Perempuan dan 16 HAKTP: Mengapa Gerakan 16 Hari Ini Sangat Penting?

Poster ilustrasi tentang 16 HAKTP dengan judul: 'Mengapa 16 Hari Ini Sangat Penting bagi Perempuan?'. Gambar menampilkan seorang perempuan memegang megafon sebagai simbol menyuarakan pendapat.

Pernahkah sobat merasa was-was saat berjalan sendirian di malam hari? Atau mungkin pernah melihat komentar jahat yang menyerang perempuan di media sosial, dan merasa hal tersebut tidak adil?

Rasa ketidaknyamanan itu ternyata bukan hal yang asing bagi banyak orang. Kekerasan berbasis gender masih menjadi masalah serius yang terus menghantui masyarakat, baik dalam bentuk kekerasan fisik, digital, maupun institusional. Di sekitar kita, banyak perempuan dari berbagai latar belakang dan usia yang masih mengalami pelecehan, diskriminasi, dan pelanggaran hak yang merugikan kesejahteraan dan kebebasan mereka. 

Kampanye 16 Hari Anti Kekerasan terhadap Perempuan (16 HAKTP) atau dikenal juga sebagai 16 Days of Activism against Gender Based Violence adalah inisiatif global yang dimulai sejak tahun 1991 sebagai bentuk solidaritas dan aksi kolektif untuk melawan segala bentuk kekerasan berbasis gender. Momentum ini menjadi ruang penting bagi masyarakat, aktivis, dan organisasi untuk bersuara, memperkuat advokasi, serta menuntut perubahan kebijakan dan sikap sosial yang lebih inklusif dan adil bagi perempuan di seluruh dunia.

Tahun ini, seruan 16 HAKTP kembali menggema dengan fokus yang tak kalah penting yaitu mengembalikan ruang aman bagi perempuan dimanapun mereka berada. Di balik kampanye ini terdapat sejarah panjang dan alasan kuat mengapa periode 16 hari dipilih sebagai momentum global untuk mengakhiri kekerasan terhadap perempuan.

Lantas, mengapa harus 16 hari dan mengapa tanggal-tanggal ini yang diperingati Yuk kita telusuri makna dan kisah di balik rangkaian peringatannya.

Jejak Sejarah 16 Hari Anti Kekerasan terhadap Perempuan

Rentang waktu 16 hari ini bukanlah sebuah angka acak tanpa makna. Kampanye ini sengaja dirancang untuk menghubungkan kekerasan terhadap perempuan dengan isu Hak Asasi Manusia (HAM) secara menyeluruh. Periode ini dimulai tepat pada 25 November, yang diperingati sebagai Hari Internasional Penghapusan Kekerasan terhadap Perempuan. 

Pemilihan tanggal ini memiliki sejarah kelam sekaligus heroik untuk mengenang pembunuhan Mirabal bersaudara, tiga aktivis politik perempuan yang berani melawan kediktatoran di Republik Dominika pada tahun 1960.

Perjalanan kampanye kemudian berlanjut dengan menyoroti berbagai isu krusial yang saling berkaitan. Pada 29 November, kita memperingati Hari Perempuan Pembela HAM (WHRD) sebagai bentuk penghormatan bagi perempuan tangguh yang berani bersuara di garis depan. 

Memasuki bulan Desember, momentum bergeser ke isu kesehatan dan kemanusiaan dengan peringatan Hari AIDS Sedunia pada 1 Desember, disusul oleh Hari Penghapusan Perbudakan pada 2 Desember. Tidak berhenti di sana, kampanye ini juga merangkul inklusivitas melalui Hari Internasional Penyandang Disabilitas pada 3 Desember, mengingatkan kita bahwa perempuan dengan disabilitas sering kali menghadapi kerentanan berlapis.

Semangat kesukarelawanan kemudian dirayakan pada 5 Desember melalui Hari Internasional Bagi Sukarelawan, sebelum kita hening sejenak pada 6 Desember untuk memperingati Hari Tidak Ada Toleransi bagi Kekerasan terhadap Perempuan. 

Tanggal ini menjadi pengingat pedih atas tragedi pembantaian di Montreal, Kanada, di mana 14 mahasiswi teknik dibunuh hanya karena mereka perempuan. Menjelang akhir kampanye, kita memperingati Hari Pembela HAM Sedunia pada 9 Desember, hingga akhirnya seluruh rangkaian ini ditutup pada 10 Desember bertepatan dengan Hari HAM Internasional. Akhir yang simbolis ini menegaskan pesan utama kampanye: hak perempuan adalah hak asasi manusia, dan kekerasan terhadap perempuan adalah pelanggaran HAM yang tidak bisa ditoleransi.

Mengapa Kita Harus Terlibat?

Perubahan kerap berawal dari keterlibatan yang konsisten. Setiap suara memiliki arti dalam menghadapi kekerasan berbasis gender, yang masih berakar pada budaya, sistem sosial, dan kebijakan. Ketika perhatian dan komitmen disampaikan secara bersama, terbentuk dorongan yang mampu menantang struktur yang merugikan serta membuka peluang bagi terciptanya kondisi yang lebih adil.

Kehadiran Sobat dalam gerakan ini juga memberi ruang bagi para penyintas untuk merasa didukung dan diakui. Lingkungan yang penuh solidaritas membantu meruntuhkan stigma dan memperkuat keberanian untuk menyampaikan pengalaman. 

Upaya bersama seperti inilah yang turut mendorong lahirnya kebijakan penting, termasuk UU Penghapusan KDRT dan UU Tindak Pidana Kekerasan Seksual. Dengan terus berpartisipasi, Sobat ikut membangun ruang hidup yang aman dan menghargai martabat setiap individu.

Satu Suara untuk Ruang Aman

(Foto: Dok. Panduan Komnas Perempuan)

Setiap tahun, kampanye 16 HAKTP membawa semangat yang selaras dengan dinamika zaman. Pada tahun 2025, momentum ini menjadi panggilan bagi kita untuk menyatukan langkah. Melalui tagline “Kita Punya Andil, Kembalikan Ruang Aman”, kampanye ini menegaskan bahwa menciptakan rasa aman adalah tanggung jawab kolektif, bukan hanya tugas negara atau aparat, melainkan peran kita semua sebagai anggota masyarakat.

Fokus utama tahun ini tertuju pada penyelesaian isu-isu mendasar yang masih menjadi tantangan bangsa. Salah satunya adalah optimalisasi kebijakan perlindungan perempuan. Keberadaan payung hukum seperti UU Penghapusan KDRT dan UU Tindak Pidana Kekerasan Seksual (TPKS) perlu diiringi dengan implementasi yang efektif di lapangan agar perlindungan terhadap korban dapat berjalan maksimal. Selain itu, pengawalan terhadap pengesahan RUU Perlindungan Pekerja Rumah Tangga (PPRT) juga menjadi prioritas, mengingat kerentanan pekerja perempuan di sektor domestik terhadap eksploitasi.

Tantangan tahun 2025 juga semakin kompleks dengan fenomena Kekerasan Berbasis Gender Online (KBGO). Ruang digital yang semestinya menjadi sarana ekspresi dan edukasi, kerap kali disalahgunakan. Oleh karena itu, definisi ruang aman kini meluas, memastikan perlindungan tidak hanya berlaku di ranah fisik seperti rumah, kantor, atau ruang publik, tetapi juga di ruang digital.

Lebih jauh, konsep ruang aman juga mencakup otonomi atas tubuh. Berbagai bentuk kekerasan, mulai dari kekerasan seksual, pemaksaan perkawinan anak, hingga stigma terkait menstruasi, berdampak signifikan pada hak dan kesehatan reproduksi remaja. Pelanggaran terhadap hak ini berisiko menghambat potensi masa depan mereka. Dengan demikian, memperjuangkan ruang aman sama halnya dengan menjamin hak setiap perempuan untuk memiliki kendali penuh atas tubuh dan kesehatannya. Melalui sinergi bersama, kita dapat mewujudkan lingkungan yang bermartabat dan bebas dari kekerasan bagi seluruh perempuan Indonesia.

Apa yang Bisa Kita Lakukan?

Setelah memahami urgensi isu ini, langkah konkret yang bisa dilakukan sebenarnya sederhana dan bisa dimulai dari lingkup terdekat. Salah satunya adalah dengan berani bersuara dan memanfaatkan media sosial untuk membagikan fakta, meluruskan mitos, atau menyebarkan cerita inspiratif dari para penyintas. 

Kekerasan berbasis gender mencakup berbagai bentuk, mulai dari kekerasan seksual, pemaksaan perkawinan anak, kontrol terhadap tubuh, hingga stigma seputar menstruasi. Platform digital dapat dijadikan ruang edukasi yang kreatif untuk meningkatkan kesadaran teman-teman dan lingkungan sekitar.

Di kehidupan nyata, peran setiap individu sangat berarti dalam menciptakan lingkungan yang aman dan menghormati hak setiap manusia. Setiap orang dapat berkontribusi dengan membangun budaya saling menjaga dan menjadi sistem pendukung yang kuat bagi mereka yang terdampak kekerasan. 

Selain itu, penting untuk memantau penerapan aturan perlindungan terhadap semua individu di sekolah, kampus, atau tempat kerja, memastikan bahwa kebijakan tersebut tidak hanya menjadi formalitas, tetapi benar-benar dijalankan dan memberikan perlindungan nyata. Dengan langkah-langkah ini, lingkungan sekitar akan menjadi lebih aman, inklusif, dan menghargai hak setiap manusia.

Gerakan ini akan semakin kuat jika dilakukan secara bersama-sama. Gunakan tagar resmi seperti #GerakBersama, #KitaPunyaAndil, #KembalikanRuangAman, dan #PerempuanJagaIndonesia untuk memperluas kampanye 16HAKTP. Mulailah dari langkah nyata hari ini, karena setiap suara memiliki peran penting dalam mendorong perubahan. 

 

Refrensi

Komnas Perempuan. (n.d.). 16 Hari Anti Kekerasan terhadap Perempuan. Diakses dari https://komnasperempuan.go.id/kampanye-publik-detail/16-hari-anti-kekerasan-terhadap-perempuan

Facebook
X
Threads
LinkedIn

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Event Kami

Ruang Kata 4

Artikel Populer

Artikel Terkait

Translate »