Mie Ayam Yang Mengubah Hidup: Perjuangan Melawan Ptm

Mie ayam

Indonesia, negara yang kita cintai, merupakan tanah yang subur, berlimpah keindahan alam, dan budaya yang tak terlupakan. Namun, di balik kekayaan alam dan senyuman hangat penduduknya, tersimpan kisah yang menampar saya dengan realitas pahit yang tengah mengguncang Indonesia. Di tengah sorotan global tentang wabah penyakit menular, kita dihadapkan pada penyakit tidak menular namun tidak kalah mematikan yang merajalela di balik layar. Penyakit Tidak Menular (PTM), seperti yang diperlihatkan oleh statistik yang mengkhawatirkan, secara diam-diam menghantui dan menyelinap ke dalam kehidupan kita. Saya, melalui kisah Ayah, menemukan diri saya terperangkap dalam pusaran ini.

Ayah saya pernah menjalani rutinitas kunjungan ke rumah sakit, mendapatkan suntikan vitamin C setiap bulan, dan bahkan mencoba berbagai pengobatan tradisional sebagai upaya terakhir. Namun, tak disangka, satu peristiwa mengubah hidupnya selamanya. Saat itu, Ayah sedang memakan mie ayam di warung mie ayam favoritnya, yang terletak di sekitar pacuan kuda daerah Pulomas, Jakarta Timur. Tanpa sengaja, ia bertemu dengan seorang bapak yang berambut putih, setengah baya, yang juga sedang menunggu pesanannya.

Mereka mulai berbicara dengan hangat, dan percakapan itu menjadi titik balik dalam hidup Ayah saya. Bapak berambut putih itu menceritakan perjuangannya melawan penyakit jantungnya. “Pak, bapak ini masih mudah loh. Olahraga, Pak,” Kata bapak itu dengan tulus. “Waktu usia Saya 30 tahun, dokter memasangkan ring jantung pada saya. Bapak bayangin, 30 tahun itu masih muda loh. Saya nggak bisa mundurin waktu. Sekarang, Saya cuma bisa menjaga apa yang saya punya. Saya sering meremehkan olahraga, hingga akhirnya olahraga-lah yang paling ingin Saya lakukan jika Saya bisa kembali ke usia Saya sebelum 30 tahun.”

Kata-kata dari bapak berambut putih itu menggugah hati Ayah saya, bagai angin sejuk yang membangkitkan kesadaran. Sejak saat itu, Ayah memutuskan untuk mengubah gaya hidupnya. Ia mulai lari pagi di sekitar kompleks, mengurangi konsumsi gula, garam, dan lemak. Ayah yang dahulu gemar makanan berlemak dan minuman manis, sekarang menjadi lebih sadar akan pilihan makanannya.

Kisah Ayah saya bersama bapak berambut putih itu juga memotivasi saya untuk terlibat dalam komunitas kesehatan sebagai fasilitator gizi nasional di Health Heroes Indonesia. Bersama-sama, kami menyadari betapa buruknya pengaruh gula, garam, dan lemak terhadap kesehatan kita. Kami juga memahami potensi mengerikan PTM yang dapat mengancam masa depan kita jika kita tidak bergerak bersama.

Kisah ini tidak hanya tentang Ayah saya dan bapak berambut putih. Ini adalah cerita tentang Indonesia, sebuah negara yang menghadapi krisis PTM. Data menunjukkan bahwa PTM telah menjadi penyebab utama kematian di Indonesia, bertanggung jawab atas 73% kematian di negara ini. Dalam statistik yang mengerikan ini, penyakit kardiovaskular, kanker, penyakit pernapasan kronis, dan diabetes memiliki peran besar.

Kita tidak boleh hanya diam dan mengabaikan masalah ini. Pemerintah telah menetapkan batas konsumsi gula, garam, dan lemak yang disarankan, dan kita sebagai masyarakat harus memahami dan mengikuti pedoman ini. Selain itu, kita perlu rutin berolahraga, berhenti merokok, menjaga berat badan ideal, dan menghindari alkohol. Melalui langkah-langkah ini, kita dapat melawan PTM yang tidak terlihat namun mematikan.

Kisah nyata yang menggetarkan seperti yang saya saksikan melalui perubahan Ayah saya, harus menjadi peringatan bagi kita semua. PTM bukanlah musuh yang terlihat, tetapi dapat sangat berbahaya. Maka dari itu, mari bersama-sama mengubah arah dan memastikan bahwa Indonesia bukan hanya negara dengan darurat PTM, tetapi juga pusat perubahan menuju masyarakat yang lebih sehat dan berdaya tahan.

Kesehatan adalah aset yang tak ternilai, dan masa depan kita ada di tangan kita sendiri. Seperti kata bijak yang telah kita dengar, “Olahragalah jika Anda bisa, sebelum usia 30 tahun.” Mari bersama-sama membentuk masa depan yang lebih cerah dan lebih sehat untuk Indonesia yang kita cintai.

REFERENSI

1. Promkes. “Mengenal Penyakit Tidak Menular”. yankes.kemkes.go.id, 29 Mei 2023, https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/2501/mengenal-penyakit-tidak-menular 

2. Dwiri Banyu, Ajeng. “Daftar Penyakit Menular dan Tidak Menular yang Paling Sering Terjadi di Indonesia”. gooddoctor.co.id, 19 September 2020, https://www.gooddoctor.co.id/hidup-sehat/penyakit/penyakit-menular-dan-tidak-menular/ 

3. Febrian, Naufal. “Pentingnya Olahraga bagi Tubuh dan Kesehatan”. kompasiana.com, 11 April 2022, https://www.kompasiana.com/naufal51271/62533bc03794d1743143e0e2/pentingnya-olahraga-bagi-tubuh-dan-kesehatan 

4. Arnani, Mela. “Mengenal Bahaya Penyakit Tidak Menular dan Cara Mencegahnya”. kompas.com, 19 Mei 2022, https://www.kompas.com/sains/read/2022/05/19/110000023/mengenal-bahaya-penyakit-tidak-menular-dan-cara-mencegahnya#:~:text=Ade%20memaparkan%2C%20Indonesia%20menghadapi%20beban%20kesehatan%20karena%20PTM,kemiskinan%20dan%20menghambat%20pertumbuhan%20sosial%20ekonomi%2C%E2%80%9D%20tutur%20dia. 

Facebook
X
Threads
LinkedIn

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Event Kami

Ruang Kata 4

Artikel Populer

Artikel Terkait

Translate »