nutrisi yang tepat dapat membantu mengurangi gejala kecemasan dan depresi.
e. Peran Orang Tua dan Komunitas
Orang tua dan komunitas perlu berperan aktif dalam memberikan pendidikan dan contoh nyata tentang pentingnya gizi seimbang. Mereka bisa menjadi model dalam membentuk kebiasaan makan sehat di rumah dan lingkungan sekitar.
Pemenuhan Hak Atas Pangan dan Gizi merupakan salah satu elemenn penting dalam menjaga kesehatan mental Gen Z. Upaya preventif seperti edukasi gizi, promosi pola makan sehat, dan peningkatan akses terhadap pangan bergizi harus terus didorong untuk membantu generasi ini mencapai kesejahteraan mental yang optimal. Kolaborasi antara pemerintah, komunitas, dan industri makanan sangat diperlukan untuk menciptakan solusi yang berkelanjutan.
#HariKesehatanMental2024 #HealthHeroes #UrbanFutures #PanganLokal #OrangMuda #AksiMuda #ClimateJustice #KeadilanIklim
satu Respon
Sangat puasss.