Pure, White, Deadly.
Rokok, Narkoba, dan Alkohol. Kita semua sudah tahu bahaya dari ketiga barang tersebut. Mulai dari bikin kecanduan sampai dengan resiko kematian. Tapi ada satu hal lagi yang bahayanya sebenarnya mirip dan luput untuk diperhatikan, tapi anehnya barang ini tidak sebegitu diatur peredarannya dan bahkan tidak diatur sama sekali. Aku yakin bahwa barang ini terdapat dalam dapur bahkan rumah kalian. Barang itu adalah, Gula.
Gula sebagai bahan makanan yang hampir terdapat di setiap dapur masyarakat, menjadi penyebab meningkatnya obesitas di Indonesia yang meningkat dua kali lipat dalam 2 dekade terakhir. Konsumsi gula yang berlebihan juga menjadi faktor penting terjadinya penyakit diabetes dan merupakan penyebab kematian tertinggi keempat di Indonesia. Gula sendiri tidak hanya gula pasir saja, ada gula aren, gula batu dan juga terdapat pada nasi. Profesor John Yudkin, yang juga seorang penulis, mendeskripsikan gula dalam tiga kata: Murni, Putih, dan Mematikan. Judul buku itulah yang menjadikannya musuh para ilmuwan pada masanya, karena berani mengungkap bahaya di balik gula. “Jika efek sebenarnya dari gula terungkap, maka bahan tersebut akan dilarang.” -John Yudkin
“lantas? Kan tubuh kita juga perlu gula” eittss, sejatinya tubuh kita tidak perlu memerlukan gula sama sekali. Menurut American Heart Association (AHA) tubuh tidak memerlukan tambahan gula untuk berfungsi secara sehat. Gula alami hadir dengan beragam nutrisi yang dibutuhkan tubuh agar tetap sehat. Misalnya, selain fruktosa, buah juga megandung serat serta berbagai vitamin dan mineral. Kebanyakan makanan dan minuman mengandung gula, katakan coklat dan minuman bersoda. Dalam makanan dan minuman tersebut sudah banyak sekali mengandung gula dalam satu kali takaran saji.
Nyatanya kita susah untuk lepas dari gula, semua orang suka gula, secara biologis kalian juga suka gula, sudah jadi seperti adiksi. Masyarakat Indonesia juga jika belum makan nasi, itu sama saja dengan belum makan dan itu bisa jadi salah satu akibatnya. Dan yang membuat semua ini sulit adalah gula merupakan salah satu bahan yang paling diperlukan di dunia industri. Misalnya menyiapkan makanan, minuman, kue, dan lain-lain. Hampir semua makanan yang kita makan setiap hari mengandung gula.
Sejarah gula.
Gula merupakan pemanis untuk segala macam masakan, camilan dan juga minuman. Mengenai gula, kapan sih pertama kali gula ditemukan? Dilansir dari sucrose.com gula sudah dikenal sejak 800 tahun Sebelum Masehi (SM). Gula dikenal oleh orang-orang Polinesia sejak ribuat tahun lalu dari tanaman yang kita sebut sebagai tebu. Pada tahun 510 SM. Tanaman tebu tersebar ke pesisir india yang dibawa oleh Raja Darius dari Persia. Tanaman tebu kemudian diolah menajadi kristal yang kini disebut sebagai gula. Tebu juga menajsdi tanaman bernilai jual tinggi sehingga dijaga ketat dan tidak semua orang bisa merasakan kelezatannya.
Hingga pada abad ke 7 sesudah masehi, para pedagang dari Arab dan Asia mulai membawa gula sebagai barang dagangan mereka dari Persia. Para ahli sejarah mengungkapkan jika persebaran gula dan tebu semakin meluas seiring berkembangnya kerajaan romawi. Gula pertama kali tercatat di Inggris tahun 1099. Pada masa ini, gula menjadi barang mewah hingga disebut emas putih. Sampai akhir tahun 1900, gula masih menjadi barang mewah dan hanya bisa dibeli oleh orang orang kalangan menengah atas.
Kini, semua orang baik dari kalangan atas maupun bawah bisa menikmati manisnya gula baik pada makanan, minuman, camilan hingga cokelat dan masih banyak lagi.
Dampak dari konsumsi gula berlebih!
- Karies pada gigi. Penyakit paling ringan yang mungkin terjadi akibat konsumsi gula berlebih. Bakteri dalam mulut akan mengubah kandungan gula dari maknan dan minuman yang kalian konsumsi menjadi asam.
- Insulin tidak resistenyaitu, tidak mampu menjalankan tugasnya dalam metabolisme gula menajdi energi, menyebabakan terjadi peningkatan kadar gula dalam darah sehingga meningkatnya resiko terkena obesitas dan diabetes.
- Obesitas, asupan gula tambahan yang tinggi akan menyebaban asupan energi menjadi berlebih, sehingga meningkatkan reiko penambahan berat badan hingga obesitas.
- Perlemakan hati, disebabkan oleh asupa gula tambahan jenis fruktosa yang berlebih, maka hati akan memgubahnya menjadi lemak.
Tentu ini menjadi masalah bagi kita Bersama, gula sudah menjadi dalang atas meningkatnya angka obesitas sebanyak 2x lipat dalam 2 dekade terakhir, dan telah menjadi penyebab akan penyakit diabetes yang menjadi penyakit paling mematikan no 4 di Indonesia.
Cara yang bisa mengurangi sugar craving kamu.
- Banyak minum air putih.
Mengatasi kecanduan akan gula bisa dilakukan dengan konsumsi lebih banyak air putih. Jadi, jika mulai ada tada bahwa ingin mengkonsumsi mani-manis, lebih baik ambil segelas air putih.
- Olahraga rutin.
Saat mengurangi asupan gula, tubuh membutuhkan sumber energi baru. Percaya atau tidak, kamu bisa menadpatkan sumber energi tersebut dari olahraga.
- Konsumsi protein.
Mengkonsumsi protein adalah cara mudah untuk mengekang keinginan makan gula. Pasalnya makanan tinggi protein lebih lambat dicerna oleh tubuh sehingga kamu merasa kenyang lebih lama.
- Detox gula.
Detoks gula dapat dilakukan dengan mengendalikan konsumsi gula sehari-hari, khususnya gula tambahan. Tujuannya untuk mengurangi kadar gula darah. Detoks gula dpat dilakukan dengan tidka mengkonsumsi makanan dan minuman manis yang mengandung gula tambahan.
Misalnya, permen, cokelat, donat, hingga biskuit.
Mengatasi kecanduan akan gula dengan mendukung pemberlakuan pajak gula.
Pajak minuman sendiri sudah diwacanakan sejak tahun 2020 oleh Kemenkes dan Kemenkeu. Dilansir dari CNN Indonesia, Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan implementasi pengenaan cukai MBDK (Minuman Berpemanis Dalam Kemasan) akan dilakukan dengan mellihat kondisi ekonomi pada 2023. Tapi yang diregulasi itu masih MBDK bukan gula itu sendiri, gula masih bisa beredar dipasaran dengan bebas.
Sekarang adalah tugas kita untu vote pajak terhadap gula yang jelas jelas berbahaya bagi Kesehatan dalam waktu dekat atau waktu yang akan datang
Mari vote campaign “Berlakukan Cukai Pada Gula”